Putri Di Balik Layar (2)


Putri adalah anak yang cerdas dan sangat rendah hati. wajahnya yang rupawan mampu menjadikan sang bulan iri karena para bintang selalu ada di dekat Putri memberikan kemerlap cahanya. Hidungnya yang mancung membuat kecantikannya semakin sempurna.
Hari demi hari selalu dijalani Putri dengan penuh kesungguha dan semangat yang tak akan pernah luntur walau bumi menjadi rapuh sekalipun.

"Astaghfirullah"

Putri langsung tergopoh ke kamar mandi untuk berwudhu. Baru pagi ini Ia bangun saat mendengar seruan adzan subuh. selama ini dia selalu bangun di sepertiga malam bermunajah kepada Allah mohon ampun atas segala dosa dan salah.
Dalam sujud yang begitu panjang, Putri tersedu di hadapan Sang Pencipta.



"Ya Allah, hanya kepada Mu aku berlindung dari segala godaan syetan yang terkutuk"

"Ampuni aku yang selalu mengeluhkan keseharian ku yang sungguh tak pantas ku tuk melakukannya"

"Ya Rabb, Engkau yang mempertemukan hamba Mu yang satu dan yang lain"

"Dan malam inipun Engkau mempertemukan aku dengan seseorang yang sangat aku rindukan. Bertahun-tahun setelah kepergiannya dari hidupku, ini adalah yang pertama Kau ijinkan aku untuk melihatnya. Sungguh aku tak ingin terjaga dari mimpi itu Ya Allah. Aku sadar tak ada hak bagi ku untuk begini. Sungguh Engkau lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba Mu"

"Aku memohon hanya pada Mu ya Khaliq, aku mohon berikan surga terindah itu untuk yang ku sayang, bersihnya sungai susu, megahnya bangunan itu, dan tentramnya di sisi Mu"

-----------

"Put, kamu kenapa, aku perhatiin kamu ngelamun sepanjang jam kuliah Pak Agus, muka mu pucat tak bersemangat?"

"Kamu ada masalah? Gak biasanya kamu begini?" tanya Ema belum lama saat kuliah Pak Agus berakhir.

"Biasanya kamu sangat bersemangat jam kuliah Pak Agus? Kamu masih kepikiran sama mimpi mu itu?" lanjut Ema.

"Iya!" suara Putri pelan hingga Ema hampir tak mendengar.

"Kau tahu Ma, saat itu aku baru beberapa bulan menerima ijazah SMA ku dan baru beberapa hari aku duduk di bangku kuliah" Akhirnya Putri mau berbagi cerita yang sungguh menyesakkan dada kala ia terpaksa mengingat kejadian beberapa tahun silam.

"Waktu itu aku asyik bermain penuh canda tawa bersama teman-teman ku. sebelum akhirnya ku terima pesan singkat masuk di Handphone ku" Putri menarik nafas panjang.

"Emang apa isi pesan itu Put dan apa pula hubungannya dengan kemurungan mu hari ini?" tanya Ema penasaran.

"Pesan itu dari kakak sulung ku dari rumah. Dia bilang akan menjemput ku untuk ke rumah sakit. tanpa diberitahu ada apa, kenapa, dan untuk apa aku di ajak kerumah sakit. saat ku tanya pun kakak ku tidak menjawab pertanyaan ku. sampai tiba di rumah sakit, kakak hanya bilang 'Tahan air matamu'. Aku curiga dengan kata-kata itu. Aku berpikir apa ada keluarga ku yang meninggal, tapi siapa aku tak tahu. ku ingat-ingat adakah dari keluarga ku yang sedang sakit beberapa hari terakhir ini pun tak ku temukan"

"Dengan ragu aku melangkahkan kaki ku masuk ke sebuah kamar yang telah ramai dengan isak tangis yang semakin membuat jantung ku berdegup tak karuan dan aku sangat kenal suara isak tangis itu. Tak ada nyali aku untuk masuk keruangan itu karena aku tahu suara sendu itu adalah milik Ibu"

"Kenapa Ibu menangis? pertanyaan itu sungguh membuat ku kelu, walau tak tahu apa yang terjadi"

Putri terdiam beberapa saat, dengan tatapan yang sangat membuat hati Ema sahabatnya itu miris melihatnya.

"Akhirnya Ku beranikan melangkahkan kaki ku mendekati Ibu" lanjut Putri ragu.

"Sungguh tak berdaya tubuh ini Ma, saat aku melihat tubuh Ayah, my hero, terbujur kaku terbaring dengan senyuman manis di bibir tipisnya yang indah"

Butiran bening pun kembali mengaliri wajah rupawan Putri yang selalu berhias senyum itu.

"Ayah Ma, Ayah" isak Putri semakin menjadi.

'Sungguh tak mampu aku melihat butiran embun menetes dari indahnya mata mu, Put!' kata Ema dalam hati.

"Ternyata yang Ibu tangisi itu adalah Ayah ku, Ma."

"Tak kuasa ku melihat tubuh Ayah yang kekar dan selalu memanjakan ku itu terbujur kaku tak berkutik sama sekali melihat kedatangan ku" Putri terdiam dalam tangisnya yang tak kunjung berhenti.

"Biasanya Ayah selalu menyambut kedatangan ku dengan penuh canda yang membuat aku merasa di atas awan di buatnya. Namun hari itu, semua itu hanya tinggal kenangan. kedatangan ku disambut tangisan Ibu yang sangat pilu."

"Senyumannya, tawanya, nasihatnya, cinta kasihnya, sungguh semua itu tinggalah kenangan manis yang selali ku tata rapi dalam hati kecil ini, Ma"

"Sejak saat itu aku selalu berdo'a agar bertemu Ayah walau hanya dalam mimpi yang singkat, namun sampai tadi malam sebelum aku bermimpi bertemu Ayah, aku nggak pernah memimpikannya, Ma"

"Tadi malam, untuk pertama kalinya aku bertemu Ayah dalam pertemuan singkat, Aku memeluknya dengan erat, senang rasanya bisa merasakan betapa hangatnya pelukan Ayah walau hanya sekejap dalam mimpi ku itu. Seandainya aku bisa memilih, aku akan tetap berada dalam mimpi ku itu bersama Ayah, namun indahnya panggilan Allah dalam seruan adzan subuh dari masjid di sebelah rumah kost ku, yang sungguh sangat menyejukkan kalbu. membuat ku tak sabar untuk mengadu kepada Allah akan sedih ku" kata Putri sambil tertunduk lesu.

"Maafin aku Put, aku nggak tahu kalau Ayah mu telah menghadap Sang Ilahi" Ema tanpak menyesal banyak bertanya atas kemurungan Putri.

"iya, nggakpapa Ma. justru aku yang harusnya minta maaf karena kamu jadi ngedengerin isi hati aku" perlahan air mata Putri mulai surut.

"Makanya sekarang aku ada disini Ma!" kata Putri smbil tersenyum.

"Apa hubungannya, Put?" Muka Ema tanpak penasaran dengan kata-kata Putri barusan.

"Iya, tujuan utama aku ada di sini adalah aku harus membahagiakan Ibu dan mengurangi beban Ibu untuk menguliahkan aku. makanya aku mati-matian mencarii beasiswa sampai akhirnya dapat kesempatan beasiswa kuliah di sini. dan itu saja belum cukup, aku harus memcari keja sampingan untuk lebih meringankan beban Ibu" Senyum tipis yang manis itu selalu menghiasi bibir Putri.

"Oh jadi itu alasn mu tidak mau ikut kegiatan kampus, supaya lebih banyak waktu kamu untuk kerja sampingan dan bisa meringankan tanggungan Ibu mu" kata Ema menyimpulkan tanpa disuruh.

"Iya, Ema sayang!" Tawa Putri, seolah tak pernah ada masalah dalam hidupnya.

Setelah hari itu, Putri berjanji untuk lebih semangat menjalani indahnya kesempatan yang diberikan Allah kepadanya. Karena permintaannya untuk bertemu sang Ayah telah terkabulkan.

----------

Ternyata dibalik ketegaran dan senyum manis yang selalu menghiasi hari-hari Putri tersirat kesedihan mendalam atas perginya sang Ayah menghadap Sang Pencipta. Tapi itulah Putri, walau hatinya sangat rapuh tak pernah terpancar di indahnya bola matanya.
semua tersimpan rapat di lubuk hati Putri yang terdalam. Yang akan selalu menjadi kenangan tak terlupakan bagi Putri.
Itulah sebabnya, teman-teman Putri salalu mencurahkan isi hati mereka pada Putri. karena Putri selalu memberikan kata-kata yang selalu membangkitkan semangat teman-temannya, tanpa ia tunjukkan gurat kesedihan diwajahnya.

"Ayah, aku akan selalu hidup dalam bahagia. Akan ku taklukkan sang surya untuk mu Ayah.

Putri sayang Ayah"




Baca Juga :

Putri Di Balik Layar Part 1


Putri Di Balik Layar Part 3



Follow me : @yesiispani


.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.