Sinta Sudah Hafal Tiga Juz


Sudah beberapa malam ini aku tak lagi taraweh sendiri ke Surau dekat rumah..
Sejak malam itu, Allah pertemukan aku dengan gadis kecil yang begitu membuat ku iri..
Sebenarnya sudah lama aku mengenalnya, hanya saja tidak pernah akrab. Baru kemarin saat hendak pergi ke Surau gadis kecil itu mengekor di belakang ku hingga ku hentikan langkah ku dan mengajaknya jalan bareng pergi ke surau. Sejak itulah sebelum adzan Isya berkumandang gadis kecil itu selalu mengetuk pintu rumah mengajak ku pergi ke Surau.

Perjalanan menuju Surau yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah itu membutuhkan waktu tak lebih dari sepuluh menit untuk tiba disana.
Langit malam itu begitu cerah, langit gelap bercahaya. Cahaya SuperMoon yang di temani gemerlap bintang-bintang khas daerah Pegunungan (Red: Kaki Gunung).Bahkan salah satu simulasi pergerakan benda-benda langit seperti stellarium pun tidak bisa menandingi keindahan langit malam itu..
Langkah kami santai menuju Surau.

"Sinta, tadi buka sama apa?" tanya ku santai membuka percakapan memecah keheningan malam.


"Banyaakkk.. Martabak, Roti Bakar Coklat, Pisang Bakar keju, (....bla bla bla.....)" Jawab gadis kecil berusia sembilan tahun itu. Bla, bla, bla,, aku kurang mengerti makanan apa yang dia sebutkan karena gadis kecil itu menggunakan bahasa minang yang sedikit sulit ku mengerti.

"Waah,, enak donk. jangan-jangan udah kekenyangan nih perutnya.." canda ku tersenyum lebar padanya.

"Indak kok Tan, Sinta ndak makan semua. Saketek aja tadi.." Jawab nya polos, membuat senyum ku makin merekah.

Kembali hening, tak terasa langkah kami sudah menghantarkan kami ke Surau, Mushola Al Muttaqiin.

Isya dan Taraweh yang di selingi dengan ceramah menjadi khas Qiyyamu Romadhon di kota ini. Dan ini pula lah yang menjadi tujuan utama ku memilih sholat di Surau ketimbang di rumah. Di tambah lagi suara imam nya yang sangat merdu melantunkan ayat-ayat Allah dalam setiap sholat semakin membuat ku merasa rugi jika di tinggalkan...

Entah di mulai dari mana percakapan kami sudah sampai ke cerita tahfidz saja.

"Sinta udah hafal berapa Juz?" tanya ku memandang wajah polos Sinta.

"Tiga juz Tan..." Jawaban yang membuat ku terperangah malu pada Allah, malu pada diri senidri.

"Juz berapa aja, 28 sampai 30 ya?" tanya ku menyelidik..

"Ndak, Sinta hafal juz satu sampe juz tiga.." Subhanallah,. aku makin tertunduk malu.

Bagaimana tidak anak sekecil Sinta, yang baru berusia Sembilan tahun saja sudah hafal tiga Juz, itu pun Juz 1-3 bukan juz-juz terkahir yang ayat-ayat nya pendek. Tidak perlu melihat terlalu jauh seperti anak-anak dari Palestina, atau negara timur lainnya yang sudah hafal 30 juz Al-Qur'an di usianya yang masih sangat kecil. Hanya dengan melihat Sinta yang sudah halaf 3 juz saja sudah cukup mambuat ku semakin malu di hadapan Allah.

'Kamu yang sudah seperempat abad di kasih kesempatan sama Allah, sudah berapa banyak ayat-ayat nya kamu hafal?' tanya ku penuh isak di dalam hati.

"Cita-cita Sinta mau jadi apa?" tanya ku lagi.

"Mau jadi Ustadzah." jawab gadis kecil itu kembali menggetar kan hati ini.

Ya Allah, betapa mulianya impiannya. Di tengah-tengah impian anak-anak lain yang ingin menjadi dokter, pilot, atau polisi, atau mungkin ada yang bercita-cita jadi preside, gadis kecil ini memilih menjadi ustdzah tanpa keraguan sedikit pun yang terpancar di matanya.

Aku kian tertunduk malu, mengaku cinta pada Allah, mengaku rindu pada-NYA. Tapi apa yang sudah ku perbuat untuk memantaskan diri di hadapan-NYA. Bahkan menghafalkan ayat-ayat nya saja belum tuntas satu juz. Itu pun sudah sangat jauh dari gadis kecil itu yang menghafalnya mulai dari depan, ini menghafal dari belakang saja masih belum tuntas juga..

"Ya Allah, tuntun hamba untuk lebih dekat kepada-MU ya Robb..." do'a ku memohon pada-NYA dalam keheningan malam yang diterangi cahaya super moon malam itu..


*Sumber gambar: Koleksi pribadi, hasil capture Stellarium*
Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.