SAHABAT KU

Sahabat maaf kan aku yang menodai persahabatan kita
Dengan noda cinta ku padamu
Awalnya aku menyayangimu dengan sayang seorang sahabat
Tapi semenjak kau ungkapkan asa mu pada ku
Ku rasa ada yang aneh
Sejak itu hati ku bertabur bunga nan indah
Bercahayakan rembulan nan terang
Aku tak tahu keadaan hatiku ini benar atau salah
Inginku menelusuri jalan setapak di hati ku
Untuk ku tahu akan rasaku
Karena ku tak mau sahabat ku tersakiti oleh rasa ku
Tiga ratus enam puluh enam hari
Kuhabiskan waktu menelusuri jalan setapak hati ku
Untuk yakin akan rasaku
Namun saat keyakinanku hadir, hati ku merasa kau telah jauh
Kau berpaling tak hiraukan ku
Bukannya aku takut tak bisa mencintaimu lagi
Ku ingin kau tahu aku takkan berhenti mencintaimu
Hanya ku takut tak bisa bersahabat lagi dengan mu
Sahabat ku

PENAT

Saat mata hati mulai terpejam.
Hampa.
Kesunyian menelan bumi menghapus langit.
Kenanganmu menjadi sejarah.
Di saat kesetiaan tak lagi digunakan untuk mencinta.
Sadarku akan rasaku.
Memadamkan semangatku yang selama ini berkobar.
Bosan.
Bosan di ingatkan dengan janjimu yang tak juga ku temukan.
Setiap ku mengingat, selalu perihnya menjadikan sarafku tak berfungsi.
Secercah harapan yang kau tabur menghidupkan beribu bintang di langit hatiku.
Tangisku, karena bintang-bintang itu tak lama sinarnya menerangi hati.
Redup.
Seiring terlewatnya waktu cahayanya semakin redup hingga menggelapkan harapan.
Kepenatan mematikan sel menghentikan kerja organ.
Lalu diri menjadi rapuh.
Hingga jantung pun tak berdetak.

HATIKU KELABU

Perlahan mata ini mengangkat kelopaknya
Terlihat panorama laut yang biru menenangkan
Teriakanku memecah pantai yang sunyi
Ombak datang dengan lembutnya
Berlari ku mengejar ombak itu
Barharap ia mau menemaniku
Namun apa daya sang ombak langsung pergi kelautan
Termenung ku menunggu datangnya ombak kembali
Satu jam terlewati namun belum datang jua
Tampa ku sadar seekor kepiting berusaha mencari perhatianku
Ia terus berusaha
Namun fokusku tetap melihat ke lautan
Beharap ombak akan datang
Terus ku abaikan kepiting itu
Padahal ia sudah membawakan ku segalanya
Satu hari berlalu, sang surya sudah mulai memerah
Harapan pada ombak pupus di tengah hamparan laut
Kepitingpun telah pergi
Tersadar ku aku tetap sendiri
Sesalku karena mengabaikan kepiting
Sungguh ternyata ia penting bagiku
Lalu hatiku menjadi kelabu
Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.