Ketika Akhwat Teserang Sindrom GALAU

Pagi itu, beberapa saat setelah aku selesai melaksanakan kewajiban ku. Sholat subuh dua rakaat plus sunnah dua rakaat mendahuluinya. Saat lisan ku asiik melantunkan ayat-ayat Allah menjelajahi seetiap hufur yang terukir indah di atas lembar biru mushaf ku. Tiba-tiba lantunan lagu 'Sedekah-Opick' terdengar samar dari handphone ku yang sengaja ku letakkan di bawah bantal. Ku tutup mushaf biru muda yang erat di genggaman ku.

"Asslamu'alaikum.. Sofi, lagi sibuk gak? Pengen curhat niih.."

'Dhila kenapa ya, tumben banget dia pengen curhat. Biasanya juga aku yang curhat sama dia' pikir ku.

"Wa'alaikumsalam.. Baru selesai sholat subuh Dhil, kenapa ada masalah?" Tanya ku cepat, penasaran apa yang terjadi dengan sahabat ku ini.

Fadhila Izzati, yang akrab di panggil Dhila, adalah seorang aktivis dakwah kampus yang aktif di berbagai organisasi kampus. Dhila adalah teman ku waktu SMA, kami pisah setelahnya, karena kampus kami yang berbeda. Dari dulu hingga sekarang di semester akhir perkuliahan pun Dhila masih saja sibuk berorganisasi. Salut 'banget' sama dia, udah cantik, pinter, baik, sholehah lagi. Mukanya yang oval senantiasa di balut kerudung rapi membuatnya semakin teduh di pandang mata. Tutur katanya begitu lembut, menentramkan yang mendengarnya. Nasihatnya yang bijak melambungkan wibawanya. Pantas saja, tiap kali dia bersuara tidak ada satu suara pun yang membarenginya. Ya, hanya suaranya yang lembut itu memenuhi seluruh ruangan. Ah Dhila, kesholehan nya pun begitu membawa manfaat bagi orang disekeliling nya. Baktinya pada masyarakat begitu besar, tingkat kepeduliannya tak bisa di tandingi. Entahlah, kenapa hari ini tiba-tiba ia berkata 'galau'.

"Kamu kanapa Dhil?" Tanya ku lagi memecah hening sambungan jarak jauh kami.

"Aku galau nih." Katanya singkat.

"Galau gimana? Kamu jatuh cinta? Sama siapa? Ketemu dimana?" Rasa penasaran ku begitu besar hingga melontarkan pertanyaan bertubi-tubi seperti peluru yang tiada henti ditembakkan hingga mengenai mangsa.

"Sofiii... nanyanya satu-satu donk. Aku bingung nih mau jawab yang mana duluan."

"Hehehe.. iya-iya maaf. Kamu sih ngasih taunya setengah-setengah." Jawab ku cekikikan.

Aku hanya diam mendengarkan. Maklum, kalau akhwat yang curhat biasanya dia tahu sendiri apa solusinya. Hanya saja yang namanya cewek susah banget memendam rasa.

"Kamu benar Sof, kayaknya aku jatuh cinta."

"Mungkin terlalu cepat bilang itu cinta. Lebih tepatnya aku kagum sama dia."

"Entah sejak kapan, aku juga masih meraba-raba. Liat apa-apa pasti inget dia. Kadang aku liat sunrise di padang dekat kost juga ingatnya dia, gara-gara aku tahu kalau dia juga suka sunrise,"

"Kok kamu bisa tau dia suka sunrise Dhil?" Secepat kilat aku memotong cerita Dhila.

"Aku sudah tidak tahan dengan kondisi ku sendiri. Hati ku gelisah gak karuan." lanjut Dhila mengabaikan pertanyaan ku.

"Aku sudah mencoba berbagai cara Sof. Baca Al-Qur'an, Sholat sunnah, puasa, bahkan sholat istikhoroh juga aku lakuin. Tapi masih juga gak ilang-ilang bayang-bayang dia." Suara Dhila mulai serak terbatah-batah. Aku sangat tahu kondisi ini, di seberang sana pasti butiran bening itu sudah membasahi wajah putih bersihnya yang rupawan itu.

Aku masih terdiam mendengarkan cerita sosok wanita pujaan para adam dengan kerapawanan wajah dan hatinya itu.

"Aku sih yang salah, beberapa bulan yang lalu waktu rapat senat gak sengja liat tu orang. Abis itu perhatian kayaknya tertuju sama dia. Jadi lebih sering ketemu. Entahlah padahal dulunya sebelum itu aku gak pernah ketemu dia. Terakhir minggu kemaren aku baru tahu ternyata dia itu kakak tingkat aku di jurusan MIPA."

"Aku nyesel banget." Hembusan nafas terdengar pelan dari handphone ku.

Ah Dhila, tidak sengaja melihat lelaki saja dia sudah merasa bersalah sekali.

"Kamu kan tidak sengaja Dhilaa.. gak usah nyalahin diri gitu." Kata ku berusaha menghiburnya.

"Anggap aja aku gak bersalah karena itu. Tapi tindakan ku yang ngebiarin rasa itu berkembang, itu kesalahan terbesar aku Sofii."

Emang lain baget ya kalau akhwat yang jatuh cinta. Sudahlah 'pengobatan'nya baca al-qur'an, puasa, istikhoroh, masih saja mereasa menyesal. Aku yang tidak mengerti apa-apa ya hanya bisa diam dan berdecak kagum sekaligus menjadikan pengalaman berharga untuk perbaikan diri.

"Kenapa gak diajak nikah aja Dhil." Kata ku sembarang.

"Entahlah Sof, istikhoroh ku juga belum terjawab."

"Ya sudah ya Sof, Afwan udah ganggu pagi-pagi buta gini. Kamu lanjutin tilawahnya gih. Asslamau'alaikum." tutupnya.

'Wa'alaikumsalam, kok Dhila tau aku lagi tilawah ya?'

Ada dua pilihan ketika bertemu cinta

Jatuh cinta dan bangun cinta

Padamu, aku memilih yang kedua

Agar cinta kita menjadi istana, tinggi menggapai surga

(Salim A. Fillah)

Dhila, aku yakin kau pun pilih yang ke dua. Semoga istikhoroh mu segera terjawab dan bisa membangun cinta bersamanya atas izin dan ridho Allah tentunya. Amin Ya Allah. Galau (God Always Listening And Understanding). Sepertinya itu arti galau yang pas buat mu Dhil dan memang seharusnya dijadikan seperti itu saja arti galau itu... :)


@yesiispani





.

Ceritaku: Semester Pendek

Malam ini, jemari lentik ku bertambah mahir memainkan keyboard laptop kesayangan ku. Perlahan, halaman demi halaman mulai tersusun rapi. Lama sekali aku mengabaikan folder "All About TA" dalam partisi D:/ di laptop ku. Hampir dua bulan berlalu aku tidak bermain bersamanya. Niat sih ada, tapi realisasi nihil. Kursor yang sudah ku niatkan untuk mengarah ke folder All About TA selalu tergoda untuk membuka folder foto atau malah ke luar dari windows explorer dan membuka Google Chrom. Ah entahlah, kenapa aku begitu malas.

Kuliah semester pendek untuk 18 SKS itu sesuatu banget, ditambah lagi ini saat semester akhir (baca: semester VI) ku menjalani kuliah. Beban Tugas Akhir terus memanggil-manggil ku untuk segera di selesaikan, dosen pun semakin rajin memberi tugas. "Hari-hari yang butuh tenaga ekstra" bisik ku pelan.

Ya, dalam waktu tiga bulan aku harus sudah menyelesaikan tugas akhir ku dibarengi dengan materi yang masih tersisa 14 SKS di luar tugas akhir. Bertambah lagi PKL yang di bagi ber 'part-part' hingga mengharuskan membuat laporan di setiap 'part' nya.

Jemari ku makin tak kenal lelah hingga ku sengaja saja melakukan peregangan. "Supaya kuat" kata ku dalam hati.

"Kita bisa menyelsesaikan ini semua tepat pada waktunya" tutur ku pada diri sendiri.

Iya, begitulah cara ku berkomunikasi pada diri sendiri. Aku harus diskusikan semua keadaan ku pada jiwa dan raga ku, supaya kelak dalam perjalanan semua bekerja dengan harmoni. Otak jalan, hati ikhlas, badan pun sehat. Semua saling mendukung satu sama lain.

Ku pandangi jam di handphone 'mungil' ku, 01.16 AM. Sungguh kalau semua organ dalam tubuh ku sudah 'akur' waktu terasa berjalan begitu cepat.

Aku harus istirahat, ini tidak adil untuk tubuh ku. Takut dia 'ngambek', ku rebahkan diri di kasur biru ku yang sudah memanggil-manggil sedari tadi namun terus ku abaikan.

Cahaya putih itu menyilaukan pandangan ku, menghambur cepat menyinari bumi ini. Pagi yang indah di tepi panatai ini. Indah sekali, lautan membentang luas dihiasi cahaya merah bersepuh emas dan burung-burung gagah nan memesona di atasnya. Kolaborasi suara lambaian daun kelapa di pinggir pantai dan Riak ombak kecil terdengar di hamparan laut di hadapan ku merdu sekali. Ku pejamkan mata merasakan sentuhan lembut angin pagi yang lembab di tepi pantai ini.

"Indah sekali.. Seperti mimpi rasanya bisa berada di tempat seindah ini." lirih ku, penuh syukur pada Robb ku atas hiasan bumi yang ku dapati.

Jam dinding di kamar ku terus berdetak dan lelah ku pun sudah terobati.


author: @yesiispani





.

IKAN dan PANCING


Sepanjang hari ku lalui begitu berat. Teman-teman ku melewati masa kecilnya dengan penuh kehangatan. Bermain, bermanja-manja, tamasya, dan kegiatan anak umur 12 tahun lainnya. Suatu hari aku protes kepada ayah, kenapa aku diperlakukan seperti ini. Ayah menjawab pertanyaan ku singkat.


"Nak, Ayah tidak mau memberi mu ikan. Tapi ayah ingin membekali mu pancing..."

Aku sungguh kecewa dengan jawaban itu, sejak aku bisa mengingat masa lalu, seingat ku ayah selalu memberikan jawaban itu atas pertanyaan ku. Hingga usia ku terus bertambah, dari waktu ke waktu aku selalu berusaha memahami maksud jawaban ayah.

Saat orang tua teman-teman ku mengajarkan bermain games atau bahkan membelikan mereka seperangkat peralatan permainan games. Ayah tidak melakukan itu pada ku. Ayah malah mengajari berjualan, mulai dari membungkus hingga menawarkannya pada orang lain, ayah membekali ku buah-buahan yang di petik dari belakang rumah untuk ku bawa ke sekolah. Hasil berjualan itulah yang ku miliki sebagai uang saku. Tidak ada yang ayah minta dari hasil penjualan itu, semua milik ku. Aku merasa ayah tidak begitu menyayangi ku, karena tidak pernah mengabulkan permintaan ku dengan mudah. Selalu ada yang harus ku kerjakan jika ingin mendapatkan sesuatu.

Saat teman-teman ku diajak tamasya ke tempat-tempat wisata, ayah mengajak ku pergi melihat transaksi bisnis nya bahkan tak jarang ayah mengajak ku berkebun di kebon kopi yang berjarak ratusan meter dari rumah dan ditempun dengan jalan kaki.

Sering kali aku mengeluh, Ayah aku ingin sekali menjalani kehidupan ku layaknya anak seusia ku. Tapi ayah dengan tegas menjawab "Nak, Kamu harus menjadi kebanggaan Ayah!"

Dan saat putih abu-abu menjadi sebuah kebanggaan setiap remaja, penuh kebebasan, bergaul sana-sini, jalan sana-sini. Ayah memilih untuk mengajak ku keliling ke agen-agen kolektor kopi rekan bisnis mu. "Ayah apa sebenarnya yang kau mau?"

Terakhir kali aku bertanya pada mu dengan desakan berharap mendapat jawaban. Dan kau menjawab begitu lembut dan penuh kesabaran atas kekesalan ku.

"Putri, jawaban ayah masih sama. Ayah tidak ingin memberi mu ikan. Tetapi ayah ingin membekali mu pancing." Ku lihat tatapan serius ayah yang penuh kelembutan.

"Ayah memang jarang memberi Putri ikan, namun itu bukan berarti Ayah tidak sayang sama Putri. Justru karena Ayah sangat menyayangi Putri makanya Ayah memberi Putri pancing bukan ikan yang sudah di tangan, supaya Putri bisa mendapat Ikan lebih banyak dari pada yang Ayah berikan. Putri juga besar kemungkinan bisa menangkap ikan yang lebih berkelas dibanding ikan yang ayah miliki"

Aku masih terpaku mendengarkan penjelasan ayah, dengan penuh tanda tanya di kepala ku. Apa itu ikan yang ayah maksud, kenapa harus pancing yang ayah berikan, dan apa pula maksud ayah dengan ikan yang lebih berkelas itu. Ayah, sungguh aku di gandrungi kebingungan.

Di awal kuliah ku, saat teman-teman asik menikmati kehidupan baru mereka dengan kebebasan memilih apa yang mereka inginkan. Ayah, sekali lagi kenapa? Kenapa saat itu kau malah pergi dari kehidupan ku dan hanya meninggalkan satu pilihan. Aku harus menjaga ibu, meringankan bebannya, dan berjuang untuk hidup ku sendiri.

Waktu terus berjalan, perlahan ku temui kata demi kata untuk menjelaskan jawaban mu. Hingga sekarang dapat ku rangkai kata-kata itu menjadi sebuah jawaban yang sempurna.

Ayah, baru ku tahu gunanya pancing yang kau berikan. Hari demi hari ku lalui tanpa ayah di sisi ku. Dan Pancing itu pun semakin banyak menghasilkan ikan.

Terimakasih ayah! Ayah tidak memberi ku ikan tetapi pancing, kini pancing itu bisa menjangkau tempat yang lebih jauh dari tempat ayah menangkap ikan dulu, dia sudah tidak lagi memancing di tambak tempat ayah selalu mengajak ku memancing, tetapi pancing itu sudah berkelana memancing ke berbagai tempat. Bahkan ia akan segera berlayar ke lautan untuk menangkap ikan yang paling besar di luasnya samudera sana. Do'akan Putri ya, Yah!

Maafkan Putri, Ayah! Jika selama ini prasangka Putri sudah membuat Ayah kecewa. Sekarang Ayah bisa tersenyum lega di atas sana, karena Putri sudah mengerti guna Pancing yang Ayah berikan.



.   --------------------The End---------------------


Semoga teman-teman bisa mengambil hikmah dari kisah "Pancing dan Ikan" ini.

Nah, Sekarang Teman-teman lebih suka di beri IKAN atau PANCING..???



image source: id.wikipedia.org



.

Masih Dibawah Langit Yang Sama

Sang fajar kembali merangkak di ufuk timur

Menerangi sudut kamar ku yang tanpak kusam

Ku picingkan mata melempar pandangan di luar jendela

Berharap ada sang fajar lain yang mampu menerangi sudut jiwa ku

Aku terdiam dalam penatnya metropolitan

Hanya mereka kendaraan yg bersaut-sautan bising menghantam gendang telinga ku

Ingin ku hentikan desah nafas yang tak jelas

Untuk sejenak melepas penat menjemput lepas

Di bawah langit yang sama

Di bawah awan yang sama

Di timpa air hujan yg sama

Tapi terasa begitu jauh

Maaf, aku terlalu mengharap mu



#menunggusebuahpertemuan#______#masihdibawahlangityangsama#



.

First Experience of Geophysical Surveys

Survei makroseismik pertama yang saya lakukan sebelum menjadi seorang seismologist (Asik..)
Eeemm.. gima yah bilangnya,..?! hehehe

Kemarin waktu hari jum'at 14 Spetember 2012 kami (saya dan teman satu jurusan saya Geof45) berangkat ke bogor, survei geofisika (hanya makroseismik, mikroseismiknya simulasi saja) untuk gempa bogor yang terjadi pada tanggal 9 September 2012 lalu.

Duuh, itu benar-benar survei yang sangat mendadak bagi saya dan teman-teman. Bagaimana tidak kami diberitahu dosen kurang dari 24 jam sebelum berangkat. Semua persiapan ga mateng, kelupa'an ini, kelupa'an itu. Ujung-ujung dapat teguran deh dari dosen (Eemm dapet mines gak ya nilainya..hahaha). Iya, ini survei dinilai karena dijadikan PKL buat kami.

Sempat kesel sih sama dosen,
"Ini apa-apaan sih, kita disuruh turun ke lapangan mendadak gini?"
"Ya iyalah banyak kekurangan, lah ngasih kabarnya mendadak banget."
"Duh Pak kita baru pertama kali turun ke lapangan, jadi wajar donk!"
Atau "Ga bisa gitu dong Pak, mereka kan udah tau jauh-jauh hari kalau bakalan ke lapangan." karena sang dosen ngebandingin kita dengan PKL angkatan sebelumnya yang terdesain dengan baik.

Tapi, dipikir lagi memang harusnya begitu. Iya, karena kalau sudah benar-benar kerja sebagai ahli gempa *Assiiikk* kita akan sangat sering menghadapi hal seperti itu.
Ya gimana tidak, kalo ada gempa merusak mau ga mau harus turun ke lapangan jika ditugaskan.

Saat melakukan survei makroseismik dan langsung melihat sendiri keadaan bangunan warga bogor (Cibunian-Pamijahan) yang rusak parah, tragis banget, dengan gempa berkekuatan 4.8 SR banyak rumah ambruk bahkan ada yang rata sama tanah. Aneh? semestinya tidak, mengingat perkampungan tersebut tepat di atas pusat gempa.


Duuuuhh, survei pertama. emang bener-bener ya, Sesuatu.. Hahaha

Udah di lapangan, ternyata data yang kita cari masih kurang. Kurang banget malah. Dosen jadi bingung sendiri, kelimpungan ngejelasin apa yang harus kita lakukan karena melihat wajah-wajah memelas minta bantuan (hahahaa..). Tapi tetep ga menguras semangat kita untuk survei.
Kita jelajahi perkampungan yang trjejer di lereng-lereng bukit itu untuk mendapatkan informasi.


Terlepas dari survei kita yang serba seadanya,...
Pasti ada pesan yang ingin Allah sampaikan melalui sebuah musibah.
Itu yang selalu saya ingat dari sebuah musibah, walau kadang sulit mengartikannya.

Di sana, banyak sekali rumah yang ambruk. Warga pada mengungsi ke rumah keluarga atau tetangga yang rumahnya masih bisa di huni.
Entahlah apa yang bisa saya simpulkan dari apa yang saya lihat.

Saya hanya bisa menarik kesimpulan untuk saya sendiri.
Bahwa, Allah sudah memberikan peringatan buat saya.

Saya baru menyadari, ternyata tingkat kepedulian sosial saya masih sangatsangatsangat kurang.
Saya sudah tahu sedari awal bahwa akan survei ke daerah bencana. Tapi saya tidak menyiapkan apapun yang bisa saya hibahkan untuk para korban.
Saya masih terlalu banyak memikirkan perut sendiri.

Oh betapa lembutnya cara Allah memberitahu kesalaha ku.
Semoga kelak tingkat kepedulian ku lebih bertambah...Amin yra

Kok nyambungnya ke situ sih.. gapapa ya...hehehe
semoga bisa menjadi pengingat juga buat teman-teman. ^__^

Belum bisa nulis banyak, Maaf ya, masih kecapean baru pulang tadi siang..hehehe

Semoga ada yang bisa di petik... :-)


.

Di bawah kubah Metropolitan

Saat ku tahu kita berada di bawah langit yang sama
Kubah langit malam Metropolitan
Hati ku tak henti bergejolak
Tak ingin menatap mu, tapi aku rindu

Saat ku tahu jarak kita hanya sejengkal
Peluang bertemu semakin besar
Aku sangat mengharap itu
Tak ingin menatap mu, tapi aku rindu

Jiwa ku tak tenang, terus bertanya dan bertanya
Bertanya sesuatu yang tak bisa ku temukan jawabnya
"Kapan pertemuan itu tiba?"

Pertemuan tak sengaja
Aku suka itu

Setiap kali pertemuan tanpa di duga itu terjadi, hati ku bergetar hebat
Salah tingkah tak tau harus berbuat apa
Kau tahu, saat itulah yang paling ku suka dari diri mu

Aku suka kamu
Bukan karena paras mu
Aku suka kamu
Bukan karena ketenaran mu
Aku suka kamu
Bukan karena apa yang kau miliki

Aku suka kamu
Karena kaulah satu-satunya yang bisa menggetarkan hati ku

Di bawah kubah Metropolitan
Ku ingin melihat mu lagi



.

Dia Yang Sering Dilupakan..*Simpel Tapi Penting*

Setiap mau nulis pasti ide-ide yang sudah terancang baik dalam memory otak langsung buyar. tapi it's fine lah ya.. terus mencoba ajah...:)

Mulai dari mana yah enaknya..

Eeemm, beberapa waktu yang lalu saya baca bukunya mas Donny Dhirgantoro "5 Cm"..

Seru, asyik, terharu, romantis, menegangkan, fantastis, kocak, banyak kesan yang saya temukan di dalamnya..
Bagian yang paling saya suka adalah perjalanan mereka(tokoh dalam bukunya) ke puncak MahaMeru. Karena saya juga suka dan sering mendaki gunung, jadi feel nya dapet banget walaupun belum pernah mendaki Gunung Semeru (Semoga segera bisa mencapai puncak tertinggi pulau jawa ini..:D).

Ditambah lagi mereka anak kota yang seumur hidup mungkin baru itu kali pertama masuk hutan belantara. Butuh perjuangan yang besar untuk bisa menggapai puncak. Namun mereka semua(ada 6 orang) mampu tiba di tanah tertinggi di pulau Jawa.

Apa Rahasianya??!

Ternyata hanya sangat simpel, dia yang tak jarang dilupakan sebagian kita, dia yang sangat sederhana namun perannya begitu kuat dalam menggapai sebuah kesuksesan.
Apa itu?
Yes, that's right!
Impian alias Dream!

Mereka punya impian *keinginan* yang kuat untuk menggapai Mahameru.

"Kita hanya perlu menaruh mimpi kita disini *Kening*. Lalu kita hanya butuh kaki yang harus berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang harus bekerja lebih dari biasanya, hati yang selalu bersyukur, dan mulut yang selalu memanjatkan do'a."

Kira-kira seperti itu penggalan dialog mereka.

Mimpi *Impian* jugalah yang sangatsangatsangat sering di bahasa oleh motivator-motivator di bumi ini. Karena impian itu ibarat bahan bakar pada kendaraan, ketika bahan bakar habis maka dia tidak akan bisa berjalan dan tidak akan bisa sampai pada tujuan. Begitu pula *Impian*, ketika kita punya impian dia akan menjadi bahan bakar yang memacu kita untuk terus berjalan *Berjuang* hingga menghantarkan kita pada kesuksesan.

Saya pernah mendaki gunung Gede Pangrango bersama teman-teman kampus saya, cukup sulit bagi saya untuk menempuh jalan yang tak henti-hentinya menjak mengingat badan saya yang *sedikit* bengkak (Kalo kata teman saya mirip doraemon..Hahahahahaha...). Eiitttss, tapi jangan salah loh, gitu-gitu saya cewek pertama yang sampai alun-alun Surya kencana dari 50 orang peserta... Bukan sombong loh yaa...(Hiihihihii..^_^)

Capek? Iya capek banget (Secara bawa buntelan karung yang ga mau lepas di tubuh..hahaha)

Ngeluh? Sempet, tapi bentar doank.

Pengen nyerah? Hampir, tapi ga jadi.

Saya mengalami hal yang sama dengan apa yang di alami dengan teman-teman saya. Medan yang kami tempuh sama.

Tapi kok saya bisa tiba lebih dulu?

Nah itu dia rahasianya..

Betul sekali, IMPIAN..!

Saat itu saya ingin sekali melihat Sunrise dari puncak...
Jadi IMPIAN saya adalah untuk melihat Sunrise..
Simpel banget yah, tapi bagi saya liat sunrise itu sesuatu banget apalagi liatnya di atas gunung... itu tidak terkira senangnya. :)

Saat saya capek, sunrise langsung melintas di benak saya jadi semangat lagi.
Saat saya ngeluh, sunrise dateng lagi dalam pikiran saya jadi ilang keluhannya.
Saay saya pengen nyerah, sunrise manggil-manggil daria atas puncak, jadi saya pasrah deh ngelanjutin perjalanan..hehehe

Begitulah IMPIAN, ketika kita ngerasa down dia akan datang membujuk kita untuk bangkit lagi.

Saya dan teman-teman saya sama-sama punya tujuan, yaitu bisa sampai puncak. Tapi sebagian hanya ingin tiba di puncak saja tanpa ada embel-embel lain. Hanya saja saya tambah impian saya untuk bisa melihat Sunrise. Maka jadilah semangat saya ga putus-putus, pengennya jalaaaaan aja terus..hehe

Maka saran saya buatlah impian yang LEBIH dari impian orang lain.

Ketika saya memutuskan harus bisa melihat Sunrise dari puncak, alhasil saya bisa melihat sunrise (Bagus banget loohh..^_^) dan saya juga tiba di puncak lebih cepat dari yang lain.

Kelihatannya keinginannya saya itu aneh banget, *Ngeliat sunrise di taman dekat rumah juga bisa* 'mungkin' ada yang berpikir begitu. Iya mungkin saja itu aneh, tapi setidaknya itulah yang membuat saya tiba di tujuan lebih dulu.

Nah, sekarang yuuk Perbesar Impian, biar kata orang mustahil juga gapapa. Karena itulah yang akan menjadi bahan bakar bagi kita. Setidaknya kita bisa tiba di puncak lebih dulu dari orang lain....^__^

*Semoga bermanfaat*

*Koreksi ya kalo ada salah*

#SalamSuksesMulia

regards @yesiispani
Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.