IKAN dan PANCING


Sepanjang hari ku lalui begitu berat. Teman-teman ku melewati masa kecilnya dengan penuh kehangatan. Bermain, bermanja-manja, tamasya, dan kegiatan anak umur 12 tahun lainnya. Suatu hari aku protes kepada ayah, kenapa aku diperlakukan seperti ini. Ayah menjawab pertanyaan ku singkat.


"Nak, Ayah tidak mau memberi mu ikan. Tapi ayah ingin membekali mu pancing..."

Aku sungguh kecewa dengan jawaban itu, sejak aku bisa mengingat masa lalu, seingat ku ayah selalu memberikan jawaban itu atas pertanyaan ku. Hingga usia ku terus bertambah, dari waktu ke waktu aku selalu berusaha memahami maksud jawaban ayah.

Saat orang tua teman-teman ku mengajarkan bermain games atau bahkan membelikan mereka seperangkat peralatan permainan games. Ayah tidak melakukan itu pada ku. Ayah malah mengajari berjualan, mulai dari membungkus hingga menawarkannya pada orang lain, ayah membekali ku buah-buahan yang di petik dari belakang rumah untuk ku bawa ke sekolah. Hasil berjualan itulah yang ku miliki sebagai uang saku. Tidak ada yang ayah minta dari hasil penjualan itu, semua milik ku. Aku merasa ayah tidak begitu menyayangi ku, karena tidak pernah mengabulkan permintaan ku dengan mudah. Selalu ada yang harus ku kerjakan jika ingin mendapatkan sesuatu.

Saat teman-teman ku diajak tamasya ke tempat-tempat wisata, ayah mengajak ku pergi melihat transaksi bisnis nya bahkan tak jarang ayah mengajak ku berkebun di kebon kopi yang berjarak ratusan meter dari rumah dan ditempun dengan jalan kaki.

Sering kali aku mengeluh, Ayah aku ingin sekali menjalani kehidupan ku layaknya anak seusia ku. Tapi ayah dengan tegas menjawab "Nak, Kamu harus menjadi kebanggaan Ayah!"

Dan saat putih abu-abu menjadi sebuah kebanggaan setiap remaja, penuh kebebasan, bergaul sana-sini, jalan sana-sini. Ayah memilih untuk mengajak ku keliling ke agen-agen kolektor kopi rekan bisnis mu. "Ayah apa sebenarnya yang kau mau?"

Terakhir kali aku bertanya pada mu dengan desakan berharap mendapat jawaban. Dan kau menjawab begitu lembut dan penuh kesabaran atas kekesalan ku.

"Putri, jawaban ayah masih sama. Ayah tidak ingin memberi mu ikan. Tetapi ayah ingin membekali mu pancing." Ku lihat tatapan serius ayah yang penuh kelembutan.

"Ayah memang jarang memberi Putri ikan, namun itu bukan berarti Ayah tidak sayang sama Putri. Justru karena Ayah sangat menyayangi Putri makanya Ayah memberi Putri pancing bukan ikan yang sudah di tangan, supaya Putri bisa mendapat Ikan lebih banyak dari pada yang Ayah berikan. Putri juga besar kemungkinan bisa menangkap ikan yang lebih berkelas dibanding ikan yang ayah miliki"

Aku masih terpaku mendengarkan penjelasan ayah, dengan penuh tanda tanya di kepala ku. Apa itu ikan yang ayah maksud, kenapa harus pancing yang ayah berikan, dan apa pula maksud ayah dengan ikan yang lebih berkelas itu. Ayah, sungguh aku di gandrungi kebingungan.

Di awal kuliah ku, saat teman-teman asik menikmati kehidupan baru mereka dengan kebebasan memilih apa yang mereka inginkan. Ayah, sekali lagi kenapa? Kenapa saat itu kau malah pergi dari kehidupan ku dan hanya meninggalkan satu pilihan. Aku harus menjaga ibu, meringankan bebannya, dan berjuang untuk hidup ku sendiri.

Waktu terus berjalan, perlahan ku temui kata demi kata untuk menjelaskan jawaban mu. Hingga sekarang dapat ku rangkai kata-kata itu menjadi sebuah jawaban yang sempurna.

Ayah, baru ku tahu gunanya pancing yang kau berikan. Hari demi hari ku lalui tanpa ayah di sisi ku. Dan Pancing itu pun semakin banyak menghasilkan ikan.

Terimakasih ayah! Ayah tidak memberi ku ikan tetapi pancing, kini pancing itu bisa menjangkau tempat yang lebih jauh dari tempat ayah menangkap ikan dulu, dia sudah tidak lagi memancing di tambak tempat ayah selalu mengajak ku memancing, tetapi pancing itu sudah berkelana memancing ke berbagai tempat. Bahkan ia akan segera berlayar ke lautan untuk menangkap ikan yang paling besar di luasnya samudera sana. Do'akan Putri ya, Yah!

Maafkan Putri, Ayah! Jika selama ini prasangka Putri sudah membuat Ayah kecewa. Sekarang Ayah bisa tersenyum lega di atas sana, karena Putri sudah mengerti guna Pancing yang Ayah berikan.



.   --------------------The End---------------------


Semoga teman-teman bisa mengambil hikmah dari kisah "Pancing dan Ikan" ini.

Nah, Sekarang Teman-teman lebih suka di beri IKAN atau PANCING..???



image source: id.wikipedia.org



.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.