Goyah

Derasnya arus yang menerjang
Goyahkan kaki yang manapak
Saat kekuatan tak lagi bisa menahan
Hanyut
Hempasan ombak mematahkan sendi-sendi, menggegarkan otak
Jiwa ikut terseret kederasan arus
Tak tampak oleh mata
Hingga tak ada yang membawa ke tepian
Hanya kepasrahan pada Sang Penguasa yang menguatkan
Hingga akhirnya terdampar di muara
Namun bukan di pantai yang ramai aku terdampar
Melainkan di tepi pantai yang sunyi dekat hutan
Jangankan orang yang ku dapati
Bahkan seekor binatang pun tak ku temui
Sulitnya keluar dari hutan mulai terasa
Ketakutan mulai merebak
Tinggallah semangat kecil ku yang tersisa
Harus ku temukan cahaya kemanusiaan
Walau angin tak luputuntuk menerpa

Menanti Kegelapan

Entah kenapa hati ini kian perih
Perih
Hingga tersayat sembilu pun tak lagi ku rasakan
Ingin ku melarikan diri dari mu
Tak melihat wajah mu selamanya
Dan tak mendengar tentang mu seutuhnya
Harap ku tak ingin ada diri mu dalam hari-hari ku
Tak terbayang dirimu oleh pikiran ku
Tapi apa benar itu harap ku
Sedang menghapus mu dalam hati ku aku tak mampu
Saat aku mencoba melupakan semua tentang mu
Saat itu jantung ku berhenti berdetak
Hati ini pun enggan mengalirkan darah
Bumi pun seakan berhenti berputar
Tahu kah kau
Menunggu mu adalah menunggu sesuatu yang tak jelas
Bagai menanti dalam gelap
Menunggu dalam lelap
Tak pernah aku menemukan sesosok orang yang ku tunggu
Bahkan langkah kaki pun tak terdengar
Sampai kapan?
Sampai kapan kau buat aku menanti kegelapan
Kapan tiba saatnya cahaya mu menerangi penantian ku
Walau letih menerpaku
Aku tetap menanti mu

Selalu Mungkin

Mungkin menghapuz dirimu dari ingatan ku lebih baik, ,

Mungkin berpura-pura tak mengenalmu lebih nyaman, ,

Mungkin melepaskanmu dari keinginanku lebih tenang, ,

Mungkin aku yang terlampau menganggap itu benar, ,

Mungkin aku yang kelewat mengharapkanmu, ,

Mungkin aku yang berlebihan dengan semua ini, ,

Terlalu sakit untuk bertahan lebih lama, ,

Aku tidak akan pernah berharap untuk bisa mengenalmu lagi, ,

Mungkin, , ,

Menanti ku Sedih ku

Menanti ku adalah sedih ku
Bertahun sudah ku lewati hari dalam penantian yang ku tahu tak berujung
Sia-sia
Aku tahu itu sia-sia
Benci
Iya aku benci berada dalam ketidakjelasan
Marah
Aku marah pada hati ku
Tak mudah menahan sesuatu yang ku tahu itu tak mungkin ku ungkapkan
Selalu ku menyibukkan diri untuk keluar dari belenggu ini
Sulit memang, namu aku terus berusaha
Berusaha dan terus berusaha
Tapi sayang, bayangmu akan penantianku selalu hadir di setiap langkah kaki
Seolah menghadang perjalanan ku
Pernah ku putuskan untuk membencimu karena aku terlalu menyayangimu
Namun itu pun tak berhasil ku lakukan
Sekarang aku pasrah
Apa kehendak hati akan ku ikuti
Walau sakit
Dan selalu membuat hati ini terkoyak
Bahkan hancur berkeping-keping pun
Aku akan selalu mengikuti hati ini
Untuk selalu menyayangimu

Di Tengah Keramaian Kereta Apii

Nikmatnya terasa begitu berbeda
Mamandang ku ke luar
Gemerlap lampu malam seperti pengganti bintang
Termenung ku sejenak
Kekosongan menghampiri ku
Teringat waktu dulu ku pernah mengalami yang seperti saat ini
Melihat keramaian
Berdesak-desakan dengan tangan yang bergelantungan
Bau segala bau bercampur jadi satu
Tatapan yang penuh keletihan ku dapati lagi disini saat ini
Keringat yang mengucur tak lagi diseka
Yang terlihat hanyalah wajah-wajah yang ingin cepat merebahkan tubuh di empuknya kasur di rumah
Tersadar ku dari lamunan ku
Pintu kereta pun terbuka
Aku sadar kalau aku sudah sampai pada tujuan ku.
Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.