Secarik Kertas

“Apa ini?”

Ku menemukan secarik kertas kecil yang sempat membuat ku bertanya-tanya, ‘Apa ini?’, di antara lembaran buku mu yang ku pinjam. Tulisan rapi miring sedikit ke kanan seperti font Bradley Hand ITC di Microsoft Word, tertera indah di atas kertas kecil putih polos itu. ‘Ah mungkin hanya sekedar kertas biasa!’ pikir ku langsung meletakkan kembali secarik kertas itu kedalam buku mu.

Buku yang sangat bagus dalam penilaian ku, begitu memotivasi diri untuk terus bersemangat dengan sesekali diselingi jock-jock menarik dari penulis membuat ku semakin ingin segera menghatamkan buku itu. Ada kutipan yang selalu terngiang di benak ku yang terus menambah semangat ku, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Yes, that’s right!. Kata-kata yang sangat powerfull pembangkit semangat dalam setiap situasi yang ku hadapi, termasuk yang ku hadapi saat ini hanya dengan bersyukur. 

Saat hati sedang asyik terhanyut membaca buku yang begitu memotivasi milik mu, kembali ku menemukan secarik kertas itu karena memang tadinya ku selipkan di tengah-tengah buku. Lebih ku perhatikan lagi dan ku baca secarik kertas itu. Tidak ada yang istimewa sepertinya, namun tiba-tiba mata ku menangkap sebuah nama yang ku kenal di antara tulisan itu. Iya aku mengenal nama itu. Aku mengenal pemilik nama itu. Orang yang selalu membuat aku bisa merelakan segalanya untuknya, karena aku tahu kau menaruh hati pada pemilik nama itu. Karena kau selalu ceria kala bercerita tentang dirinya.

Entah ini nyata atau tidak, namun sepertinya kau lah orang yang mampu membuat hati ku bergetar saat bertemu atau hanya sekadar mendengar nama mu saja. Seperti ada sesuatu yang tidak ku ketahui penyebabnya, yang ku sadari hanyalah aku sering memperhatikan mu. Orang bilang itulah yang disebut-sebut dengan istilah cinta, tapi entahlah, aku tidak tahu. Aku harap ini tidak nyata, aku harap ini hanya mimpi ku saja dan aku akan segera terbangun. Karena sungguh tidak menyenangkan terjerat rasa tak jelas ini.

Pemilik nama itu, aku mengenalnya. Orang yang tidak dapat dibandingkan dengan ku. Sekali lagi ini dari kacamata pendapat ku. Orang yang begitu sempurna di mata ku. Sungguh beruntung kau mengenalnya. Bertambah perfect jika dia mendampingi mu. Iri sekaligus cemburu rasanya aku padanya yang bisa mendapat perhatian mu. Tapi segera ku tepis perasaan yang tidak baik itu karena aku menyadari betul perasaan seperti itu hanya akan menguras energy ku saja. Aku harus ber-posthink saja dengan-Nya. Yang ku yakini hanyalah kalau kau jodoh ku maka tidak akan kemana namun kalau bukan semoga yang lebih baik diberikan ganti oleh-Nya.

Aku tidak ingin tahu kebenaran secarik kertas itu, aku memilih untuk bersyukur saja telah menemukan secarik kertas itu. Seperti kutipan buku di atas, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Maka aku harus terus bersyukur, bersyukur atas rasa yang di berikan-Nya pada ku untuk mu. Bersyukur atas rasa cemburu pada pemilik nama di atas secarik kertas kecil itu, karena cemburu itu aku bisa menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada ku, sehingga dapat segera dibenahi. Bersyukur aku mengenal mu yang mengenalkan ku pada cinta dan cara menjaganya untuk-Nya sehingga cinta ku terus terjaga suci untuk-Nya. Bersyukur karena secarik kertas itu aku bisa berhenti mengharapkan mu. Dan akhirnya energy positiflah yang menyelimuti ku karena secarik kertas itu.




.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.