Putri Di Balik Layar (3)

Sepertinya Allah memang telah men’set’ hati yang setegar karang di lautan bagi Putri, hingga ia tetap tegar menghadapi hantaman badai kehidupan. Kekuatan yang ia tanamkan dalam jiwanya semenjak sang ayah menghadap Sang Pencipta, selalu ia jaga agar tetap pada hakikatnya. Namun Putri tetaplah seorang perempuan yang sulit menahan beningnya butiran di mata indahnya. Selalu ada air mata yang membasahi mata Putri setiap malam kala ia mengadu pada Sang Khalik.

“Ya Allah, aku butuh sesorang untuk mendengarkan curahan hati ku” desah Putri dalam do’anya.

“Ayah, need you here”

Beberapa hari ini adalah hal yang cukup berat namun menantang bagi Putri, sungguh ujian itu datang pada waktu yang sangat tepat hingga setelahnya dapat mempekuat karakter Putri untuk semakin kuat lagi. Hari ini adalah minggu kedua awal bulan desember empat tahun setelah kepergian sang ayah, masa-masa yang sulit bagi Putri dan Ibunya. Tiga hari berturut-turut Putri mengecek ATM berharap sudah mendapat kiriman dari Ibunya. Sebenarnya Putri sudah tidak mau menjadi tanggungan ibunya lagi, karena ia sangat tidak kuat saat melihat wajah ibunya yang semakin renta sangat bersemangat mencarikannya nafkah. Ia ingin sekali membebaskan ibunya dari sulitnya mencari nafkah untuknya. Namun begitu sulit baginya yang hidup di kota metropolitan yang serba butuh uang ini. Sekalipun ia mendapat beasiswa kuliah dan sudah bekerja sambilan tapi itu belum mencukupi baginya yang hidup di Jakarta. Setiap bulannya ia masih mendapat kiriman dari ibunya untuk membayar kost dan ada lebihnya sedikit, ‘ya lumayan untuk menambah uang makan’ katanya.

Tiga kali ia ke ATM, tiga kali pula ia harus menahan perut yang hanya menerima makan satu kali sehari itu. Sengaja Putri ke ATM pada malam hari, karena jika harus kecewa lagi ia bisa menyembunyikan matanya yang mulai menahan butiran bening dari orang-orang yang di temuinya di jalan pulang. Mala mini tepat malam kesepuluh awal bulan desember, ia memberanikan diri mengecek kembali ke ATM berharap kiriman sudah masuk ke ATM nya. Namun lagi-lagi ia harus pulang sambil memegang perutnya yang mulai marah karena kurang asapan makanan.

“Ya Rabbi, aku yakin Engkau lebih tahu apa yang terbaik bagi ku” lirih Putri dalam hati.

Jarak ATM dengan kostnya yang cukup jauh membuat Putri harus bertahan lebih lama menahan tangis. Sepanjang perjalanan ia hanya tertunduk malau pada diri sendiri, sesekali ia mengangkat kepalanya dan tersenyum yang sangat ia paksakan pada orang-orang yang ia temui.

“Putri?” Sapa Fathan teman kampusnya sekaligus lelaki yang mampu menggetarkan hatinya itu.

“Eh, Fathan kamu mau kemana?” Tanya Putri sedikit kaget karena sepanjang jalan ia kurang berkonsentrasi.

“Kamu kenapa Put, mata mu merah?” Kata Fathan heran dan tidak menjawab pertanyaan Putri.

“Tidak apa-apa kok. Kamu mau keman?” Tanya Putri mengalihkan pembicaraan.

“Aku mau ke ATM ambil uang.” Jawab Fathan singkat.

“Oh ya sudah, aku duluan ya.” Putri langsung berbalik meninggalkan Fathan.

----------------------------------
Setiba di kost, tertumpahlah air mata bening yang sudah tertahan sedari tadi membasahi pipi Putri yang merona. Di ambilnya selembar foto yang ia simpan di dalam al-qur’an kecilnya dengan isakan tangis yang semakin kuat.

“Ayah, maaf. Putri tidak bisa menahan air mata Putri”

“Putri benar-benar tidak kuat ayah. Semenjak ayah pergi Putri sudah berjanji untuk tegar dan kuat apapun yang terjadi. Namun kali ini airmata Putri sungguh tidak bisa di ajak kompromi. Ayah, maafkan Putri yang jadi cengeng hanya karena hal sepele seperti ini”

“Ayah, Putri tidak mau membuat ibu susah. Makanya Putri hanya bisa diam dan menunggu. Putri tidak mau mengatakan pada ibu kalau Putri kehabisan uang. Putri itu akan menambah beban pikiran ibu, Yah.”

“Hasil dari kerja sampingan Putri juga hanya seberapa dan sudah dibayarkan untuk kost Yah.”

“Ayah, Putri butuh seseorang untuk mendengarkan curahan hati Putri.”

“Putri tidak kuat memendam ini terus menerus. Tapi Putri tidak mau ada yang merasa
kasihan pada Putri, Yah.”

“Putri tidak mau dikasihani.”

“Ayah bicaralah, jangan diam saja” isakan tangis Putri sambil memendangi selembar foto dirinya dan ayahnya saat ia masih kecil dulu. Tetes demi tetes airmata membasahi kertas foto yang mulai rapuh itu.

Setelah lega Putri menangis selalu harus ada pencerahan dalam setiap sedihnya. Ia berwudhu dan sholat sunnah dua rakaat untuk mengadu pada Yang Maha Mengetahui. Ia curahkan segalanya saat itu juga.

“Ya Rabbi, aku tahu bahwa di setiap kesulitan selalu ada kemudahan di belakangnya. Aku juga tahu bahwa setiap ujian dari Mu akan menjadikan ku semakin tangguh di kemudian hari”

“Aku sadar, seharusnya ini menjadi cambuk bagi ku untuk segera bisa membahagiakan ibu dan membebaskan beliau dari menafkahi ku, malah seharusnya akulah yang sudah saatnya menafkahi beliau.”

“Ampuni aku yang terlalu lemah hingga tidak kuasa menahan genangan airmata ini.”
“Ya Allah, sungguh aku butuh seseorang yang bisa mendengarkan isi hati ku namun tidak akan mengasihani ku. Namun tidak ku temukan yang seperti itu, rasanya hanya Engkaulah tempat yang paling tepat bagi untuk mengadu”

“Ya Allah, Berikanlah kemudahan bagi ku untuk segera membahagiakan ibu.”
“Amin Ya Rabbal Alamin”

------------------------

“Bismillah” desah Putri pelan sebelum melangkahkan kakinya pagi ini menjalani hari dengan senyum sumringah seolah tidak ada masalah dalam hidupnya. Ia jadikan masalahnya sebagai pemacu semangat menjalani setiap detik helaan nafasnya.
Allah pun sangat menyayanginya, tepat akhir minggu kedua bulan desember, tanggal 14, salah satu orang tua muridnya menyuguhkan sebuah amplop sambil tersenyum setelah ia mengajar.

“Kak Putri, ini honor mengajar Kakak bulan ini dan bulan depan.” Kata Bu Ratna.

“Tapi Bu, sayakan belum selesai mengajarnya.” Kata Putri ragu-ragu.

“Iya Ka, karena saya mau pergi ke luar kota sampai bulan depan. Jadi honornya saya kasih sekarang saja ya.”

“Oh begitu, Iya terimakasih Bu Ratna.” Kata Putri penuh syukur.
“Alhamdulillah, segala puji bagi Mu ya Allah” kembali butiran itu terlihat di sudut mata Putri.



Baca Juga :


Putri Di Balik Layar Part 1


Putri Di Balik Layar Part 2



Follow me : @yesiispani



.

1 komentar:

  1. Semangat buat putri!!!!
    Tp jgn keseringan nangis dong,hehe :)
    Emang cuma kepada Allah tempat terbaik buat mengadu,buktinya langsung turun deh pertolongan dari-Nya,alhamdulillah.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.