Ketika Akhwat Teserang Sindrom GALAU

Pagi itu, beberapa saat setelah aku selesai melaksanakan kewajiban ku. Sholat subuh dua rakaat plus sunnah dua rakaat mendahuluinya. Saat lisan ku asiik melantunkan ayat-ayat Allah menjelajahi seetiap hufur yang terukir indah di atas lembar biru mushaf ku. Tiba-tiba lantunan lagu 'Sedekah-Opick' terdengar samar dari handphone ku yang sengaja ku letakkan di bawah bantal. Ku tutup mushaf biru muda yang erat di genggaman ku.

"Asslamu'alaikum.. Sofi, lagi sibuk gak? Pengen curhat niih.."

'Dhila kenapa ya, tumben banget dia pengen curhat. Biasanya juga aku yang curhat sama dia' pikir ku.

"Wa'alaikumsalam.. Baru selesai sholat subuh Dhil, kenapa ada masalah?" Tanya ku cepat, penasaran apa yang terjadi dengan sahabat ku ini.

Fadhila Izzati, yang akrab di panggil Dhila, adalah seorang aktivis dakwah kampus yang aktif di berbagai organisasi kampus. Dhila adalah teman ku waktu SMA, kami pisah setelahnya, karena kampus kami yang berbeda. Dari dulu hingga sekarang di semester akhir perkuliahan pun Dhila masih saja sibuk berorganisasi. Salut 'banget' sama dia, udah cantik, pinter, baik, sholehah lagi. Mukanya yang oval senantiasa di balut kerudung rapi membuatnya semakin teduh di pandang mata. Tutur katanya begitu lembut, menentramkan yang mendengarnya. Nasihatnya yang bijak melambungkan wibawanya. Pantas saja, tiap kali dia bersuara tidak ada satu suara pun yang membarenginya. Ya, hanya suaranya yang lembut itu memenuhi seluruh ruangan. Ah Dhila, kesholehan nya pun begitu membawa manfaat bagi orang disekeliling nya. Baktinya pada masyarakat begitu besar, tingkat kepeduliannya tak bisa di tandingi. Entahlah, kenapa hari ini tiba-tiba ia berkata 'galau'.

"Kamu kanapa Dhil?" Tanya ku lagi memecah hening sambungan jarak jauh kami.

"Aku galau nih." Katanya singkat.

"Galau gimana? Kamu jatuh cinta? Sama siapa? Ketemu dimana?" Rasa penasaran ku begitu besar hingga melontarkan pertanyaan bertubi-tubi seperti peluru yang tiada henti ditembakkan hingga mengenai mangsa.

"Sofiii... nanyanya satu-satu donk. Aku bingung nih mau jawab yang mana duluan."

"Hehehe.. iya-iya maaf. Kamu sih ngasih taunya setengah-setengah." Jawab ku cekikikan.

Aku hanya diam mendengarkan. Maklum, kalau akhwat yang curhat biasanya dia tahu sendiri apa solusinya. Hanya saja yang namanya cewek susah banget memendam rasa.

"Kamu benar Sof, kayaknya aku jatuh cinta."

"Mungkin terlalu cepat bilang itu cinta. Lebih tepatnya aku kagum sama dia."

"Entah sejak kapan, aku juga masih meraba-raba. Liat apa-apa pasti inget dia. Kadang aku liat sunrise di padang dekat kost juga ingatnya dia, gara-gara aku tahu kalau dia juga suka sunrise,"

"Kok kamu bisa tau dia suka sunrise Dhil?" Secepat kilat aku memotong cerita Dhila.

"Aku sudah tidak tahan dengan kondisi ku sendiri. Hati ku gelisah gak karuan." lanjut Dhila mengabaikan pertanyaan ku.

"Aku sudah mencoba berbagai cara Sof. Baca Al-Qur'an, Sholat sunnah, puasa, bahkan sholat istikhoroh juga aku lakuin. Tapi masih juga gak ilang-ilang bayang-bayang dia." Suara Dhila mulai serak terbatah-batah. Aku sangat tahu kondisi ini, di seberang sana pasti butiran bening itu sudah membasahi wajah putih bersihnya yang rupawan itu.

Aku masih terdiam mendengarkan cerita sosok wanita pujaan para adam dengan kerapawanan wajah dan hatinya itu.

"Aku sih yang salah, beberapa bulan yang lalu waktu rapat senat gak sengja liat tu orang. Abis itu perhatian kayaknya tertuju sama dia. Jadi lebih sering ketemu. Entahlah padahal dulunya sebelum itu aku gak pernah ketemu dia. Terakhir minggu kemaren aku baru tahu ternyata dia itu kakak tingkat aku di jurusan MIPA."

"Aku nyesel banget." Hembusan nafas terdengar pelan dari handphone ku.

Ah Dhila, tidak sengaja melihat lelaki saja dia sudah merasa bersalah sekali.

"Kamu kan tidak sengaja Dhilaa.. gak usah nyalahin diri gitu." Kata ku berusaha menghiburnya.

"Anggap aja aku gak bersalah karena itu. Tapi tindakan ku yang ngebiarin rasa itu berkembang, itu kesalahan terbesar aku Sofii."

Emang lain baget ya kalau akhwat yang jatuh cinta. Sudahlah 'pengobatan'nya baca al-qur'an, puasa, istikhoroh, masih saja mereasa menyesal. Aku yang tidak mengerti apa-apa ya hanya bisa diam dan berdecak kagum sekaligus menjadikan pengalaman berharga untuk perbaikan diri.

"Kenapa gak diajak nikah aja Dhil." Kata ku sembarang.

"Entahlah Sof, istikhoroh ku juga belum terjawab."

"Ya sudah ya Sof, Afwan udah ganggu pagi-pagi buta gini. Kamu lanjutin tilawahnya gih. Asslamau'alaikum." tutupnya.

'Wa'alaikumsalam, kok Dhila tau aku lagi tilawah ya?'

Ada dua pilihan ketika bertemu cinta

Jatuh cinta dan bangun cinta

Padamu, aku memilih yang kedua

Agar cinta kita menjadi istana, tinggi menggapai surga

(Salim A. Fillah)

Dhila, aku yakin kau pun pilih yang ke dua. Semoga istikhoroh mu segera terjawab dan bisa membangun cinta bersamanya atas izin dan ridho Allah tentunya. Amin Ya Allah. Galau (God Always Listening And Understanding). Sepertinya itu arti galau yang pas buat mu Dhil dan memang seharusnya dijadikan seperti itu saja arti galau itu... :)


@yesiispani





.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.