Sunrise Di Belakang Kampus Q

"Putri!" panggilan samar terdengar dari kejahuahan yang menghentikan langkah ku saat sedang lari pagi di pelataran kampus dekat kost ku. Mata mines ku yang tidak mengenakan kacamata mencoba menerka siapa yang sedang berjalan mendekati ku.

"Put, bisa ikut aku sekarang?" ternyata Fajar yang sempat membuat jantung ku bergetar saat melihat matanya yang teduh.

"Kemana?" tanya ku penasaran.

"Ke suatu tempat. Aku mau menunjukkan penemuan ku sama kamu." jawab Fajar yang membuat aku gugup karenanya.

Aku berjalan mengikuti langkah Fajar menuju ke suatu tempat yang asing bagi ku. Aku belum pernah ke daerah ini sebelumnya. Namun ada sebuah keindahan yang terpancar dari balik pohon-pohon itu. Cahaya mentari pagi terlihat menyusup di rimbunnya dedaunan pohon.

"Ini tempat apa Fajar?" tanya ku sambil berjalan menatap cahaya di balik pohon itu.

"Nanti juga kamu akan lihat sendiri." timpal Fajar.

Tak lama saat berjalan menerobos pepohonan melalui celah kecil yang ada di antara dua batang pohon yang paling ujung, aku menyaksikan sebuah keajaiban yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Sungguh indah, cahaya merah yang terpancar membuat aku bisa melihat keindahan sang surya dengan mata telanjang tanpa harus menyipitkan mata. Aku takjub dibuatnya, merinding melihatnya, tak ku perhatikan lagi sekeliling ku, aku sudah tersihir dengan keindahannya yang tanpak dari dataran tinggi di belakang kampus.

"Put!" terdengar suara perempuan menepuk pundak ku.
"Serius sekali memandangi mataharinya. Seperti melihat pangeran yang turun dari langit saja." lanjutnya.

Tak ku lepas pandangan ku dari keajaiban itu, 'ini lebih dari tanpannya seorang pangeran' lirih ku menikmati cahaya merah itu.

Aku tidak mempedulikan Fajar dan perempuan yang menegur ku tadi. Aku asyik bersenda gurau dengan cahaya hangat yang menyentuh kulit kuning langsat ku.

"Aduh, aku tidak membawa kamera. Ini momen yang harus aku dokumentasikan. bagaimana ini." seru ku lesu karena tidak dapat mengambil foto keindahan cahaya merah menghangatkan itu.

"Ini sudah aku foto dari tadi dan dari berbagai sudut. Semoga kamu suka!" kata Fajar menyodorkan kamera sony warna hitam yang selalu dibawanya itu.

"Loh, Nisa! Kamu disini juga?" kaget ku melihat Annisa yang tiba-tiba ada di samping ku.

"Sudah dari tadi kali Put, kamu serius banget melihat matahari nya. Sampai-sampai sapaan ku kamu hiraukan begitu saja" Jawab Annisa dengan nada yang sedikit manja.

"Oh tadi itu kamu Nis, maaf ya!" kata ku nyengir melihat wajah Annisa yang cemberut karena tingkah ku.

"Iya Put, aku juga mengajak Annisa untuk menghindari prasangka tidak baik dari orang-orang. Lagian kamu juga pasti tidak mau kalau hanya berdua saja." timpal Fajar tersenyum.

"Bagaimana pemandangan pagi ini bagus, bukan?" tanya Fajar.

"Iya bagus banget. Terimakasih ya sudah memperlihatkan ini semua pada ku." kata ku tersenyum simpul pada Fajar dan langsung ku tundukkan pandangan ku.

"Iya sama-sama." jawab Fajar singkat.

"Cie..Cie.." goda Annisa yang ada di sebalah kanan ku.

Aku dan Fajar kenal dari suatu organisasi di kampus. Saat itu aku di amahi menjadi koordinator sie acara di suatu kegiatan. Hal itu mengharuskan ku banyak berkoordinasi dengan ketua pelaksana. Dan ketua pelaksananya adalah Fajar. Entah mulai dari mana aku diam-diam mengagumi sosok Fajar yang sangat berwibawa versi ku dan teman-teman ku itu. Sejak itulah aku sering berkomunikasi jarak jauh dengan Fajar. Di kampus kami jarang bertenu karena berbeda jurusan dan jarak gendung kami pun cukup jauh. Wajah tampannya dan keteduhan tatapannya sering menusup dalam benak ku. Sampai pagi ini aku dikagetkan dengan persembahan keindahan mentari pagi. Sungguh membuat aku semakin gundah dengan perasaan ku sendiri. Semua orang yang dekat dengan ku pasti tahu kalau aku sangat menyukai matahari pagi, begitupun dengan Annisa, namun ini pertama kali mereka mengajak ku melihatnya dan orang itu adalah Fajar. Betapa pagi ini adalah momen berharga dalam hidup ku, bukan hanya karena dapat melihat keindahan mentari pagi yang belum pernah ku lihat sebelumnya, tetapi juga karena yang mengajak ku itu adalah Fajar, orang yang sering hadir dalam otak ku tanpa diundang.

"Ayo kita pulang, mataharinya sudah menyilaukan mata." ajak Fajar membuyarkan lamunan ku dengan mata menatap layar kamera.

"Ayo!" jawab Annisa yang sudah tidak sabar ingin pulang dan mampir ke warkop karena dia kelaperan menunggu ku melihat cahaya merah matahari pagi sampai terang setinggi tombak di ufuk timur.

"Aku duluan ya, Put kamu bareng Nisa saja ya pulangnya." kata Fajar berjalan meninggalkan kami.

"Fajar!" panggil ku yang menghentikan langkah Fajar.

"Kameranya aku pinjam dulu ya. Mau minta foto-fotonya." lanjut ku

Fajar hanya mengacungkan jempol tanda persetujuan dan lanjut jalan belok ke kanan menuju surau dekat kostnya. Dan kami mengambil jalan lurus untuk mampir ke warkop samping kost ku.

"Put, Kamu naksir ya sama Fajar?" goda Annisa.

------The End------

4 komentar:

  1. siapakah sosok fajar sebenarnya????ihyyyyyyy... khikhikhi...

    BalasHapus
  2. hanya fiktif ngga.,.,. hohohohohoooo

    nda usah mnerka2.,.,hihihihi

    BalasHapus
  3. hmmm,, ada apa ini?

    cepat bgt end nyaa,, hehehe

    BalasHapus
  4. Netrin : gpp koq nat,.,.,jgan crigaan gtu.,.,.hohohoho ^_^

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.