Rabbi, Aku Iri

Rabbi, sungguh rasanya aku sangat hina dihapan Mu
Banyak hal yang aku tahu salah adanya tapi masih saja ku jalani
Rabbi
Aku sudah jelas tahu Engkau menyuruh ku menundukkan pandangan ku
Tapi masih saja sering ku melihat yang sejatinya tak halal bagiku
Aku tahu Engkau melarangku bersentuhan dengan lawan jenis hingga ia halal untukku
Tapi aku tetap berjabat tangan dengannya dengan dalih “Ah nanti dibilang sok alim”
Sungguh itu klise semata yang akan membuat ku semakin malu kepada Mu
Rabbi
Aku jelas tahu engkau melarang ku mendekati zina
Tapi aku menjalani pacaran yang perbuatannya menjerumuskan ku pada yang tak halal kulakukan
Aku tahu Engkau menyuruhku untuk menjauh dari ghibah
Tapi aku terus saja berkomentar ketika ada orang sedang berghibah
Tanpa merasa takut akan kehilangan ridho Mu
Rabbi
Aku pun tahu Engkau menyuruh ku menutup telinga ku dari yang tak ada manfaat untuknya
Tapi aku malah mendengarkan gosip-gosip di televisi yang menjadikan otak ku semakin lemah
Aku tahu Engkau menyerukanku untuk melangkah pada kebaikan
Tapi kaki ini sangat berat untuk melangkah saat ada pengajian-pengajian yang begitu besar manfaatnya
Betapa hati ini telah mengeras melebihi batu
Hingga aku tak tergerak saat temanku mengajak datang pada kebaikan
Rabbi
Sungguh aku iri melihat mereka yang mencintai Mu seutuhnya
Sedangkan aku, ah rasanya baru di mulut saja itu terucap belum untuk jiwa ku
Aku iri melihat mereka yang sangat serius mempelajari agama Mu
Hingga tak pernah aku melihat mereka berbelok arah dari menuju majelis Mu
Sedang aku, terlampau sering merasa berat menggerakkan kaki ini kepada kebaikan
Aku iri dengan mereka yang begitu teguh mempertahankan kesucian hati dan raganya
Sedang aku, jangankan hati yang sungguh sulit terjaga, raga ku saja sering sekali melakukan yang tak Kau ridhoi
Betapa sering aku bersentuhan dengan lawan jenis sedang aku tahu belum ada rambu hijau dari Mu untuk dia halal bagiku
Aku iri pada mereka yang sering bermunajah kepada Mu di sepertiga malam
Sedang aku asyik tidur dengan mimpi yang tak jelas, dan sekalipun terjaga aku malah menghidupkan laptop ku dan asyik bergurau dengan teman maya ku
Rabbi
Aku iri dengan mereka dimana kata-kata dzikir senantiasa menghiasi bibir mereka
Sedang aku jangankan dzikir, istighfar saja sangat jarang ku lafazkan
Aku iri dengan mereka yang selalu menangis ketika shalat dan membaca kitab Mu
Sedang aku, bagaiman bisa aku menangis kalau shalatku saja tak pernah khusyuk dan membuka kitab Mu saja sangat jarang
Aku iri pada mereka yang begitu lembut hatinya hingga saat mendengar seruan Mu maka bergetarlah hatinya
Sedang aku, bagaimana bisa selembut itu kalau seruan adzan dekat rumah ku saja jarang sekali ku hayati
Rabbi
Aku iri pada mereka yang bisa berkata “Aku mencintai mu karena Allah”
Sedang aku, sepertinya nafsu semata yang ku ikuti hingga tak jarang aku terjerat pada janji palsu yang tak ada Engkau didalamnya
Rabbi
Aku sungguh iri dengan mereka yang senantiasa mengindahkan hidayah Mu
Sedang aku, ketika hidayah datang menghampiriku malah ku tepis jauh-jauh
Ketika ada teman ku mengajak pada kebaikan, sejuta alasan tak syar’i ku ungkapkan untuk menolak ajakan itu
Betapa sering aku beralasan ketika temanku mengajakku pergi ke majelis Mu, sedang aku tahu ada hidayah Mu di dalam sana
Sehingga aku tertinggal selangkah menuju ridho Mu
Rabbi
Engkau selalu memberiku nikmat padahal Engkau jelas tahu betapa aku jauh dari Mu
Tak Kau pedulikan seberapa sering aku tak mengindahkan hidayah Mu
Nikmat itu tak pernah berhenti Kau alirkan dalam keseharianku
Rabbi
Sekarang aku hanya bisa menangisi penyesalan demi penyesalan yang terungkap
Aku mohon izinkan aku menjemput kembali hidayah Mu yang pernah ku abaikan dulu
Ya Rabbi
Aku ingin meraih ridho Mu
Aku ingin hidup dalam cahaya Mu
Aku ingin melangkah dengan tuntunan Mu
Aku ingin mendapatkan cinta hakiki Mu
Ya Ghafur
Ampuni aku atas khilaf ku
Tuntun aku kembali ke jalan Mu
Lembutkanlah qolbu ku
Ya Rabbul izzati
Kabulkanlah pinta ku
Amin ya rabbalalamin

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

.

.

.

.

.