Kenali Anak Anda
Alkisah, di sebuah kompleks elite di Jakarta. Ada sebuah keluarga yang bisa kita bayangin sendiri lah ya, bagaimana kehidupannya, namanya juga kompleks elite. Keluarga tersebut terdiri dari Ayah, Ibu, 4 anak laki-laki, dan satu anak perempuan. Anak laki-laki yang nomor 3 sekarang kelas 5 SD, namanya Alif.
Suatu hari Ibunya mencari seorang guru les private untuknya. Dan mulailah Alif les di hari pertamanya.
Awal pertemuan dia biasa-biasa saja, DATAR. Ga semangat semangat amat, juga ga lesu-lesu amat. Namu baru beberapa waktu berjalan, Si Guru private nya Alif terlihat rada kesal karena ulah Alif yang tidak memperhatikan penjelasannya. Kerjaannya melihat jaaaaaammm teruuus. Kadang main robot-robotan. Yah sesekali memperhatikan gurunya sebentar terus maen lagi.
"Bu, Kita selesai les jam berapa sih?"
"Setengah jam lagi" jawab sang guru.
Kembali dia maen, terus keluar kamar ambil minum, ke toilet, dan entah apalagi yang dia lakukan yang jelas keluar ruangan les. Beruntung gurunya masih punya kesabaran. Di detik-detik terakhir gurunya bertanya:
"Alif, kemaren mau les, disuruh Mama atau Alif yang mau sendiri?" Tanya sang guru lembut.
"Di suruh Mama."
Pleek. Ketemu sudah akar persoalannya. Kenapa Alif 'ecek-ecek' belajarnya. Ternyata dia Les privat bukan atas kehendaknya, akan tetapi di "paksa" sama sang Mama.
Saya yakin sebenarnya niat ibunya Alif itu baik. Dia menginginkan anaknya pintar, cerdas dan bisa bersaing dengan teman-temannya. Namun hal itu tidak melihat kondisi anak terlebih dahulu.
Waktu gurunya bertanya pada Alif ternyata jadwal Alif selama satu minggu Full. senin sampai jum'at bahkan sabtu. Les ini les itu, kursus ini kursus itu, ditambah les privat juga sampai malam. MasyaAllah, anak kelas 5 SD jadwalnya begitu padat sudah kaya anak kuliahan saja.
Kadang apa yang terlihat baik itu belum tentu sesuai dengan target. Memang ada sebagian anak yang meminta untuk di carikan guru privat supaya bisa bisa belajar lebih dalam lagi. Sehingga tidak ada masalah walau jadwal si anak menjadi padat. Namun untuk kasus Alif ini, tidaklah mudah bagi gurunya untuk mengajarinya. Karena butuh kesabaran ekstra atas sikapnya yang malas-malasan saat les.
Jadi, sebagai orang tua sebaiknya lihat dulu kondisi anak. Apakah dia mampu atau tidak melakukan semua aktifitas yang menurut orang dewasa itu mudah. Kenali anak sendiri, jangan sampai membuat mereka stres sendiri kebanyakan mikir sehingga banyak waktu untuk bermainnya hilang. Masa sekolah dasar itu anak-anak masih sangat membutuhkan waktu bermain yang lebh banyak ketimbang waktu mikirin pelajaran. Mereka lagi banyak-banyaknya kreativitas yang ingin dilakukan. Maka dukunglah itu. Dan jika memang menginginkan anak mengikuti les atau apapun ajak mereka bicara baik-baik, diskusikan segala keputusan yang akan di ambil untuknya. Jangan memutuskan sepihak atas kehidupan anak. Walau dia kemungkinan besar belum mengerti benar apa yang disampaikan orangtuanya, namun itu juga akan melatih otak anak.
Jangan sampai kejadian seperti Alif ini trejadi pada anak kita.
Pernah di tengah-tengah penjelasan gurunya Alif menyela,
"Bu, Otak saya Penuh nih." Kata Alif sambil mengacak rambutnya.
Nah, itu kan pertanda yang kurang baik.
So, Kenali Anak Anda!
Semoga manfaat.! ^____^
.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Diberdayakan oleh Blogger.
.
.
.
Ni kisah atau pengalaman bu Guru ^_^
BalasHapusEeemmm...keduanya kali ya...hahaha
BalasHapus^___^
mksh kunjungannya Bu guru :)
BalasHapusSm2 murid Q.. :P
BalasHapusWah dapet ilmu :) thks sudah sharing..nice blog
BalasHapussm2.. trimakasih kunjungannya... ^__^
BalasHapus