Ayo Ikutaaannn!!
Investasi buat kesuksesan kita, Melatih Mindset Seorang Pengusaha..
Jangan puas dengan gaji sekarang,, Ayo bisnis.. Kita akan mendapatkan POLA MILYUNER disini.. yang tidak akan pernah di dapatkan di bangku sekolah atau kuliah.
Spesial untuk 6 ORANG PENDAFTAR PERTAMA, CASH BACK 500 Ribu. menjadi :
Umum : 3.7 jt
Mahasiswa : 2.7 jt
HUbungi Cp berikut untuk mendapat CASH BACK 500rb :
CP : (081632259345)
atau melalui akun twitter : @yesiispani
LIHAT Disini untuk jadwal dan tempat Training.
http://www.ecampindonesia.com/jadwal/
MOHON DI INFOKAN yaaa... THX
Home / Archive for November 2011
Menggerakkan Mindset Entrepreneur
Cinta Itu Fitrah
“Dila, aku sudah bosan dengan rasa ini! Sudah tiga tahun aku memendam rasa ini untuknya Dil, sungguh aku bosan.”
“Iya, aku mengerti apa yang sedang kamu rasakan. Tetapi kamu harus tetap bersabar dan positif thinking padanya dan pada-Nya.”
“Aku lelah Dilaaaaa…”
“Gladis, aku mengenal mu sebagai wanita yang kuat. Jangan hanya karena masalah ini kamu menjadi lemah dan pasrah. Justru sebaliknya, dengan ini kamu menjadi lebih kuat dan memetik hikmahnya supaya kedepannya lebih baik lagi.”
“Jujur, rasa ini begitu menyesakkan dada ku Dil. Adakah yang salah dengan rasa ini.?”
“Tidak ada yang salah dengan perasaan cinta mu itu. Itulah fitrahnya manusia untuk mencintai dan dicintai. Hanya saja ketika perasaan itu muncul tugas kita lah untuk menjaganya agar tetap sesuai fitrahnya, suci. Dan hendaknya cinta itu pula yang menambah kadar kecintaan kita pada Pemilik cinta itu sendiri.” Kata Dila meyakinkan.
“Kamu tahu Dil, dua tahun yang lalu, saat dia mengetahui aku menaruh hati padanya, sebenarnya dia telah memberiku lampu merah agar aku berhenti mengharapkannya, walaupun secara tidak langsung. Waktu itu dia mengatakan bahwa dia sudah berkomitment pada seorang teman SMA nya, dia berkomitment akan melamar wanita itu. Namun pada waktu bersamaan dia juga mengatakan dibingungkan dengan perasaannya sendiri. Ia sempat mengatakan suka pada ku walau ia tarik kembali kata-kata itu.”
“Aku tahu, aku salah karena sudah melampaui batas dalam menjalin pertemanan dengan lawan jenis. Awalnya aku hanya kirim-kirim sms biasa, namun saat ada sms darinya ada kebahagiaan tersendiri menyirami batin ku. Aku pun menyadari ada yang salah dengan hati ku kala itu.”
“Namun sejak dia mengatakan telah berkomitmen akan melamar teman SMA nya, aku berusaha untuk melupakannya dan mengubur perasaan cinta itu dalam-dalam. Tapi bukan hilangnya rasa itu yang ku dapat, malah semakin aku tidak bisa menghentikan pertumbuhan cinta itu dalam hati ku hingga saat ini. Dan ternyata benar, sekarang ia melamar wanita sesuai komitmennya dulu.”
“Dulu aku sempat dikenalkan dengan Lina, teman SMA nya, dan kami pun sempat berkomunikasi lewat email. Saat itu aku biasa saja walau sempat cemburu pada Lina, dan beralih untuk melupakannya saja.”
“Batin ku menjerit Dil, saat ku mendapat undangan pernikahannya dengan Lina. Padahal dulu aku sempat mengatakan untuk tidak mengundang ku jika kelak ia menikah dengan orang lain.”
“Sekarang aku baru menyadari, cukuplah Allah yang tahu siapa orang yang kita cintai. Kekhilafan ku dulu cukuplah menjadi pelajaran berharga yang tidak akan aku lupakan.”
“Aku salut pada mu Dis,!” Kata Dila tersenyum lembut menatap temannya yang sedang ‘patah hati’ itu.
“Ingat Dis, Cinta Itu Fitrah. Maka jagalah agar jangan menjadi Fitnah!”
Rasanya langit-langit kamarnya malam ini terasa berbeda dari biasanya, entahlah, tapi seperti ada sesuatu yang ganjil. Entah perasaannya yang salah, atau memang ada yang salah dengan langit-langit kamar ku ini. Kata-kata Dila pagi tadi rupanya masih terngiang-ngiang dalam benaknya. “Ingat Dis, Cinta Itu Fitrah. Maka jagalah agar jangan menjadi Fitnah!”. Belakangan ini Gladis sering terlihat melamun, ada sesuatu yang membuatnya selalu dihantui perasaan galau tak karuan.
Sejak dua minggu yang lalu, tepatnya saat laki-laki yang disukainya mengatakan ingin melamar seseorang yang dia kenal, dia menjadi di bingungkan dengan perasaannya sendiri. Menyesakkan dada. Perasaan yang dulu begitu lembut menyelimuti hatinya yang selalu ia jaga fitrahnya agar tidak menjadi fitnah berubah seolah menjadi penyebab hilangnya konsentrasinya dalam beraktifitas. Rasa yang dulunya mengalir dengan harmoni, rasa yang dulu seolah bisa membuat dia semakin dekat dengan Sang Pencipta karenanya, semua seakan hanya ada dalam mimpinya saja.
“Mungkin ini juga salah ku yang membiarkan rasa itu masuk begitu dalam di relung hati ku.” Lirihnya lembut memandangi wajahnya yang berbentuk oval berhias bulu mata lentik dan bibir tipisnya yang menawan dari pantulan kaca di sudut kamarnya.
“Dila benar, aku harus menjaga fitrah cinta ini agar tidak menjadi fitnah. Biarlah rasa ku tetap hanya diketahui oleh-Nya saja. Walaupun begitu menyesakkan dada menahannya, aku hanya bisa berdo’a agar pertemuan ku dengan jodoh ku telah di atur sedemikian rupa hinggga mendatangkan kebahagiaan tiada tara kelak.”
------------------------------
“Gladis, kamu yang sabar ya. Insyaallah, Dia sudah merencanakan pertemuan yang lebih baik antara kamu dengan pemilik tulang rusuk mu.” Senyum Dila mengembang simetris kanan dan kirinya.
Undangan merah marun yang tampak glamor tergeletak indah di atas meja kerja Gladis pagi itu. Tidak bisa ia bendung lagi airmatanya, saat dia baca dan melihat pasangan nama yang tertera disana. Laki-laki yang dia cintai dan wanita yang ia kenal. ‘perasaan apa ini? Harusnya aku bahagia.’ lirihnya dalam tangis kecil yang membasahi wajah babyface nya. Balutan kerudung biru muda yang menutup rapat auratnya yang biasanya di hiasi dengan semangat menggebu-gebu hilang seketika saat ia mengetahui orang yang sering mengusik pikirannya akan segera menikah dengan temannya sendiri.
“Gladis, kamu tidak apa-apa?” Tanya Dila yang melihat butiran bening jatuh dari mata sipitnya.
“Aku tidak tahu Dil, apakah aku baik atau tidak.” Desahnya, menghembuskan nafas panjang.
“Aku tidak mengerti dengan diri ku sendiri. Harusnya aku bahagia melihat teman ku akan menikah, namun bukan kebahagiaan yang kudapati, malah rasa sakitlah yang menyelimuti hati ku saat ini.” Lanjutnya sambil menghapus airmatanya yang sudah mengalir sedari tadi.
“Kamu yang sabar ya Dis, maaf aku tidak bisa membantu banyak, aku hanya bisa berdo’a semoga Allah mempersiapkan jodoh yang terbaik bagi mu” kata Dila memeluknya yang masih larut dalam airmata.
‘Iya, amiin. Walaupun sebenarnya aku tetap berharap Fathan lah jodoh yang di gariskan Allah untuk ku.’ lirihnya dalam hati.
Belum surut kesedihan yang mendera Gladis mendengar kabar pernikahan Fathan, hari itu pun tiba, hari dimana dia harus memenuhi undangan walimatul ursy Fathan dan Lina.
‘Andai memenuhi undangan tidak wajib hukumnya, maka sedikitpun aku tidak mau menyaksikan Fathan bersanding dengan orang lain. Ya Rabbi ampuni aku’ lirihnya pagi itu sebelum bergegas pergi ke rumah Fathan yang membutuhkan waktu empat puluh lima menit dari rumahnya. Sungguh terasa berat baginya untuk bersiap-siap memenuhi undangan itu namun ia tidak boleh jadi pengecut dengan melarikan diri dari ‘masalah’. Ia lihat baik-baik wajahnya di cermin dan bertekad kuat dia harus menghadapi kenyataan bahwa Fathan bukanlah jodohnya dan dia mesti mengucapkan selamat serta do’a untuk Fathan juga temannya Lina walaupun belum lama dia mengenal Lina.
“Non Gladis, itu mbak Dila sudah menunggu di ruang tamu” suara Bi Ati membuyarkan lamunannya.
“Oh iya Bi, sudah lama belum Bi Dila datangnya?”
“Sejak sepuluh menit yang lalu Non”
“Iya, terimakasih ya Bi”
Bi Ati hanya mengangguk dan tersenyum kemudian beranjak keluar dari kamar Gladis. Mata Gladis memerah terlihat seperti menahan tangisan yang kuat. Rasa itu semakin menyesakkan dadanya. Dia akan melihat orang yang dicintainya selama tiga tahun –walau hanya disimpan dalam hati- mengucapkan akad untuk menikahi orang lain.
“Kamu baik-baik saja Dis?” Tanya Dila.
“Iya Dil aku baik koq. Ayo kita berangkat.” Jawabnya santai menyembunyikan gemuruh dalam hatinya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Fathan ada sedikit keraguan yang menelusup dalam batinnya. ‘Haruskah aku hadir dalam pernikahan tersebut? Ya Allah tenangkanlah hati ini’ desahnya pelan. Saat sudah tiba begitu berat langkahnya untuk mengalun menapak, ia pandangai orang di sana sudah ramai, semua tampak bahagia penuh senyuman ikhlas penuh do’a. Dia melihat Fathan dan Lina dari kejauhan, mereka sangat serasi. Balutan kerudung hijau daun selaras dengan kebaya yang dikenakannya, membuat Lina kian cantik bak seorang putri. Begitu pun Fathan, dia tanpak lebih tampan dari biasanya. ‘mereka benar-benar serasi’ pikirnya dalam hati. Senyum bahagia yang tak pernah hilang barang sedetik pun dari wajah kedua mempelai membuat Gladis ragu untuk menemui mereka, ia takut akan mengganggu pikiran Fathan yang sedang gembira dengan kehadirannya karena Fathan tahu perasaannya pada Fathan. ‘Bismillah, aku harus kuat setidaknya sampai aku selesai mengucapkan selamat kepada Fathan dan Lina’ lirihnya sambil melangkahkan kaki menuju pelaminan.
“Selamat ya Lina atas pernikahan mu dengan Fathan,!” Ucapnya pada Lina sambil memaksakan senyum seikhlas mungkin untuk menutupi hujan lebat dalam hatinya. Setelah itu Gladis pun langsung membalikkan badan dan berlari keluar menahan air mata yang ingin segera mengalir dari sudut mata sipitnya.
------------------------
اللهُ Ø£َÙƒْبَرْ, اللهُ Ø£َÙƒْبَرْ
“…..Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ† لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهْ
“Astaghfirullah, sudah adzan subuh.”
“Ternyata hanya mimpi, tetapi kenapa seperti nyata sekali. Sangat menyesakkan dada ku.” Lirihnya dengan terus beristighfar.
“Kenapa aku bermimpi seperti itu. Astaghfirullah ya Allah.” Bisiknya dan mengusap mukanya dengan kedua tangannya. Ia kemudian beranjak dari tempat tidur dan mengambil air wudhu. Ia merasa ada sesuatu yang hilang pagi ini, bukan saja karena mimpinya yang membuat batinnya menjerit melainkan karena baru malam ini ia kelewatan sholat tahajjud. Ibadah unggulannya yang belim pernah ia tinggalkan kecuali saat datang bulan. Ada perasaan bersalah luar biasa menghantuinya pagi ini, karana hanya karena mimpi itu dia kebablasan hingga adzan subuh baru terjaga.
Di awali sholat rowatib dua rakaat kemudian dilanjutkan dengan sholat subuh dua rakaat ia bersimpuh mengadu pada Illahi Rabbi. Dalam khusyu’ penuh rasa bersalah ia memohon ampun pada Yang Maha Pengampun. Dalam sujud yang panjang ia mengadu pada Pemilik cinta atas rasa di hatinya dan mimpinya yang telah membuat ia kehilangan satu ibadah unggulannya hari ini.
‘Ya Ghafar, ampuni hamba yang telah lalai menjalankan komitmen hamba pada Mu untuk menjadikan tahajjud sebagai ibadah unggulan yang tidak akan pernah hamba lewatkan. Tapi malam ini malah hamba kelewatan hanya karena sebuah mimpi yang tidak berarti seperti itu, ampuni hamba Ya Allah.’
‘Ya Allah, tenangkanlah hati hamba, jauhkanlah kegalauan yang selalu mendera batin hamba.’
‘Ya Waduud, siramilah jiwa hamba dengan kesejukan cinta suci kepada Mu’
‘Ya Muqiit, Peliharah cinta hamba padanya agar dapat menambah kecintaan hamba pada Mu’
‘Ya Allah, kalau memang dia adalah jodoh yang telah Engkau gariskan bagi hamba maka tolong tenangkanlah hati ini atas cinta hamba padanya. Dan jika Engkau telah mempersiapkan yang lebih baik bagi hamba, tolong gantikan cinta hamba padanya dengan rasa sayang seperti halnya rasa sayang hamba pada umat Mu yang lainnya’
‘Ya Mujiib, perkenankanlah do’a hamba. Amin ya robbal alamin.’
Tetesan bening selembut embun pun mengalir membasahi sajadah hijau muda sebagai saksi sujudnya pada Sang Khaliq.
.
.
“Iya, aku mengerti apa yang sedang kamu rasakan. Tetapi kamu harus tetap bersabar dan positif thinking padanya dan pada-Nya.”
“Aku lelah Dilaaaaa…”
“Gladis, aku mengenal mu sebagai wanita yang kuat. Jangan hanya karena masalah ini kamu menjadi lemah dan pasrah. Justru sebaliknya, dengan ini kamu menjadi lebih kuat dan memetik hikmahnya supaya kedepannya lebih baik lagi.”
“Jujur, rasa ini begitu menyesakkan dada ku Dil. Adakah yang salah dengan rasa ini.?”
“Tidak ada yang salah dengan perasaan cinta mu itu. Itulah fitrahnya manusia untuk mencintai dan dicintai. Hanya saja ketika perasaan itu muncul tugas kita lah untuk menjaganya agar tetap sesuai fitrahnya, suci. Dan hendaknya cinta itu pula yang menambah kadar kecintaan kita pada Pemilik cinta itu sendiri.” Kata Dila meyakinkan.
“Kamu tahu Dil, dua tahun yang lalu, saat dia mengetahui aku menaruh hati padanya, sebenarnya dia telah memberiku lampu merah agar aku berhenti mengharapkannya, walaupun secara tidak langsung. Waktu itu dia mengatakan bahwa dia sudah berkomitment pada seorang teman SMA nya, dia berkomitment akan melamar wanita itu. Namun pada waktu bersamaan dia juga mengatakan dibingungkan dengan perasaannya sendiri. Ia sempat mengatakan suka pada ku walau ia tarik kembali kata-kata itu.”
“Aku tahu, aku salah karena sudah melampaui batas dalam menjalin pertemanan dengan lawan jenis. Awalnya aku hanya kirim-kirim sms biasa, namun saat ada sms darinya ada kebahagiaan tersendiri menyirami batin ku. Aku pun menyadari ada yang salah dengan hati ku kala itu.”
“Namun sejak dia mengatakan telah berkomitmen akan melamar teman SMA nya, aku berusaha untuk melupakannya dan mengubur perasaan cinta itu dalam-dalam. Tapi bukan hilangnya rasa itu yang ku dapat, malah semakin aku tidak bisa menghentikan pertumbuhan cinta itu dalam hati ku hingga saat ini. Dan ternyata benar, sekarang ia melamar wanita sesuai komitmennya dulu.”
“Dulu aku sempat dikenalkan dengan Lina, teman SMA nya, dan kami pun sempat berkomunikasi lewat email. Saat itu aku biasa saja walau sempat cemburu pada Lina, dan beralih untuk melupakannya saja.”
“Batin ku menjerit Dil, saat ku mendapat undangan pernikahannya dengan Lina. Padahal dulu aku sempat mengatakan untuk tidak mengundang ku jika kelak ia menikah dengan orang lain.”
“Sekarang aku baru menyadari, cukuplah Allah yang tahu siapa orang yang kita cintai. Kekhilafan ku dulu cukuplah menjadi pelajaran berharga yang tidak akan aku lupakan.”
“Aku salut pada mu Dis,!” Kata Dila tersenyum lembut menatap temannya yang sedang ‘patah hati’ itu.
“Ingat Dis, Cinta Itu Fitrah. Maka jagalah agar jangan menjadi Fitnah!”
Rasanya langit-langit kamarnya malam ini terasa berbeda dari biasanya, entahlah, tapi seperti ada sesuatu yang ganjil. Entah perasaannya yang salah, atau memang ada yang salah dengan langit-langit kamar ku ini. Kata-kata Dila pagi tadi rupanya masih terngiang-ngiang dalam benaknya. “Ingat Dis, Cinta Itu Fitrah. Maka jagalah agar jangan menjadi Fitnah!”. Belakangan ini Gladis sering terlihat melamun, ada sesuatu yang membuatnya selalu dihantui perasaan galau tak karuan.
Sejak dua minggu yang lalu, tepatnya saat laki-laki yang disukainya mengatakan ingin melamar seseorang yang dia kenal, dia menjadi di bingungkan dengan perasaannya sendiri. Menyesakkan dada. Perasaan yang dulu begitu lembut menyelimuti hatinya yang selalu ia jaga fitrahnya agar tidak menjadi fitnah berubah seolah menjadi penyebab hilangnya konsentrasinya dalam beraktifitas. Rasa yang dulunya mengalir dengan harmoni, rasa yang dulu seolah bisa membuat dia semakin dekat dengan Sang Pencipta karenanya, semua seakan hanya ada dalam mimpinya saja.
“Mungkin ini juga salah ku yang membiarkan rasa itu masuk begitu dalam di relung hati ku.” Lirihnya lembut memandangi wajahnya yang berbentuk oval berhias bulu mata lentik dan bibir tipisnya yang menawan dari pantulan kaca di sudut kamarnya.
“Dila benar, aku harus menjaga fitrah cinta ini agar tidak menjadi fitnah. Biarlah rasa ku tetap hanya diketahui oleh-Nya saja. Walaupun begitu menyesakkan dada menahannya, aku hanya bisa berdo’a agar pertemuan ku dengan jodoh ku telah di atur sedemikian rupa hinggga mendatangkan kebahagiaan tiada tara kelak.”
------------------------------
“Gladis, kamu yang sabar ya. Insyaallah, Dia sudah merencanakan pertemuan yang lebih baik antara kamu dengan pemilik tulang rusuk mu.” Senyum Dila mengembang simetris kanan dan kirinya.
Undangan merah marun yang tampak glamor tergeletak indah di atas meja kerja Gladis pagi itu. Tidak bisa ia bendung lagi airmatanya, saat dia baca dan melihat pasangan nama yang tertera disana. Laki-laki yang dia cintai dan wanita yang ia kenal. ‘perasaan apa ini? Harusnya aku bahagia.’ lirihnya dalam tangis kecil yang membasahi wajah babyface nya. Balutan kerudung biru muda yang menutup rapat auratnya yang biasanya di hiasi dengan semangat menggebu-gebu hilang seketika saat ia mengetahui orang yang sering mengusik pikirannya akan segera menikah dengan temannya sendiri.
“Gladis, kamu tidak apa-apa?” Tanya Dila yang melihat butiran bening jatuh dari mata sipitnya.
“Aku tidak tahu Dil, apakah aku baik atau tidak.” Desahnya, menghembuskan nafas panjang.
“Aku tidak mengerti dengan diri ku sendiri. Harusnya aku bahagia melihat teman ku akan menikah, namun bukan kebahagiaan yang kudapati, malah rasa sakitlah yang menyelimuti hati ku saat ini.” Lanjutnya sambil menghapus airmatanya yang sudah mengalir sedari tadi.
“Kamu yang sabar ya Dis, maaf aku tidak bisa membantu banyak, aku hanya bisa berdo’a semoga Allah mempersiapkan jodoh yang terbaik bagi mu” kata Dila memeluknya yang masih larut dalam airmata.
‘Iya, amiin. Walaupun sebenarnya aku tetap berharap Fathan lah jodoh yang di gariskan Allah untuk ku.’ lirihnya dalam hati.
Belum surut kesedihan yang mendera Gladis mendengar kabar pernikahan Fathan, hari itu pun tiba, hari dimana dia harus memenuhi undangan walimatul ursy Fathan dan Lina.
‘Andai memenuhi undangan tidak wajib hukumnya, maka sedikitpun aku tidak mau menyaksikan Fathan bersanding dengan orang lain. Ya Rabbi ampuni aku’ lirihnya pagi itu sebelum bergegas pergi ke rumah Fathan yang membutuhkan waktu empat puluh lima menit dari rumahnya. Sungguh terasa berat baginya untuk bersiap-siap memenuhi undangan itu namun ia tidak boleh jadi pengecut dengan melarikan diri dari ‘masalah’. Ia lihat baik-baik wajahnya di cermin dan bertekad kuat dia harus menghadapi kenyataan bahwa Fathan bukanlah jodohnya dan dia mesti mengucapkan selamat serta do’a untuk Fathan juga temannya Lina walaupun belum lama dia mengenal Lina.
“Non Gladis, itu mbak Dila sudah menunggu di ruang tamu” suara Bi Ati membuyarkan lamunannya.
“Oh iya Bi, sudah lama belum Bi Dila datangnya?”
“Sejak sepuluh menit yang lalu Non”
“Iya, terimakasih ya Bi”
Bi Ati hanya mengangguk dan tersenyum kemudian beranjak keluar dari kamar Gladis. Mata Gladis memerah terlihat seperti menahan tangisan yang kuat. Rasa itu semakin menyesakkan dadanya. Dia akan melihat orang yang dicintainya selama tiga tahun –walau hanya disimpan dalam hati- mengucapkan akad untuk menikahi orang lain.
“Kamu baik-baik saja Dis?” Tanya Dila.
“Iya Dil aku baik koq. Ayo kita berangkat.” Jawabnya santai menyembunyikan gemuruh dalam hatinya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Fathan ada sedikit keraguan yang menelusup dalam batinnya. ‘Haruskah aku hadir dalam pernikahan tersebut? Ya Allah tenangkanlah hati ini’ desahnya pelan. Saat sudah tiba begitu berat langkahnya untuk mengalun menapak, ia pandangai orang di sana sudah ramai, semua tampak bahagia penuh senyuman ikhlas penuh do’a. Dia melihat Fathan dan Lina dari kejauhan, mereka sangat serasi. Balutan kerudung hijau daun selaras dengan kebaya yang dikenakannya, membuat Lina kian cantik bak seorang putri. Begitu pun Fathan, dia tanpak lebih tampan dari biasanya. ‘mereka benar-benar serasi’ pikirnya dalam hati. Senyum bahagia yang tak pernah hilang barang sedetik pun dari wajah kedua mempelai membuat Gladis ragu untuk menemui mereka, ia takut akan mengganggu pikiran Fathan yang sedang gembira dengan kehadirannya karena Fathan tahu perasaannya pada Fathan. ‘Bismillah, aku harus kuat setidaknya sampai aku selesai mengucapkan selamat kepada Fathan dan Lina’ lirihnya sambil melangkahkan kaki menuju pelaminan.
“Selamat ya Lina atas pernikahan mu dengan Fathan,!” Ucapnya pada Lina sambil memaksakan senyum seikhlas mungkin untuk menutupi hujan lebat dalam hatinya. Setelah itu Gladis pun langsung membalikkan badan dan berlari keluar menahan air mata yang ingin segera mengalir dari sudut mata sipitnya.
------------------------
اللهُ Ø£َÙƒْبَرْ, اللهُ Ø£َÙƒْبَرْ
“…..Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ† لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهْ
“Astaghfirullah, sudah adzan subuh.”
“Ternyata hanya mimpi, tetapi kenapa seperti nyata sekali. Sangat menyesakkan dada ku.” Lirihnya dengan terus beristighfar.
“Kenapa aku bermimpi seperti itu. Astaghfirullah ya Allah.” Bisiknya dan mengusap mukanya dengan kedua tangannya. Ia kemudian beranjak dari tempat tidur dan mengambil air wudhu. Ia merasa ada sesuatu yang hilang pagi ini, bukan saja karena mimpinya yang membuat batinnya menjerit melainkan karena baru malam ini ia kelewatan sholat tahajjud. Ibadah unggulannya yang belim pernah ia tinggalkan kecuali saat datang bulan. Ada perasaan bersalah luar biasa menghantuinya pagi ini, karana hanya karena mimpi itu dia kebablasan hingga adzan subuh baru terjaga.
Di awali sholat rowatib dua rakaat kemudian dilanjutkan dengan sholat subuh dua rakaat ia bersimpuh mengadu pada Illahi Rabbi. Dalam khusyu’ penuh rasa bersalah ia memohon ampun pada Yang Maha Pengampun. Dalam sujud yang panjang ia mengadu pada Pemilik cinta atas rasa di hatinya dan mimpinya yang telah membuat ia kehilangan satu ibadah unggulannya hari ini.
‘Ya Ghafar, ampuni hamba yang telah lalai menjalankan komitmen hamba pada Mu untuk menjadikan tahajjud sebagai ibadah unggulan yang tidak akan pernah hamba lewatkan. Tapi malam ini malah hamba kelewatan hanya karena sebuah mimpi yang tidak berarti seperti itu, ampuni hamba Ya Allah.’
‘Ya Allah, tenangkanlah hati hamba, jauhkanlah kegalauan yang selalu mendera batin hamba.’
‘Ya Waduud, siramilah jiwa hamba dengan kesejukan cinta suci kepada Mu’
‘Ya Muqiit, Peliharah cinta hamba padanya agar dapat menambah kecintaan hamba pada Mu’
‘Ya Allah, kalau memang dia adalah jodoh yang telah Engkau gariskan bagi hamba maka tolong tenangkanlah hati ini atas cinta hamba padanya. Dan jika Engkau telah mempersiapkan yang lebih baik bagi hamba, tolong gantikan cinta hamba padanya dengan rasa sayang seperti halnya rasa sayang hamba pada umat Mu yang lainnya’
‘Ya Mujiib, perkenankanlah do’a hamba. Amin ya robbal alamin.’
Tetesan bening selembut embun pun mengalir membasahi sajadah hijau muda sebagai saksi sujudnya pada Sang Khaliq.
.
.
Aku Gembira Melihatmu Bahagia
Aku tak mengerti jalan pikiran mu
Tak tahu kah kau batin ku menjerit
Kau ceritakan orang yang kau suka dan kemudian kau kenalkan dia pada ku
Entah apa maksud mu berbuat begitu
Yang pasti terasa sesak hati ini ketika ku tahu dialah orang yang mampu menentramkan hati mu
Miris, aku tidak bisa mengukir senyum di wajah mu
Seperti dia yang selalu membuat mu tersenyum indah saat berkata tentangnya
Ah, aku iri padanya
Yang bisa membuat mu bahagia
Ternyata tembok yang memagari ku belum cukup kuat menahan hantaman cinta mu
Harus bagaimanakah aku bersikap
Untuk mengahapus mu dalam sejarah hidup ku.
Sepertinya ini pertanda dari-Nya
Aku harus menata ulang hati ini
Melupakan cerita indah bersamamu
Salah ku yang dulu membuka lebar gerbang hati ku untuk cinta mu
Sampai ia masuk begitu dalam di lubuk hati ku
Hingga terasa begitu sulit tuk mengusirnya pergi
Ingin marah
Tapi pada siapa
Pada mu kah
Pada ku kah
Padanya kah
Atau pada Nya ?
Heh, bodohnya aku
Harusnya aku bersyukur pada-Nya
Yang telah memberikan titik terang life sign cinta ku
Hingga aku bisa selangkah bahkan ribuan langkah lebih cepat tuk melupakan mu
Namun entah kenapa begitu sulit itu kulakukan
Setengah yang kuhapus
Malah bertambah duakali lipat ia melanda
Hingga tambah besar rasa itu untuk mu
Atau ku biarkan saja cinta mu bersemayam dalam hati ku
Ah, yang benar saja
Aku malu pada-Nya
Karena telah membagi cinta untuk-Nya kepadamu
Sepertinya aku sudah jelas-jelas menghapus mu dalam memory ku
Namun ternyata aku salah
File cinta mu masih ada dalam recycle hati ku
Belum terhapus seutuhnya
Hingga tak dapat ku tahan hati ini untuk me'restore' kembali file itu
Bosan aku dengan ketidakjelasan ini
Kau memberi ku rambu merah
Sebagai petanda aku harus berhenti mencintai mu
Namun aku belum yakin Dia juga memberi ku rambu merah
Hingga aku masih tetap ingin menahan rasa itu dalam hati ku
Aku pun tak bisa begitu saja lepas dari jerat bayang mu
Langkah ku seolah selalu ada kamu yang mengiringi
Kau ada tapi tidak nyata
Apa yang harus ku lakukan untuk membuat mu nyata ada untuk ku
Bagaimana caranya aku meyakinkan bahwa tulang rusuk ku berasal dari rusuk mu
Ku coba bertanya pada-Nya
Tapi tetap tak jelas adanya
Ku curah kan isi hati ku pada-Nya
Itu pun masih membuat ku gundah tak bertepi
Ada apa sebenarnya dengan diri ku
Aku tahu ini jelas salah adanya
Jujur aku lelah menanti mu
Lelah sekali
Ku paksakan melepas mu
Ku paksakan tuk ikhlas saja
Namun bukan ikhlas ataupun lepas dari jerat cinta mu yang ku dapati
Malah bertambah lekat kau menjerat hati ku
Ah, yang benar saja
Kenapa aku selalu mengharapkan mu
Sungguh tidak ada keistimewaan yang ku temukan dalam diri mu
Benar-benar tidak ada sedikit pun
Yang ada hanyalah hati ku bergetar hebat kala melihatmu
Dan yang pasti aku gembira melihatmu bahagia
Walaupun ternyata takdir mu adalah untuk bersamanya
.
Tak tahu kah kau batin ku menjerit
Kau ceritakan orang yang kau suka dan kemudian kau kenalkan dia pada ku
Entah apa maksud mu berbuat begitu
Yang pasti terasa sesak hati ini ketika ku tahu dialah orang yang mampu menentramkan hati mu
Miris, aku tidak bisa mengukir senyum di wajah mu
Seperti dia yang selalu membuat mu tersenyum indah saat berkata tentangnya
Ah, aku iri padanya
Yang bisa membuat mu bahagia
Ternyata tembok yang memagari ku belum cukup kuat menahan hantaman cinta mu
Harus bagaimanakah aku bersikap
Untuk mengahapus mu dalam sejarah hidup ku.
Sepertinya ini pertanda dari-Nya
Aku harus menata ulang hati ini
Melupakan cerita indah bersamamu
Salah ku yang dulu membuka lebar gerbang hati ku untuk cinta mu
Sampai ia masuk begitu dalam di lubuk hati ku
Hingga terasa begitu sulit tuk mengusirnya pergi
Ingin marah
Tapi pada siapa
Pada mu kah
Pada ku kah
Padanya kah
Atau pada Nya ?
Heh, bodohnya aku
Harusnya aku bersyukur pada-Nya
Yang telah memberikan titik terang life sign cinta ku
Hingga aku bisa selangkah bahkan ribuan langkah lebih cepat tuk melupakan mu
Namun entah kenapa begitu sulit itu kulakukan
Setengah yang kuhapus
Malah bertambah duakali lipat ia melanda
Hingga tambah besar rasa itu untuk mu
Atau ku biarkan saja cinta mu bersemayam dalam hati ku
Ah, yang benar saja
Aku malu pada-Nya
Karena telah membagi cinta untuk-Nya kepadamu
Sepertinya aku sudah jelas-jelas menghapus mu dalam memory ku
Namun ternyata aku salah
File cinta mu masih ada dalam recycle hati ku
Belum terhapus seutuhnya
Hingga tak dapat ku tahan hati ini untuk me'restore' kembali file itu
Bosan aku dengan ketidakjelasan ini
Kau memberi ku rambu merah
Sebagai petanda aku harus berhenti mencintai mu
Namun aku belum yakin Dia juga memberi ku rambu merah
Hingga aku masih tetap ingin menahan rasa itu dalam hati ku
Aku pun tak bisa begitu saja lepas dari jerat bayang mu
Langkah ku seolah selalu ada kamu yang mengiringi
Kau ada tapi tidak nyata
Apa yang harus ku lakukan untuk membuat mu nyata ada untuk ku
Bagaimana caranya aku meyakinkan bahwa tulang rusuk ku berasal dari rusuk mu
Ku coba bertanya pada-Nya
Tapi tetap tak jelas adanya
Ku curah kan isi hati ku pada-Nya
Itu pun masih membuat ku gundah tak bertepi
Ada apa sebenarnya dengan diri ku
Aku tahu ini jelas salah adanya
Jujur aku lelah menanti mu
Lelah sekali
Ku paksakan melepas mu
Ku paksakan tuk ikhlas saja
Namun bukan ikhlas ataupun lepas dari jerat cinta mu yang ku dapati
Malah bertambah lekat kau menjerat hati ku
Ah, yang benar saja
Kenapa aku selalu mengharapkan mu
Sungguh tidak ada keistimewaan yang ku temukan dalam diri mu
Benar-benar tidak ada sedikit pun
Yang ada hanyalah hati ku bergetar hebat kala melihatmu
Dan yang pasti aku gembira melihatmu bahagia
Walaupun ternyata takdir mu adalah untuk bersamanya
.
kenapa Kau memilih aku
Sangat tidak adil rasanya jika aku bersedih hanya kerena masalah sepele saja, sedang banyak sekali orang yang nasibnya jauh kurang beruntung seperti ku namun mereka begitu semangat dan giat dalam menjalani hidup mereka. Betapa naif nya aku jika selalu mengeluh atas hidup yang ku jalani, sedang begitu banyak orang di luar sana berjuang keras memperjuangkan hidup yang layak.
“Kenapa Kau memilih aku?” Terlintas pertanyaan itu dalam benakku saat melihat pemulung yang sedang mengais-ngais tumpukan sampah di bawah jembatan di pinggir tol belakang kost ku. Kenapa Allah memilih aku untuk mendapatkan hidup yang layak. Kenapa bukan pemulung itu. Maha suci allah, pasti ada pesan tersirat yang ingin disampaikan-nya pada ku. Aku malu jika melihat mereka yang berjuang keras untuk menyambung hidup, sedangkan aku yang hanya menunggu kiriman orang tua saja tanpa melakukan kerja yang berarti, malah begitu sering mengeluh kurang ini dan kurang itu. Dan tak jarang aku ‘meminta’ uang tambahan kepada orangtua tanpa rasa kasihan kepada mereka yang entah bagaimana cara mereka mendapatkan uang untuk membahagiakan anaknya ini. “ah, rasanya malu sekali pada pemulung itu”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Kembali pertanyaan itu merasuki pikiran ku saat melihat bapak-bapak tua penjual bubur ayam keliling menggukan gerobak , yang sepertinya sudah selayaknya beliau ‘pensiun’ bekerja, yang melintasi jembatan sepi kendaraan pagi itu karena memang jembatan itu bukan jalan lintas utama. Dengan gagah beliau mendorong gerobak dengan setengah keberatan karena menuruni tanjakan dari jembatan, beliau harus mengerahkan seluruh tenaga supaya gerobak itu bisa berjalan pelan. Matanya jelih memandang ke semua orang yang ada di sekelilingnya dengan harapan ada orang yang akan berteriak “pak, bubur ayamnya!”. Namun semua orang sibuk dengan urusan masing-masing mengabaikan bapak tukang bubur itu. Terenyuh sudah aku memandanginya yang sudah rentah tapi masih tetap bersemangat mencari rezeki yang ditaburkan oleh Allah di muka bumi ini tanpa kenal lelah dan tanpa keluh kesah. Sedang aku hanya berleha-leha saja, kampus kost – kampus kost, hang out sama teman-teman, pergi ke karaoke, dan kadang hari libur hanya dimanfaatkan untuk tidur-tiduran saja. “ah, rasanya tak pantas aku di sebut pemuda”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Lagi-lagi pertanyaan itu menghantui pikiran ku. Saat melihat acara di salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan kisah-kisah inspiratif yang begitu menggugah jiwa. Kala itu di ceritakan ada seorang bapak tua di pelosok desa yang hanya tamatan sekolah dasar bertekad membangun sebuah madrasah ibtida’iyah dan madrasah tsanawiyah dengan mengikhlaskan lahan yang dia miliki untuk dibangun gedung di atasnya. Saat itu baru dua gedung berdiri (yang satunya sudah ‘reot’) dan menampung tak lebih dari lima puluh murid serta hanya memiliki empat orang pengajar saja. Namun tekadnya untuk memberikan pendidikan dan menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak di desa itu sudah tertanam kuat dalam batinnya. Ketaatannya pada Sang Pencipta mengalahkan rasa ‘minder’nya yang hanya tamatan SD, sehingga dia abdikan hidupnya untuk Allah dan masyarakat. Semakin ciut saja diri ini di hadapan Ilahi Rabbi, yang jangankan mendirikan sarana pendidikan, mengerjakan amalan-amalan harian saja belum sempurna. Sholat suka telat, bahkan kadang lewat. Al-qur’an hanya dijadikan sebagai pajangan saja dalam rak buku. Padahal Dia sudah mengaruniai ku akal pikiran dan tenaga yang masih jauh lebih kuat dari bapak tua itu. Malah ku manfaatkan untuk bermain-main saja di bumi Allah yang ku tumpangi ini. “Ah, apa yang bisa ku banggakan dihadapan Allah kelak?”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Masih di acara televisi, saat itu di ceritakan ada seorang mantan pegawai pln yang memiliki jabatan cukup penting di sana, namun dia memilih resign dari pekerjaannya hanya untuk mengasuh yayasan psikopat ( yayasan untuk orang gila). Dia menampung semua orang gila di jalanan untuk kemudian mengasuh mereka, mulai dari memandikan, memberi makan, hingga mengajarkan banyak hal pada mereka sampai mereka sembuh. Semakin kecil lagi diri ini, melihat ke-empaty-an orang itu. Jangankan mengayomi orang gila itu, kadang kalau tiba-tiba bertemu di jalanan malah menghindar tidak mau berpapasan. Ya Rabbi, padahal mereka juga manusia yang punya hak untuk di dekati. “Ah, sombong sekali rasanya diri ini”.
Begitu banyak hal yang membuat ku malu dihadapan-Mu. Kadang hanya karena putus sama pacar atau sekedar berantem sama pacar saja, air mata ini mengalir begitu derasnya, hingga mata pun bengkak karenanya. Sedang untuk dosa dan khilaf yang sudah menggunung sulit sekali ku teteskan air mata dihadapan-Mu. Terkadang mengabaikan seruan adzan di dekat masjid begitu mudah ku lakukan padahal jelas-jelas Kau memanggil ku untuk menghadap-Mu. Sedang ketika ada telpon dari pacar saja begitu cepat aku menjawabnya tanpa tudan sedetik pun. Padahal dia bukanlah siapa-siapa bagi ku, malah haram dia bagi ku.
Ya Rabbi, naif sekali diri ini. Hanya karena cinta tak berbalas saja sudah terasa sangat menyesakkan dada hingga tidur pun terganggu karenanya. Padahal jelas-jelas ada cinta hakiki yang bisa ku dapatkan tanpa takut akan mendapatakan ‘sakit’ yaitu cinta kepada Mu. Betapa sering aku mengabaikan uluran cinta Mu, dan berpaling pada cinta untuk umat Mu.
Ya Allah, begitu banyak perihal yang ingin Kau ajarkan pada ku di sekeliling ku, namun sering kali pula aku mengabaikan saja semua itu. Ku abaikan kerja keras ibu dan ayah yang berkeringat darah mencari nafkah ku dengan tanpa merasa bersalah ku selalu meminta pada mereka. Ku belanjakan uang dari mereka sesuka ku saja. Padahal sudah sebaiknya aku meringankan beban mereka.
Ya Rabbul Izzati, kenapa Kau memilih aku. Kenapa Kau memilih aku untuk memiliki hidup yang lebih baik dari para pemulung dan penjual bubur ayam itu. Kenapa bukan mereka yang Kau pilih. Kenapa Kau memilih aku untuk mendapat pendidikan yang lebih baik di banding bapak tua itu. Kenapa Kau memilih aku Ya Allah?
Sungguh Allah telah memberikan yang terbaik untuk kita, maka syukurilah itu semua sebelum Dia ambil kembali nikmat-nikmat itu. Manfaatkan waktu produktif, cintalah mahluk-Nya sekadarnya saja jangan sampai mengalahkan cinta kita pada-Nya sehingga menjauhkan kita dari-Nya. Dan akhirnya, mari kita renungkan kembali kenapa kita yang di pilih-Nya untuk memiliki hidup seperti sekarang ini. Semua pasti ada pesan tersirat dari-Nya.
#NasihatDiri
#SemogaBermanfaat
.
“Kenapa Kau memilih aku?” Terlintas pertanyaan itu dalam benakku saat melihat pemulung yang sedang mengais-ngais tumpukan sampah di bawah jembatan di pinggir tol belakang kost ku. Kenapa Allah memilih aku untuk mendapatkan hidup yang layak. Kenapa bukan pemulung itu. Maha suci allah, pasti ada pesan tersirat yang ingin disampaikan-nya pada ku. Aku malu jika melihat mereka yang berjuang keras untuk menyambung hidup, sedangkan aku yang hanya menunggu kiriman orang tua saja tanpa melakukan kerja yang berarti, malah begitu sering mengeluh kurang ini dan kurang itu. Dan tak jarang aku ‘meminta’ uang tambahan kepada orangtua tanpa rasa kasihan kepada mereka yang entah bagaimana cara mereka mendapatkan uang untuk membahagiakan anaknya ini. “ah, rasanya malu sekali pada pemulung itu”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Kembali pertanyaan itu merasuki pikiran ku saat melihat bapak-bapak tua penjual bubur ayam keliling menggukan gerobak , yang sepertinya sudah selayaknya beliau ‘pensiun’ bekerja, yang melintasi jembatan sepi kendaraan pagi itu karena memang jembatan itu bukan jalan lintas utama. Dengan gagah beliau mendorong gerobak dengan setengah keberatan karena menuruni tanjakan dari jembatan, beliau harus mengerahkan seluruh tenaga supaya gerobak itu bisa berjalan pelan. Matanya jelih memandang ke semua orang yang ada di sekelilingnya dengan harapan ada orang yang akan berteriak “pak, bubur ayamnya!”. Namun semua orang sibuk dengan urusan masing-masing mengabaikan bapak tukang bubur itu. Terenyuh sudah aku memandanginya yang sudah rentah tapi masih tetap bersemangat mencari rezeki yang ditaburkan oleh Allah di muka bumi ini tanpa kenal lelah dan tanpa keluh kesah. Sedang aku hanya berleha-leha saja, kampus kost – kampus kost, hang out sama teman-teman, pergi ke karaoke, dan kadang hari libur hanya dimanfaatkan untuk tidur-tiduran saja. “ah, rasanya tak pantas aku di sebut pemuda”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Lagi-lagi pertanyaan itu menghantui pikiran ku. Saat melihat acara di salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan kisah-kisah inspiratif yang begitu menggugah jiwa. Kala itu di ceritakan ada seorang bapak tua di pelosok desa yang hanya tamatan sekolah dasar bertekad membangun sebuah madrasah ibtida’iyah dan madrasah tsanawiyah dengan mengikhlaskan lahan yang dia miliki untuk dibangun gedung di atasnya. Saat itu baru dua gedung berdiri (yang satunya sudah ‘reot’) dan menampung tak lebih dari lima puluh murid serta hanya memiliki empat orang pengajar saja. Namun tekadnya untuk memberikan pendidikan dan menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak di desa itu sudah tertanam kuat dalam batinnya. Ketaatannya pada Sang Pencipta mengalahkan rasa ‘minder’nya yang hanya tamatan SD, sehingga dia abdikan hidupnya untuk Allah dan masyarakat. Semakin ciut saja diri ini di hadapan Ilahi Rabbi, yang jangankan mendirikan sarana pendidikan, mengerjakan amalan-amalan harian saja belum sempurna. Sholat suka telat, bahkan kadang lewat. Al-qur’an hanya dijadikan sebagai pajangan saja dalam rak buku. Padahal Dia sudah mengaruniai ku akal pikiran dan tenaga yang masih jauh lebih kuat dari bapak tua itu. Malah ku manfaatkan untuk bermain-main saja di bumi Allah yang ku tumpangi ini. “Ah, apa yang bisa ku banggakan dihadapan Allah kelak?”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Masih di acara televisi, saat itu di ceritakan ada seorang mantan pegawai pln yang memiliki jabatan cukup penting di sana, namun dia memilih resign dari pekerjaannya hanya untuk mengasuh yayasan psikopat ( yayasan untuk orang gila). Dia menampung semua orang gila di jalanan untuk kemudian mengasuh mereka, mulai dari memandikan, memberi makan, hingga mengajarkan banyak hal pada mereka sampai mereka sembuh. Semakin kecil lagi diri ini, melihat ke-empaty-an orang itu. Jangankan mengayomi orang gila itu, kadang kalau tiba-tiba bertemu di jalanan malah menghindar tidak mau berpapasan. Ya Rabbi, padahal mereka juga manusia yang punya hak untuk di dekati. “Ah, sombong sekali rasanya diri ini”.
Begitu banyak hal yang membuat ku malu dihadapan-Mu. Kadang hanya karena putus sama pacar atau sekedar berantem sama pacar saja, air mata ini mengalir begitu derasnya, hingga mata pun bengkak karenanya. Sedang untuk dosa dan khilaf yang sudah menggunung sulit sekali ku teteskan air mata dihadapan-Mu. Terkadang mengabaikan seruan adzan di dekat masjid begitu mudah ku lakukan padahal jelas-jelas Kau memanggil ku untuk menghadap-Mu. Sedang ketika ada telpon dari pacar saja begitu cepat aku menjawabnya tanpa tudan sedetik pun. Padahal dia bukanlah siapa-siapa bagi ku, malah haram dia bagi ku.
Ya Rabbi, naif sekali diri ini. Hanya karena cinta tak berbalas saja sudah terasa sangat menyesakkan dada hingga tidur pun terganggu karenanya. Padahal jelas-jelas ada cinta hakiki yang bisa ku dapatkan tanpa takut akan mendapatakan ‘sakit’ yaitu cinta kepada Mu. Betapa sering aku mengabaikan uluran cinta Mu, dan berpaling pada cinta untuk umat Mu.
Ya Allah, begitu banyak perihal yang ingin Kau ajarkan pada ku di sekeliling ku, namun sering kali pula aku mengabaikan saja semua itu. Ku abaikan kerja keras ibu dan ayah yang berkeringat darah mencari nafkah ku dengan tanpa merasa bersalah ku selalu meminta pada mereka. Ku belanjakan uang dari mereka sesuka ku saja. Padahal sudah sebaiknya aku meringankan beban mereka.
Ya Rabbul Izzati, kenapa Kau memilih aku. Kenapa Kau memilih aku untuk memiliki hidup yang lebih baik dari para pemulung dan penjual bubur ayam itu. Kenapa bukan mereka yang Kau pilih. Kenapa Kau memilih aku untuk mendapat pendidikan yang lebih baik di banding bapak tua itu. Kenapa Kau memilih aku Ya Allah?
Sungguh Allah telah memberikan yang terbaik untuk kita, maka syukurilah itu semua sebelum Dia ambil kembali nikmat-nikmat itu. Manfaatkan waktu produktif, cintalah mahluk-Nya sekadarnya saja jangan sampai mengalahkan cinta kita pada-Nya sehingga menjauhkan kita dari-Nya. Dan akhirnya, mari kita renungkan kembali kenapa kita yang di pilih-Nya untuk memiliki hidup seperti sekarang ini. Semua pasti ada pesan tersirat dari-Nya.
#NasihatDiri
#SemogaBermanfaat
.
Secarik Kertas
“Apa ini?”
Ku menemukan secarik kertas kecil yang sempat membuat ku bertanya-tanya, ‘Apa ini?’, di antara lembaran buku mu yang ku pinjam. Tulisan rapi miring sedikit ke kanan seperti font Bradley Hand ITC di Microsoft Word, tertera indah di atas kertas kecil putih polos itu. ‘Ah mungkin hanya sekedar kertas biasa!’ pikir ku langsung meletakkan kembali secarik kertas itu kedalam buku mu.
Buku yang sangat bagus dalam penilaian ku, begitu memotivasi diri untuk terus bersemangat dengan sesekali diselingi jock-jock menarik dari penulis membuat ku semakin ingin segera menghatamkan buku itu. Ada kutipan yang selalu terngiang di benak ku yang terus menambah semangat ku, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Yes, that’s right!. Kata-kata yang sangat powerfull pembangkit semangat dalam setiap situasi yang ku hadapi, termasuk yang ku hadapi saat ini hanya dengan bersyukur.
Saat hati sedang asyik terhanyut membaca buku yang begitu memotivasi milik mu, kembali ku menemukan secarik kertas itu karena memang tadinya ku selipkan di tengah-tengah buku. Lebih ku perhatikan lagi dan ku baca secarik kertas itu. Tidak ada yang istimewa sepertinya, namun tiba-tiba mata ku menangkap sebuah nama yang ku kenal di antara tulisan itu. Iya aku mengenal nama itu. Aku mengenal pemilik nama itu. Orang yang selalu membuat aku bisa merelakan segalanya untuknya, karena aku tahu kau menaruh hati pada pemilik nama itu. Karena kau selalu ceria kala bercerita tentang dirinya.
Entah ini nyata atau tidak, namun sepertinya kau lah orang yang mampu membuat hati ku bergetar saat bertemu atau hanya sekadar mendengar nama mu saja. Seperti ada sesuatu yang tidak ku ketahui penyebabnya, yang ku sadari hanyalah aku sering memperhatikan mu. Orang bilang itulah yang disebut-sebut dengan istilah cinta, tapi entahlah, aku tidak tahu. Aku harap ini tidak nyata, aku harap ini hanya mimpi ku saja dan aku akan segera terbangun. Karena sungguh tidak menyenangkan terjerat rasa tak jelas ini.
Pemilik nama itu, aku mengenalnya. Orang yang tidak dapat dibandingkan dengan ku. Sekali lagi ini dari kacamata pendapat ku. Orang yang begitu sempurna di mata ku. Sungguh beruntung kau mengenalnya. Bertambah perfect jika dia mendampingi mu. Iri sekaligus cemburu rasanya aku padanya yang bisa mendapat perhatian mu. Tapi segera ku tepis perasaan yang tidak baik itu karena aku menyadari betul perasaan seperti itu hanya akan menguras energy ku saja. Aku harus ber-posthink saja dengan-Nya. Yang ku yakini hanyalah kalau kau jodoh ku maka tidak akan kemana namun kalau bukan semoga yang lebih baik diberikan ganti oleh-Nya.
Aku tidak ingin tahu kebenaran secarik kertas itu, aku memilih untuk bersyukur saja telah menemukan secarik kertas itu. Seperti kutipan buku di atas, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Maka aku harus terus bersyukur, bersyukur atas rasa yang di berikan-Nya pada ku untuk mu. Bersyukur atas rasa cemburu pada pemilik nama di atas secarik kertas kecil itu, karena cemburu itu aku bisa menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada ku, sehingga dapat segera dibenahi. Bersyukur aku mengenal mu yang mengenalkan ku pada cinta dan cara menjaganya untuk-Nya sehingga cinta ku terus terjaga suci untuk-Nya. Bersyukur karena secarik kertas itu aku bisa berhenti mengharapkan mu. Dan akhirnya energy positiflah yang menyelimuti ku karena secarik kertas itu.
.
Ku menemukan secarik kertas kecil yang sempat membuat ku bertanya-tanya, ‘Apa ini?’, di antara lembaran buku mu yang ku pinjam. Tulisan rapi miring sedikit ke kanan seperti font Bradley Hand ITC di Microsoft Word, tertera indah di atas kertas kecil putih polos itu. ‘Ah mungkin hanya sekedar kertas biasa!’ pikir ku langsung meletakkan kembali secarik kertas itu kedalam buku mu.
Buku yang sangat bagus dalam penilaian ku, begitu memotivasi diri untuk terus bersemangat dengan sesekali diselingi jock-jock menarik dari penulis membuat ku semakin ingin segera menghatamkan buku itu. Ada kutipan yang selalu terngiang di benak ku yang terus menambah semangat ku, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Yes, that’s right!. Kata-kata yang sangat powerfull pembangkit semangat dalam setiap situasi yang ku hadapi, termasuk yang ku hadapi saat ini hanya dengan bersyukur.
Saat hati sedang asyik terhanyut membaca buku yang begitu memotivasi milik mu, kembali ku menemukan secarik kertas itu karena memang tadinya ku selipkan di tengah-tengah buku. Lebih ku perhatikan lagi dan ku baca secarik kertas itu. Tidak ada yang istimewa sepertinya, namun tiba-tiba mata ku menangkap sebuah nama yang ku kenal di antara tulisan itu. Iya aku mengenal nama itu. Aku mengenal pemilik nama itu. Orang yang selalu membuat aku bisa merelakan segalanya untuknya, karena aku tahu kau menaruh hati pada pemilik nama itu. Karena kau selalu ceria kala bercerita tentang dirinya.
Entah ini nyata atau tidak, namun sepertinya kau lah orang yang mampu membuat hati ku bergetar saat bertemu atau hanya sekadar mendengar nama mu saja. Seperti ada sesuatu yang tidak ku ketahui penyebabnya, yang ku sadari hanyalah aku sering memperhatikan mu. Orang bilang itulah yang disebut-sebut dengan istilah cinta, tapi entahlah, aku tidak tahu. Aku harap ini tidak nyata, aku harap ini hanya mimpi ku saja dan aku akan segera terbangun. Karena sungguh tidak menyenangkan terjerat rasa tak jelas ini.
Pemilik nama itu, aku mengenalnya. Orang yang tidak dapat dibandingkan dengan ku. Sekali lagi ini dari kacamata pendapat ku. Orang yang begitu sempurna di mata ku. Sungguh beruntung kau mengenalnya. Bertambah perfect jika dia mendampingi mu. Iri sekaligus cemburu rasanya aku padanya yang bisa mendapat perhatian mu. Tapi segera ku tepis perasaan yang tidak baik itu karena aku menyadari betul perasaan seperti itu hanya akan menguras energy ku saja. Aku harus ber-posthink saja dengan-Nya. Yang ku yakini hanyalah kalau kau jodoh ku maka tidak akan kemana namun kalau bukan semoga yang lebih baik diberikan ganti oleh-Nya.
Aku tidak ingin tahu kebenaran secarik kertas itu, aku memilih untuk bersyukur saja telah menemukan secarik kertas itu. Seperti kutipan buku di atas, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Maka aku harus terus bersyukur, bersyukur atas rasa yang di berikan-Nya pada ku untuk mu. Bersyukur atas rasa cemburu pada pemilik nama di atas secarik kertas kecil itu, karena cemburu itu aku bisa menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada ku, sehingga dapat segera dibenahi. Bersyukur aku mengenal mu yang mengenalkan ku pada cinta dan cara menjaganya untuk-Nya sehingga cinta ku terus terjaga suci untuk-Nya. Bersyukur karena secarik kertas itu aku bisa berhenti mengharapkan mu. Dan akhirnya energy positiflah yang menyelimuti ku karena secarik kertas itu.
.
#TransMemory
1. Jutaan orang trinspirasi sedekah, sbb dulu saya dikontrak trans a/ izin Allah. 520 episode.2006 masuk ke 2007.
2. Nilai kontraknya buat ukuran saya, gede sekali. Dibelikan tanah yg di atasnya berdiri skrng pesantren Daarul Qur'an.
3. Tentu kebaikan pesantren mengalir buat TransCorp, Owner, Komisaris, Direksi, dan
seluruh sahabat di sana.
4. Di atas tanah yg DP awalnya dari uang kontrak TransTV, skrng ada krng lbh 2rb santri
penghafal Qur'an yg sdg bljr.
5. 5th ke dpn, insyaAllah jumlahnya ditarget 10rb santri. Santri tiap pagi shalat dhuha. Minimal 4 rokaat. Rata2 6 rokaat.
6. Kalo 4 rokaat saja, x10rb santri, wow... 40rb rokaat mengalir buat TransCorp, walo saya dah ga di sana. Ini kesejatian amal.
7. Ga melupakan siapapun yg jd mata rantai kebaikannya. Blm lg dari bacaan Qur'an santri...1 huruf dikali 10 kebaikan.
8. Lalu santri tiap hari 2x baca waaqi'ah. Sdg waaqi'ah itu 1700 huruf. &krn santri yg baca, 1 hurufnya bernilai 700 kebaikan.
9. Brp yg mengalir ke stasiun transtv? Dahsyat! 1700 hurufx700x2x10rb, dan itu kiriman
amal saban hari!!!
10. Betapa hebatnya memang jika jadi orang muslim yg bisa peduli thd dakwah seperti Pak
CT dan Pak Wishnu. Ngalir pahalanya.
11. Salah satu kenangan indah dari Acara @yusuf_mansur di Trans, adalah lahirnya seorang pemirsa yg milyarder baru.
12. IS, begitu inisialnya. Adlh seorang pedagang nasi di slh 1 sudut kota, di Jatim. Brsama istrinya, menyaksikan acr saya.
13. Saat itu, awal Januari 2007. IS yg pedagang nasi, brsama istrinya, mengikuti dg seksama matematika sedekah.
14. Siapa yg memberi 1, dibalas Allah 10x lipat. Kata saya, sebagaimana diceritakan bliau,saat itu menyeru pemirsa...
15. Lewat layar kaca TransTV.
16. Siapa yg percaya, keluarkan skrng juga. Selasa besok ketemu saya lagi, begitu saya
menyeru, dah akan diganti 10x lipat.
17. Acaranya saat itu, selasa sore. Namanya: Cerita Sore.
18. Di antara jutaan pemirsa, ada IS tsb&istrinya. Di tangan mereka, ada dana 1jt. IS
melongo mndengar seruan ini. 1jt jd 10jt?
19. Ya, dia ga salah dengar. Siapa yg sedekah 1 dikali 10. Dan ini janji Allah. Jadi kalo dia punya 1jt, ya jd 10jt...
20. Kalimat, selasa depan ketemu saya (di layar kaca Trans), bakal diganti Allah 10x lipat,menggoda dia.
21. Bukannya apa2. Dari awal Januari 2006 s/d akhir Desember 2006, IS&istrinya ngumpulin duit. Buat bayar kontrakan. 1,4jt.
22. Ga kumpul 1,4jt tuh. Setahun, "hanya" 1jt. Di kontrakan dia inilah warung nasinya
berdiri. Kurang 400rb. Kbutuhannya 1,4jt.
23. Pemilik kontrakan menolak menerima 1jt. "Saya ksh wkt 2bl lg. Byr full saja nanti." Dan itu brarti ada masa s/d akhir Feb.
24. Nah, di awal Jan 2007, lwt layar TransTV, IS&istrinya mendengar seruan ini. "Bu, denger kata Ust Yusuf...?"
25. "Denger." Kata istrinya. "Ayo Bu... Kita sedekahin duit kita yg 1jt ini... Nanti kita akan punya uang 8,6jt..."
26. Ada yg tau, kenapa jadi 8,6jt?
27. Ya, sbb jika diganti 10x lipat, jd 10jt. Lalu dibayarin kontrakan 1,4jt, maka jumlahnya jd 8,6jt. Hanya sepekan loh.
28. Bandingkan dg tabungan setahunnya dia: 1jt. Emang kalo pake sedekah, jadi
QuantumSaving.
29. Alhamdulillaah, istrinya MENOLAK ajakan IS ini, he he... "Ga ah... Itu kalo dibayar
Allah... Kalo engga?"
30. Di benak istrinya, sedekah 1jt tabungan dia ini beresiko. Setahun ngumpulin 1jt. Masa sepekan jd 10jt...
31. Kata istrinya, "Kalo tadi kurang 400rb, ini kurangnya jadi balik lagi. Kurang 1,4jt...
32. Namun IS mendorong istrinya u/ percaya... "Bu... Ini Janji Allah. Bukan janjinya Yusuf Mansur..."
33. Saya saat itu ya ga ngerti apa2 ttg dialog ini. Saya kan bcr nya lwt layar kaca TransTV, he he. Jd ga bs ikut nimbrung.
34. Kisah ini sampe ke tangan saya, akhir Desemberan 2007. Dibawa oleh seorang wartawan
Surabaya, yg mengisahkan kisah IS ini.
35. Wartawan ini bercerita ttg IS, sambil bawa undangan IS buat saya. Agar saya mau
meresmikan pabrik yg dibangun IS ini.
36. IS seorang pedagang nasi, yg di awal Januari 2007 ribut kecil sama istrinya soal
keyakinan sedekah, bangun pabrik?
37. Betul. Si wartawan ini terus berkisah, yg kisahnya ini saya jadiin kisah #Transmemori. Pabrik itu nilainya 11 milyar!!!
38. IS yg awal Januari 2007 pusing soal kontrakan 1,4jt, bangun pabrik 11 milyar...
Subhaanallaah...
39. Ini yg saya sebut, berkah stasiun tv. Baik, maka ia akan jadi baik. Jelek, maka ga bisa bilang itu urusan pemirsanya.
40. Karena itu saya blg, I love TransTV...!!! Full memori. &saya pisah sama TransTV, baik2. Dlm keadaan saya msh sprti di sana.
41. Kembali ke IS...
42. Awal Jan 2007, istrinya merelakan suaminya yg bersikeras bersedekah 1jt-1jtnya yg
mereka punya. Dg resiko, ga dibyr Allah.
42. Tapi besar hati IS. Ga mungkin Allah ga akan menunaikan Janji-Nya.
43. IS&istrinya, tunaikan sedekah. Selasa sore acr Cerita Sore di TransTV. Selasa malam
uang itu tertunai. Habis.
44. Nomor 42 dobel ya? Ga apa2 deh.
45. Selasa malam sedekah tertunai. Rabu pagi IS nunggu Allah dtg... Manaaaa nih Allah... Mana 10jt yg dijanjikan-Nya...
44. Sampe sini, banyak orang yg tdk sependapat dg Yusuf Mansur. Tuh kaaaaannn... Orang
jadi ngarepin balesan... Ga ikhlas...
45. Saya mah beda. Jika sebelomnya IS&kita2, ga prnh brhrp Allah dtg. Ini brhrp Allah dtg.Top kan?
46. Nomor 44 dan 45, dobel lagi ya? He he, sambil jawab sms yg masuk soalnya. Ok, lsg 47dah ya?
47. Orang jg blg, tar kecewa loh, kalo nanti sedekah ga brbalas. Laaaahhh, jajal aja beloman, darimana tahunya bakal kecewa...
48. IS menunggu dg setia sampe Allah dtg. Namun hingga selasa berikutnya saya nongol lagi di TransTV, Allah "ga datang".
49. Waktu saya nongol di tv, istrinya blg, "Tuh, ustadz Kamu... 1jt jadi 10jt. Seminggu... Mana...?"
50. IS bingung... Tambah bingung, materi saya di TransTV pekan kedua Januari, udah
berubah, he he he. Dah ga bcr yg kemarenan.
51. IS membesarkan hatinya dan hati istrinya. "Allah tau kali... Kita butuhnya akhir Februari... Msh ada 7 minggu..."
52. Pekan ke3, pekan ke4, IS menunggu Janji Allah dtg. Hingga pekan ke-5. Januari berubah jadi Februari.
53. "Pak," kata istrinya IS, "Coba gih, cari nmrnya TransTV..." "Untuk apa..." Tanya IS. "Minta nmrnya Yusuf Mansur..."
54. "Suruh dia tanggung jawab. Katanya sepekan. Ini udah 5 minggu. Blm ada tanda2nya
Allah bakal ganti..."
55. Alhamdulillah, IS&istrinya ga dapet tuh nmr TransTV, ha ha ha...
56. Maret atau April 2008, di bandara Juanda Surabaya, saya&istri saya bertemu dg
IS&istrinya. Kisah ini skrng kluar dari mrk.
57. Saya tdk bs dtg di undangan beliau, u/ peresmian pabriknya. Tapi saya sempatkan ketemu testimoni TransSedekah ini.
58. Minggu ke-7, atau 1 minggu lagi jelang deadline bayar kontrakan, istrinya ngajak IS ke bapaknya. Pinjam uang.
59. IS crita ke saya&istri saya, "Saya ga mau memenuhi permintaan istri saya pinjem ke
mertua..."
60. "Bukannya apa. Mertua saya itu supir. Gajinya 600rb. Kayak apa beliau kalau tahu saya sedekah 1jt. Trus mau pinjem lagi..."
61. IS memutuskan ga mau pinjam. Istrinya trs membujuk IS agar mau pinjam ke bpknya.
"Tar diusir Pak... Di sini ada warung qt."
62. Dg gagah IS bilang, "Biar aja diusir... Biar Allah tau... Gara2 sedekah 1jt, kita diusir..."
63. Bentar. Tadi ini lagi pamit sama ibu di rumah sakit. Juga sama istri. Ntar sbntar diterusin.
64. IS blg ke istrinya di pekan ke-7 tsb, "Bu, daripada kita mikirin kontraaaaaakan terus, kita keluar yuuuukkk...???"
65. "Kita cari rumah mana di sekitar sini yg mau dijual. Kita beli. Tar kalo kita diusir dari kontrakan kita, kita pindah..."
66. "Pindah ke rumah yg kita beli...". Istrinya IS crita ke saya, "Ya Allah Ustadz... Sayasedih... Koq suami saya jd begini.."
67. "Gimana coba? Wong buat byr kontrakan aja ga ada, koq ya mau beli rumah? Tp krn saya jg stress, ya saya manut..."
68. Istrinya tak menduga, kalo IS bnr2 nawar 1 rumah... Di dpn rumah mewah, IS&istrinya
brdiri... "Assm... Betul ini dijual?"
69. Pemilik rumah melihat mereka berdua. Wajah di pekan ke-7 itu, lusuh. Wajah kontrakan, he he he. Wajah yg sepekan lg diusir.
70. "Betul," kata pemilik rumah. "Buat siapa?" IS mnjwb, "Buat kami...". Disuruh masuklah mereka berdua. Istrinya ga mau.
71. Percuma. Ga bakal kebeli. Namun IS ttp masuk. Mau ga mau istrinya ikut. "Berapa duit ni rumah Pak...?" "700jt..."
72. Ketika ngedenger ini rumah 700jt, JELEGGGEEEERRRR...!!! Istrinuya IS kontan mau
bangun... Mau pulang aja. Tapi IS nawar...
73. "Kalo 500jt gmn...?" Istri IS terperanjat... 500jt...? Duuuuuuuuhhh gimana iniiiiiiiiii...???
74. "Kalo segitu ga bisa. Udah ada yg nawar lebih...". "Kalo 600jt...?" "Kalo 600jt, boleh.Kpn Bapak mau ksh tanda jadi?"
75. "Ga pake tanda2 jadian. Nanti saya ke sini aja lagi 2bl lagi..." "Ya ga bisa Pak kalo ga ada Tanda Jadi."
76. IS meyakinkan penjual bhw dia bakal balik lagi 2bl lagi. "InsyaAllah...!!!", katanya mantab.
77. "Kalo gitu, saya minta nmr hp bapak dah..."
78. "Ga ada HP...", jawab IS. "He he, ga punya HP." Pemilik ini heran. Tanda jd ga ada, HP ga ada. Ya sudah...
79. Pemilik rumah heran. Istrinya IS lebih heran lagi...!!! Guendeng nih suamiku... Pake nawar 600jt, janji 2bl lagi...!!!
80. Di depan rumah ini, istrinya IS nyubit suaminya, "1,4jt aja ga punya... Pake nawar rumah orang 600jt. Ngejanjiin 2bl lagi."
81. IS blg, "Bu, kita kan dijanjiin sama Allah, byrn 10x lipat. Seminggu. Ini udah 7 minggu Bu..."
82. "Kalo nanti dibayar sama Allah akhir Feb ini, tp msh 10x lipat, jgn mau. Bapak mau blg sama Allah, byr Bapak 700x lpt sj.
83. "Nanti nih Bu, kalo dibayar sama Allah 700x lipat, kita bayar dah rumah ini 600jt.
Sisanya buat ngegedein warung kita..."
84. "Bapak malam ini mau bangun malam. Mau bilang sama Allah, urusan kontrakan urusan
Bapak saja. Urusan Allah yg 700x lipat."
85. "Dan Bapak mau ngasih waktu lagi sama Allah. Bayar Bapak 2bl lagi!". Istrinya IS
brtambah2 bengongnya...
86. Alhamdulillaah, Allah emang ga prnh mnyia2kan amal hamba-Nya. Pekan ke-8,
IS&istrinya, DIUSIR... Ya, diusir dari kontrakan.
87. Sampe akhir Feb, sesuai deadline, IS ga punya duit 1,4jt. Alhamdulillaah, akhirnya
IS&istrinya diusir.
88. Kalo ceritanya berhenti sampe sini, menanglah mereka yg menganggap bhw ga boleh
berharap sama Allah, sbb pasti kecewa.
89. Sebagiannya lagi akan mengutuk saya, sudah membuat satu keluarga jd berantakan
usahanya. Tadinya punya warung, skng trusir.
90. Tapi crita terus bergulir...
91. IS&istrinya pindah ke pasar pengungsi. Di Jatim ada 1 musibah nasional. Ada bgitu bnyk pengungsi. IS buka warung di sana.
92. Ga ada yg menyangka, kisah saksesnya berawal dari sini. Bbrp wkt kemudian, ada yg
nawarin u/ nanganin katering u/ pengungsi
93. Dibawalah IS ke pimpronya. Dan diputuskan IS yg ngelola katering u/ pengungsi.
94. "Sanggup Bapak ngelola?" Dijawab IS, "Sanggup. Asal dananya di depan." "Ya. Di
depan."
95. IS nanya, "Berapa pengungsi yg saya mesti siapkan?"
96. "16rb pengungsi..."
97. IS cerita di hadapan kami2, saat beliau jadi tamu kehormatan di launching pondok&MDN 14 Juni 2008, "Saya mau pingsan..."
98. "Ngedengeri 16rb pengungsi yg kudu disiapin makan, saya mau pingsan rasanya...".
Belom pernah saya bikin sebanyak itu.
99. Apalagi pimpro ini mengatakan, "3x makan. Pagi, siang, malam. 48rb bungkus..."
100. IS pingsan beneran, he he he. Cerita IS, ketika dia denger 48rb, dia mikir, di mana nyari karet gelangnya? Ha ha ha ha...
101. Ya iyalah. Nyari karet gelang 48rb bijiiii... Dan itu saban hari... Jreng jreng jreng... Sedekah IS&istrinya was working..
102. 2bl nanganin katering tsb, cash on hand, 1M rupiah. Subhaanallaah... Dia bisa bayar itu rumah 600jt.
103. Persis 2bl kurang lbhnya dari apa yg ia janjikan kpd si pemilik rumah. Allah Bercanda sama 2 hamba-Nya ini.
104. 100jtnya dipake buat ngegedein warungnya. Persis seperti apa yg ia katakan sama
istrinya 2bl yl.
105. Yg membedakan IS dg kita2, IS pas dpt 1000x lipat blg, "Sy minta kan 700x lipat. Jadi, yg 300x lipat bukan milik kami."
106. Sedekah awal Jan, brbuah April. April, IS&istrinya sdkh krng lbh 300jt. Merdeka tuh. Krn bnyk, jd macem2 sdkhnya.
107. Sdkh 300jt di april, brbuah kontrak senilai 38M u/ kontrak katering sepanjang 2008.
108. Krn itulah dia bangun pabrik senilai 11M. Subhaanallaah. Maksih TransTV...
Ini cerita nyata, silahkan di cek di TL nya ustadz @Yusuf_Mansur yang di tweets pada tanggal 2 November 2011 lalu..
Tidak ada yang saya tambahi dan kurangi, semoga bermanfaat buat kita semua. dan semoga cerita di atas dapat menambah keyakinan dan semangat kita untuk bersedekah..
Dengan tidak bermaksud untuk plagiat, hanya ingin berbagi sebagai inspirasi bagi kita untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama (baca:Sedekah)..
Semoga bermanfaat....
Dan silahkan koment disini, kalau sudah mengalami sendiri, saya bantu share ceritanya disini (Privasi terjaga), supaya bisa menginspirasi teman2 yang lain...
SalamSedekah^_^
2. Nilai kontraknya buat ukuran saya, gede sekali. Dibelikan tanah yg di atasnya berdiri skrng pesantren Daarul Qur'an.
3. Tentu kebaikan pesantren mengalir buat TransCorp, Owner, Komisaris, Direksi, dan
seluruh sahabat di sana.
4. Di atas tanah yg DP awalnya dari uang kontrak TransTV, skrng ada krng lbh 2rb santri
penghafal Qur'an yg sdg bljr.
5. 5th ke dpn, insyaAllah jumlahnya ditarget 10rb santri. Santri tiap pagi shalat dhuha. Minimal 4 rokaat. Rata2 6 rokaat.
6. Kalo 4 rokaat saja, x10rb santri, wow... 40rb rokaat mengalir buat TransCorp, walo saya dah ga di sana. Ini kesejatian amal.
7. Ga melupakan siapapun yg jd mata rantai kebaikannya. Blm lg dari bacaan Qur'an santri...1 huruf dikali 10 kebaikan.
8. Lalu santri tiap hari 2x baca waaqi'ah. Sdg waaqi'ah itu 1700 huruf. &krn santri yg baca, 1 hurufnya bernilai 700 kebaikan.
9. Brp yg mengalir ke stasiun transtv? Dahsyat! 1700 hurufx700x2x10rb, dan itu kiriman
amal saban hari!!!
10. Betapa hebatnya memang jika jadi orang muslim yg bisa peduli thd dakwah seperti Pak
CT dan Pak Wishnu. Ngalir pahalanya.
11. Salah satu kenangan indah dari Acara @yusuf_mansur di Trans, adalah lahirnya seorang pemirsa yg milyarder baru.
12. IS, begitu inisialnya. Adlh seorang pedagang nasi di slh 1 sudut kota, di Jatim. Brsama istrinya, menyaksikan acr saya.
13. Saat itu, awal Januari 2007. IS yg pedagang nasi, brsama istrinya, mengikuti dg seksama matematika sedekah.
14. Siapa yg memberi 1, dibalas Allah 10x lipat. Kata saya, sebagaimana diceritakan bliau,saat itu menyeru pemirsa...
15. Lewat layar kaca TransTV.
16. Siapa yg percaya, keluarkan skrng juga. Selasa besok ketemu saya lagi, begitu saya
menyeru, dah akan diganti 10x lipat.
17. Acaranya saat itu, selasa sore. Namanya: Cerita Sore.
18. Di antara jutaan pemirsa, ada IS tsb&istrinya. Di tangan mereka, ada dana 1jt. IS
melongo mndengar seruan ini. 1jt jd 10jt?
19. Ya, dia ga salah dengar. Siapa yg sedekah 1 dikali 10. Dan ini janji Allah. Jadi kalo dia punya 1jt, ya jd 10jt...
20. Kalimat, selasa depan ketemu saya (di layar kaca Trans), bakal diganti Allah 10x lipat,menggoda dia.
21. Bukannya apa2. Dari awal Januari 2006 s/d akhir Desember 2006, IS&istrinya ngumpulin duit. Buat bayar kontrakan. 1,4jt.
22. Ga kumpul 1,4jt tuh. Setahun, "hanya" 1jt. Di kontrakan dia inilah warung nasinya
berdiri. Kurang 400rb. Kbutuhannya 1,4jt.
23. Pemilik kontrakan menolak menerima 1jt. "Saya ksh wkt 2bl lg. Byr full saja nanti." Dan itu brarti ada masa s/d akhir Feb.
24. Nah, di awal Jan 2007, lwt layar TransTV, IS&istrinya mendengar seruan ini. "Bu, denger kata Ust Yusuf...?"
25. "Denger." Kata istrinya. "Ayo Bu... Kita sedekahin duit kita yg 1jt ini... Nanti kita akan punya uang 8,6jt..."
26. Ada yg tau, kenapa jadi 8,6jt?
27. Ya, sbb jika diganti 10x lipat, jd 10jt. Lalu dibayarin kontrakan 1,4jt, maka jumlahnya jd 8,6jt. Hanya sepekan loh.
28. Bandingkan dg tabungan setahunnya dia: 1jt. Emang kalo pake sedekah, jadi
QuantumSaving.
29. Alhamdulillaah, istrinya MENOLAK ajakan IS ini, he he... "Ga ah... Itu kalo dibayar
Allah... Kalo engga?"
30. Di benak istrinya, sedekah 1jt tabungan dia ini beresiko. Setahun ngumpulin 1jt. Masa sepekan jd 10jt...
31. Kata istrinya, "Kalo tadi kurang 400rb, ini kurangnya jadi balik lagi. Kurang 1,4jt...
32. Namun IS mendorong istrinya u/ percaya... "Bu... Ini Janji Allah. Bukan janjinya Yusuf Mansur..."
33. Saya saat itu ya ga ngerti apa2 ttg dialog ini. Saya kan bcr nya lwt layar kaca TransTV, he he. Jd ga bs ikut nimbrung.
34. Kisah ini sampe ke tangan saya, akhir Desemberan 2007. Dibawa oleh seorang wartawan
Surabaya, yg mengisahkan kisah IS ini.
35. Wartawan ini bercerita ttg IS, sambil bawa undangan IS buat saya. Agar saya mau
meresmikan pabrik yg dibangun IS ini.
36. IS seorang pedagang nasi, yg di awal Januari 2007 ribut kecil sama istrinya soal
keyakinan sedekah, bangun pabrik?
37. Betul. Si wartawan ini terus berkisah, yg kisahnya ini saya jadiin kisah #Transmemori. Pabrik itu nilainya 11 milyar!!!
38. IS yg awal Januari 2007 pusing soal kontrakan 1,4jt, bangun pabrik 11 milyar...
Subhaanallaah...
39. Ini yg saya sebut, berkah stasiun tv. Baik, maka ia akan jadi baik. Jelek, maka ga bisa bilang itu urusan pemirsanya.
40. Karena itu saya blg, I love TransTV...!!! Full memori. &saya pisah sama TransTV, baik2. Dlm keadaan saya msh sprti di sana.
41. Kembali ke IS...
42. Awal Jan 2007, istrinya merelakan suaminya yg bersikeras bersedekah 1jt-1jtnya yg
mereka punya. Dg resiko, ga dibyr Allah.
42. Tapi besar hati IS. Ga mungkin Allah ga akan menunaikan Janji-Nya.
43. IS&istrinya, tunaikan sedekah. Selasa sore acr Cerita Sore di TransTV. Selasa malam
uang itu tertunai. Habis.
44. Nomor 42 dobel ya? Ga apa2 deh.
45. Selasa malam sedekah tertunai. Rabu pagi IS nunggu Allah dtg... Manaaaa nih Allah... Mana 10jt yg dijanjikan-Nya...
44. Sampe sini, banyak orang yg tdk sependapat dg Yusuf Mansur. Tuh kaaaaannn... Orang
jadi ngarepin balesan... Ga ikhlas...
45. Saya mah beda. Jika sebelomnya IS&kita2, ga prnh brhrp Allah dtg. Ini brhrp Allah dtg.Top kan?
46. Nomor 44 dan 45, dobel lagi ya? He he, sambil jawab sms yg masuk soalnya. Ok, lsg 47dah ya?
47. Orang jg blg, tar kecewa loh, kalo nanti sedekah ga brbalas. Laaaahhh, jajal aja beloman, darimana tahunya bakal kecewa...
48. IS menunggu dg setia sampe Allah dtg. Namun hingga selasa berikutnya saya nongol lagi di TransTV, Allah "ga datang".
49. Waktu saya nongol di tv, istrinya blg, "Tuh, ustadz Kamu... 1jt jadi 10jt. Seminggu... Mana...?"
50. IS bingung... Tambah bingung, materi saya di TransTV pekan kedua Januari, udah
berubah, he he he. Dah ga bcr yg kemarenan.
51. IS membesarkan hatinya dan hati istrinya. "Allah tau kali... Kita butuhnya akhir Februari... Msh ada 7 minggu..."
52. Pekan ke3, pekan ke4, IS menunggu Janji Allah dtg. Hingga pekan ke-5. Januari berubah jadi Februari.
53. "Pak," kata istrinya IS, "Coba gih, cari nmrnya TransTV..." "Untuk apa..." Tanya IS. "Minta nmrnya Yusuf Mansur..."
54. "Suruh dia tanggung jawab. Katanya sepekan. Ini udah 5 minggu. Blm ada tanda2nya
Allah bakal ganti..."
55. Alhamdulillah, IS&istrinya ga dapet tuh nmr TransTV, ha ha ha...
56. Maret atau April 2008, di bandara Juanda Surabaya, saya&istri saya bertemu dg
IS&istrinya. Kisah ini skrng kluar dari mrk.
57. Saya tdk bs dtg di undangan beliau, u/ peresmian pabriknya. Tapi saya sempatkan ketemu testimoni TransSedekah ini.
58. Minggu ke-7, atau 1 minggu lagi jelang deadline bayar kontrakan, istrinya ngajak IS ke bapaknya. Pinjam uang.
59. IS crita ke saya&istri saya, "Saya ga mau memenuhi permintaan istri saya pinjem ke
mertua..."
60. "Bukannya apa. Mertua saya itu supir. Gajinya 600rb. Kayak apa beliau kalau tahu saya sedekah 1jt. Trus mau pinjem lagi..."
61. IS memutuskan ga mau pinjam. Istrinya trs membujuk IS agar mau pinjam ke bpknya.
"Tar diusir Pak... Di sini ada warung qt."
62. Dg gagah IS bilang, "Biar aja diusir... Biar Allah tau... Gara2 sedekah 1jt, kita diusir..."
63. Bentar. Tadi ini lagi pamit sama ibu di rumah sakit. Juga sama istri. Ntar sbntar diterusin.
64. IS blg ke istrinya di pekan ke-7 tsb, "Bu, daripada kita mikirin kontraaaaaakan terus, kita keluar yuuuukkk...???"
65. "Kita cari rumah mana di sekitar sini yg mau dijual. Kita beli. Tar kalo kita diusir dari kontrakan kita, kita pindah..."
66. "Pindah ke rumah yg kita beli...". Istrinya IS crita ke saya, "Ya Allah Ustadz... Sayasedih... Koq suami saya jd begini.."
67. "Gimana coba? Wong buat byr kontrakan aja ga ada, koq ya mau beli rumah? Tp krn saya jg stress, ya saya manut..."
68. Istrinya tak menduga, kalo IS bnr2 nawar 1 rumah... Di dpn rumah mewah, IS&istrinya
brdiri... "Assm... Betul ini dijual?"
69. Pemilik rumah melihat mereka berdua. Wajah di pekan ke-7 itu, lusuh. Wajah kontrakan, he he he. Wajah yg sepekan lg diusir.
70. "Betul," kata pemilik rumah. "Buat siapa?" IS mnjwb, "Buat kami...". Disuruh masuklah mereka berdua. Istrinya ga mau.
71. Percuma. Ga bakal kebeli. Namun IS ttp masuk. Mau ga mau istrinya ikut. "Berapa duit ni rumah Pak...?" "700jt..."
72. Ketika ngedenger ini rumah 700jt, JELEGGGEEEERRRR...!!! Istrinuya IS kontan mau
bangun... Mau pulang aja. Tapi IS nawar...
73. "Kalo 500jt gmn...?" Istri IS terperanjat... 500jt...? Duuuuuuuuhhh gimana iniiiiiiiiii...???
74. "Kalo segitu ga bisa. Udah ada yg nawar lebih...". "Kalo 600jt...?" "Kalo 600jt, boleh.Kpn Bapak mau ksh tanda jadi?"
75. "Ga pake tanda2 jadian. Nanti saya ke sini aja lagi 2bl lagi..." "Ya ga bisa Pak kalo ga ada Tanda Jadi."
76. IS meyakinkan penjual bhw dia bakal balik lagi 2bl lagi. "InsyaAllah...!!!", katanya mantab.
77. "Kalo gitu, saya minta nmr hp bapak dah..."
78. "Ga ada HP...", jawab IS. "He he, ga punya HP." Pemilik ini heran. Tanda jd ga ada, HP ga ada. Ya sudah...
79. Pemilik rumah heran. Istrinya IS lebih heran lagi...!!! Guendeng nih suamiku... Pake nawar 600jt, janji 2bl lagi...!!!
80. Di depan rumah ini, istrinya IS nyubit suaminya, "1,4jt aja ga punya... Pake nawar rumah orang 600jt. Ngejanjiin 2bl lagi."
81. IS blg, "Bu, kita kan dijanjiin sama Allah, byrn 10x lipat. Seminggu. Ini udah 7 minggu Bu..."
82. "Kalo nanti dibayar sama Allah akhir Feb ini, tp msh 10x lipat, jgn mau. Bapak mau blg sama Allah, byr Bapak 700x lpt sj.
83. "Nanti nih Bu, kalo dibayar sama Allah 700x lipat, kita bayar dah rumah ini 600jt.
Sisanya buat ngegedein warung kita..."
84. "Bapak malam ini mau bangun malam. Mau bilang sama Allah, urusan kontrakan urusan
Bapak saja. Urusan Allah yg 700x lipat."
85. "Dan Bapak mau ngasih waktu lagi sama Allah. Bayar Bapak 2bl lagi!". Istrinya IS
brtambah2 bengongnya...
86. Alhamdulillaah, Allah emang ga prnh mnyia2kan amal hamba-Nya. Pekan ke-8,
IS&istrinya, DIUSIR... Ya, diusir dari kontrakan.
87. Sampe akhir Feb, sesuai deadline, IS ga punya duit 1,4jt. Alhamdulillaah, akhirnya
IS&istrinya diusir.
88. Kalo ceritanya berhenti sampe sini, menanglah mereka yg menganggap bhw ga boleh
berharap sama Allah, sbb pasti kecewa.
89. Sebagiannya lagi akan mengutuk saya, sudah membuat satu keluarga jd berantakan
usahanya. Tadinya punya warung, skng trusir.
90. Tapi crita terus bergulir...
91. IS&istrinya pindah ke pasar pengungsi. Di Jatim ada 1 musibah nasional. Ada bgitu bnyk pengungsi. IS buka warung di sana.
92. Ga ada yg menyangka, kisah saksesnya berawal dari sini. Bbrp wkt kemudian, ada yg
nawarin u/ nanganin katering u/ pengungsi
93. Dibawalah IS ke pimpronya. Dan diputuskan IS yg ngelola katering u/ pengungsi.
94. "Sanggup Bapak ngelola?" Dijawab IS, "Sanggup. Asal dananya di depan." "Ya. Di
depan."
95. IS nanya, "Berapa pengungsi yg saya mesti siapkan?"
96. "16rb pengungsi..."
97. IS cerita di hadapan kami2, saat beliau jadi tamu kehormatan di launching pondok&MDN 14 Juni 2008, "Saya mau pingsan..."
98. "Ngedengeri 16rb pengungsi yg kudu disiapin makan, saya mau pingsan rasanya...".
Belom pernah saya bikin sebanyak itu.
99. Apalagi pimpro ini mengatakan, "3x makan. Pagi, siang, malam. 48rb bungkus..."
100. IS pingsan beneran, he he he. Cerita IS, ketika dia denger 48rb, dia mikir, di mana nyari karet gelangnya? Ha ha ha ha...
101. Ya iyalah. Nyari karet gelang 48rb bijiiii... Dan itu saban hari... Jreng jreng jreng... Sedekah IS&istrinya was working..
102. 2bl nanganin katering tsb, cash on hand, 1M rupiah. Subhaanallaah... Dia bisa bayar itu rumah 600jt.
103. Persis 2bl kurang lbhnya dari apa yg ia janjikan kpd si pemilik rumah. Allah Bercanda sama 2 hamba-Nya ini.
104. 100jtnya dipake buat ngegedein warungnya. Persis seperti apa yg ia katakan sama
istrinya 2bl yl.
105. Yg membedakan IS dg kita2, IS pas dpt 1000x lipat blg, "Sy minta kan 700x lipat. Jadi, yg 300x lipat bukan milik kami."
106. Sedekah awal Jan, brbuah April. April, IS&istrinya sdkh krng lbh 300jt. Merdeka tuh. Krn bnyk, jd macem2 sdkhnya.
107. Sdkh 300jt di april, brbuah kontrak senilai 38M u/ kontrak katering sepanjang 2008.
108. Krn itulah dia bangun pabrik senilai 11M. Subhaanallaah. Maksih TransTV...
Ini cerita nyata, silahkan di cek di TL nya ustadz @Yusuf_Mansur yang di tweets pada tanggal 2 November 2011 lalu..
Tidak ada yang saya tambahi dan kurangi, semoga bermanfaat buat kita semua. dan semoga cerita di atas dapat menambah keyakinan dan semangat kita untuk bersedekah..
Dengan tidak bermaksud untuk plagiat, hanya ingin berbagi sebagai inspirasi bagi kita untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama (baca:Sedekah)..
Semoga bermanfaat....
Dan silahkan koment disini, kalau sudah mengalami sendiri, saya bantu share ceritanya disini (Privasi terjaga), supaya bisa menginspirasi teman2 yang lain...
SalamSedekah^_^
Kemudahan <----- Kesulitan
Selalu ada PELANGI yang cantik setelah BADAI yang menghantam. Hanya saja kita belum tahu kapan terlihatnya, setelah badai yang keberapanya kita belum tahu. Sama juga, Selalu ada KABAR BAIK setelah masalah yang datang bertubi-tubi. Hanya saja kita belum tahu kabar baik itu akan sampai setelah masalah yang keberapa.
Jadi saran saya (untuk diri saya juga), tetaplah hadapi tuh masalah, sesulit apapun dia serumit apapun dia dimata kita.
Tidak ada masalah yang tercipta kecuali sudah disiapkan solusinya oleh Yang Maha Pemberi Solusi.
Nah tugas kita adalah mencari solusi itu dengan bijak dan sabar. Sekali lagi dengan BIJAK dan SABAR. Karena dengan begitu, setelah solusinya ketemu, akan menambah kematangan pribadi kita untuk 'Tantangan' hidup kita kedepannya.
Akan tetapi perlu di ingat juga, bahwa setiap perjalanan itu tidak pernah luput dari batu kerikil ataupun lubang kecil sekalipun, ia tidak selalu mulus. Jadi kita harus peka terhadap kerikil sekecil apapun, karena kalau tidak, kita bisa terjatuh.
Sama,
Dalam menemukan solusi untuk sebuah masalah, kadang ada masalah baru yang muncul. Hati-hati, jangan sampai masuk kelubang kecil itu, kita harus peka terhadapnya dan hadapi dengan bijak. Dan kita harus tetap fokus pada tujuan kita untuk mencari solusi masalah awal.
Yakinlah bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan, dan setelah kesulitan itu ada kemudahan.
Ingat, minimal ada dua solusi untuk satu masalah.
Ini janji-Nya loh, murni bukan kata saya.
Percaya,??
Ah pertanyaan ga jelas, itu sih terserah anda. Hahaha
#SemogaBermanfaat
.
Jadi saran saya (untuk diri saya juga), tetaplah hadapi tuh masalah, sesulit apapun dia serumit apapun dia dimata kita.
Tidak ada masalah yang tercipta kecuali sudah disiapkan solusinya oleh Yang Maha Pemberi Solusi.
Nah tugas kita adalah mencari solusi itu dengan bijak dan sabar. Sekali lagi dengan BIJAK dan SABAR. Karena dengan begitu, setelah solusinya ketemu, akan menambah kematangan pribadi kita untuk 'Tantangan' hidup kita kedepannya.
Akan tetapi perlu di ingat juga, bahwa setiap perjalanan itu tidak pernah luput dari batu kerikil ataupun lubang kecil sekalipun, ia tidak selalu mulus. Jadi kita harus peka terhadap kerikil sekecil apapun, karena kalau tidak, kita bisa terjatuh.
Sama,
Dalam menemukan solusi untuk sebuah masalah, kadang ada masalah baru yang muncul. Hati-hati, jangan sampai masuk kelubang kecil itu, kita harus peka terhadapnya dan hadapi dengan bijak. Dan kita harus tetap fokus pada tujuan kita untuk mencari solusi masalah awal.
Yakinlah bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan, dan setelah kesulitan itu ada kemudahan.
Ingat, minimal ada dua solusi untuk satu masalah.
Ini janji-Nya loh, murni bukan kata saya.
Percaya,??
Ah pertanyaan ga jelas, itu sih terserah anda. Hahaha
#SemogaBermanfaat
.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Diberdayakan oleh Blogger.
.
.
.