Iseng-iseng ga ada kerja'an saya mau share mobil impian saya nih.
Kata mentor saya dalam seminarnya, kita harus besarkan impian kita. kalau impian kita kecil hasilnya juga akan kecil ga bakalan besar. Nah lain halnya kalau impian kita besar, bisa saja hasilnya kecil tapi setidaknya peluang mendapat hasil besar juga itu tinggi. Setidaknya kita sudah punya patokan impian kita segitu maka usaha kita pun akan maksimal.
Nah, kali ini saya hanya akan share mobil impian saya saja yah. yang lain ada dalam #DreamBook saya. ^___^
Sebenarnya buaanyaaakkk banget yang di impikan, hanya saja untuk sementara waktu ini saya rangkum menjadi dua mobil berikut.
Mohon do'anya ya teman-teman agar mobil-mobil berikut jadi milik saya di tahun 2016 nanti. Amiinn..
Yang mendo'akan saya do'akan juga agar teman-teman juga bisa memilikinya..Amiinn..
^____^
Ini nih mobil pertama saya..
Jrenk jrenk...
Ni mobil, BMW 320i Executive (NoPol: A 4 ESI)
Dikarenakan BMW 320i ini rada rendah saya takut nyangkut kalo di bawa pulang ke kampung soalnya jalan menuju kampung saya rada rusak (*parahSih) jadi saya putus kan buat beli mobil tipe BigSuf.. Lagian juga BMW 320i kapasitas penumpangnya hanya 4 orang (+-) jadi ga cocok di bawa pulang buat mudik nanti keluarga atau tetangga mau ikutan ga muat.heheheh.. nah kalau BigSuf kan lumayan menampung 7-8 orang.
Saya ambil Pajero Sport Dakar Hi-Power 4x4 dari Mitsubishi.
Nih ta kasih gambarnya...
Tadaaaaaa...
Pajero Sport Dakar Hi-Power 4x4 (NoPol: B 4 ESI) ^__^
Ini mobil juga di tahun 2016 udah menghuni garasi rumah saya InsyaAllah. mohon do'anya yah...
Amiinn..
Mohon di aminkan juga ya, saya do'akan yang memabaca ini dan mengaminkan juga segera mempunyai ni mobil..
Oh iya, ini kan udah akhir tahun yah... saling ingatkan yuk..
Dari pada nanti kita pesta pora saat tahun baru mending kita bikin #Dream2012 di #DreamBook kita. Biar hidup lebih terarah. Udah pada tahu kan #DreamBook itu apa dan bagaimana cara membuatnya. Yang masih bingung gimana bikinnya, saya rekomendarikan untuk membuka Link nya disini.
Nanti disana ada panduan bikin #DreamBook.
Ayoooo.. Semangaaaaattt menyongsong hari esok yang lebih indah dan bahagia,,,
Eiitttsss belum lengkap, jika belum membahagiakan orang lain. karena kata mentor saya:
Mau bahagia? Bahagiakan orang lain.
Mau kaya? Kayakan orang lain.
Mau pintar? Pintarkan orang lain.
Bukan sebaliknya yaa..
Oh iya hampir lupa, saya menyarankan untuk banyak-banyak baca buku yah,, karena kata Allah "Bacalah" di ayat pertama yang Dia wahyukan.
Dan kata Charies "tremendeous" Jones juga "Hari ini Anda adalah orang yang sama dengan Anda lima tahun mendatang, kecuali dua hal: Orang-orang di sekeliling Anda dan Buku-buku yang Anda baca."
Nah tu dia, makanya kita kudu buaanyaakk-buaannyaaakk bacaaa..
Jangan buku pelajaran atau buku kuliahan aja yang di baca, kita juga perlu mengenal dunia luar kampus atau sekolah dengan banyak-banyak membaca buku.
Oke segitu aja dulu yaahh sobat.. ^___^
#BigHug All.
Good Luck!!
Home / Archive for 2011
Besarkan Impian
Terpedayakan Kamu
Dari kejauhan hanya bisa ku memandang mu.
Nampak hanya seperti bayangan di kegelapan malam.
Kau tak terjamah.
Tak ingin ganggu kau dengan dirinya.
Kau seolah memiliki bumi dan langit kala bersamanya.
Kau yang salah.
Kau buat aku meletak kan jantung hati ku di dalam jantung hati mu.
Kau siram dan kau rawat.
Betapa kejamnya kau.
Saat jantung ku tak berhenti berdegup kencang walau hanya mengingat mu.
Kau katakan jantung mu berdegup kencang kala memandangnya.
Kau sampaikan niat mu untuk satu atap sah dengan dirinya.
Kau ceritakan semua itu langsung di hadapan ku.
Kau sudah jelas tahu di hadapan mu adalah pemuja rahasia mu.
Betapa sadisnya cara mu.
Remuk jantung ku oleh ulah mu.
Di hadapan mu aku tersenyum walau hati ku perih.
Ku katakan aku telah mengikhlaskan perasaan ini walau sedikitpun aku tak rela.
Iya.
Betapa aku tak rela melihat kau dengannya.
Sungguh hati terluka..
Nampak hanya seperti bayangan di kegelapan malam.
Kau tak terjamah.
Tak ingin ganggu kau dengan dirinya.
Kau seolah memiliki bumi dan langit kala bersamanya.
Kau yang salah.
Kau buat aku meletak kan jantung hati ku di dalam jantung hati mu.
Kau siram dan kau rawat.
Betapa kejamnya kau.
Saat jantung ku tak berhenti berdegup kencang walau hanya mengingat mu.
Kau katakan jantung mu berdegup kencang kala memandangnya.
Kau sampaikan niat mu untuk satu atap sah dengan dirinya.
Kau ceritakan semua itu langsung di hadapan ku.
Kau sudah jelas tahu di hadapan mu adalah pemuja rahasia mu.
Betapa sadisnya cara mu.
Remuk jantung ku oleh ulah mu.
Di hadapan mu aku tersenyum walau hati ku perih.
Ku katakan aku telah mengikhlaskan perasaan ini walau sedikitpun aku tak rela.
Iya.
Betapa aku tak rela melihat kau dengannya.
Sungguh hati terluka..
Menggerakkan Mindset Entrepreneur
Ayo Ikutaaannn!!
Investasi buat kesuksesan kita, Melatih Mindset Seorang Pengusaha..
Jangan puas dengan gaji sekarang,, Ayo bisnis.. Kita akan mendapatkan POLA MILYUNER disini.. yang tidak akan pernah di dapatkan di bangku sekolah atau kuliah.
Spesial untuk 6 ORANG PENDAFTAR PERTAMA, CASH BACK 500 Ribu. menjadi :
Umum : 3.7 jt
Mahasiswa : 2.7 jt
HUbungi Cp berikut untuk mendapat CASH BACK 500rb :
CP : (081632259345)
atau melalui akun twitter : @yesiispani
LIHAT Disini untuk jadwal dan tempat Training.
http://www.ecampindonesia.com/jadwal/
MOHON DI INFOKAN yaaa... THX
Investasi buat kesuksesan kita, Melatih Mindset Seorang Pengusaha..
Jangan puas dengan gaji sekarang,, Ayo bisnis.. Kita akan mendapatkan POLA MILYUNER disini.. yang tidak akan pernah di dapatkan di bangku sekolah atau kuliah.
Spesial untuk 6 ORANG PENDAFTAR PERTAMA, CASH BACK 500 Ribu. menjadi :
Umum : 3.7 jt
Mahasiswa : 2.7 jt
HUbungi Cp berikut untuk mendapat CASH BACK 500rb :
CP : (081632259345)
atau melalui akun twitter : @yesiispani
LIHAT Disini untuk jadwal dan tempat Training.
http://www.ecampindonesia.com/jadwal/
MOHON DI INFOKAN yaaa... THX
Cinta Itu Fitrah
“Dila, aku sudah bosan dengan rasa ini! Sudah tiga tahun aku memendam rasa ini untuknya Dil, sungguh aku bosan.”
“Iya, aku mengerti apa yang sedang kamu rasakan. Tetapi kamu harus tetap bersabar dan positif thinking padanya dan pada-Nya.”
“Aku lelah Dilaaaaa…”
“Gladis, aku mengenal mu sebagai wanita yang kuat. Jangan hanya karena masalah ini kamu menjadi lemah dan pasrah. Justru sebaliknya, dengan ini kamu menjadi lebih kuat dan memetik hikmahnya supaya kedepannya lebih baik lagi.”
“Jujur, rasa ini begitu menyesakkan dada ku Dil. Adakah yang salah dengan rasa ini.?”
“Tidak ada yang salah dengan perasaan cinta mu itu. Itulah fitrahnya manusia untuk mencintai dan dicintai. Hanya saja ketika perasaan itu muncul tugas kita lah untuk menjaganya agar tetap sesuai fitrahnya, suci. Dan hendaknya cinta itu pula yang menambah kadar kecintaan kita pada Pemilik cinta itu sendiri.” Kata Dila meyakinkan.
“Kamu tahu Dil, dua tahun yang lalu, saat dia mengetahui aku menaruh hati padanya, sebenarnya dia telah memberiku lampu merah agar aku berhenti mengharapkannya, walaupun secara tidak langsung. Waktu itu dia mengatakan bahwa dia sudah berkomitment pada seorang teman SMA nya, dia berkomitment akan melamar wanita itu. Namun pada waktu bersamaan dia juga mengatakan dibingungkan dengan perasaannya sendiri. Ia sempat mengatakan suka pada ku walau ia tarik kembali kata-kata itu.”
“Aku tahu, aku salah karena sudah melampaui batas dalam menjalin pertemanan dengan lawan jenis. Awalnya aku hanya kirim-kirim sms biasa, namun saat ada sms darinya ada kebahagiaan tersendiri menyirami batin ku. Aku pun menyadari ada yang salah dengan hati ku kala itu.”
“Namun sejak dia mengatakan telah berkomitmen akan melamar teman SMA nya, aku berusaha untuk melupakannya dan mengubur perasaan cinta itu dalam-dalam. Tapi bukan hilangnya rasa itu yang ku dapat, malah semakin aku tidak bisa menghentikan pertumbuhan cinta itu dalam hati ku hingga saat ini. Dan ternyata benar, sekarang ia melamar wanita sesuai komitmennya dulu.”
“Dulu aku sempat dikenalkan dengan Lina, teman SMA nya, dan kami pun sempat berkomunikasi lewat email. Saat itu aku biasa saja walau sempat cemburu pada Lina, dan beralih untuk melupakannya saja.”
“Batin ku menjerit Dil, saat ku mendapat undangan pernikahannya dengan Lina. Padahal dulu aku sempat mengatakan untuk tidak mengundang ku jika kelak ia menikah dengan orang lain.”
“Sekarang aku baru menyadari, cukuplah Allah yang tahu siapa orang yang kita cintai. Kekhilafan ku dulu cukuplah menjadi pelajaran berharga yang tidak akan aku lupakan.”
“Aku salut pada mu Dis,!” Kata Dila tersenyum lembut menatap temannya yang sedang ‘patah hati’ itu.
“Ingat Dis, Cinta Itu Fitrah. Maka jagalah agar jangan menjadi Fitnah!”
Rasanya langit-langit kamarnya malam ini terasa berbeda dari biasanya, entahlah, tapi seperti ada sesuatu yang ganjil. Entah perasaannya yang salah, atau memang ada yang salah dengan langit-langit kamar ku ini. Kata-kata Dila pagi tadi rupanya masih terngiang-ngiang dalam benaknya. “Ingat Dis, Cinta Itu Fitrah. Maka jagalah agar jangan menjadi Fitnah!”. Belakangan ini Gladis sering terlihat melamun, ada sesuatu yang membuatnya selalu dihantui perasaan galau tak karuan.
Sejak dua minggu yang lalu, tepatnya saat laki-laki yang disukainya mengatakan ingin melamar seseorang yang dia kenal, dia menjadi di bingungkan dengan perasaannya sendiri. Menyesakkan dada. Perasaan yang dulu begitu lembut menyelimuti hatinya yang selalu ia jaga fitrahnya agar tidak menjadi fitnah berubah seolah menjadi penyebab hilangnya konsentrasinya dalam beraktifitas. Rasa yang dulunya mengalir dengan harmoni, rasa yang dulu seolah bisa membuat dia semakin dekat dengan Sang Pencipta karenanya, semua seakan hanya ada dalam mimpinya saja.
“Mungkin ini juga salah ku yang membiarkan rasa itu masuk begitu dalam di relung hati ku.” Lirihnya lembut memandangi wajahnya yang berbentuk oval berhias bulu mata lentik dan bibir tipisnya yang menawan dari pantulan kaca di sudut kamarnya.
“Dila benar, aku harus menjaga fitrah cinta ini agar tidak menjadi fitnah. Biarlah rasa ku tetap hanya diketahui oleh-Nya saja. Walaupun begitu menyesakkan dada menahannya, aku hanya bisa berdo’a agar pertemuan ku dengan jodoh ku telah di atur sedemikian rupa hinggga mendatangkan kebahagiaan tiada tara kelak.”
------------------------------
“Gladis, kamu yang sabar ya. Insyaallah, Dia sudah merencanakan pertemuan yang lebih baik antara kamu dengan pemilik tulang rusuk mu.” Senyum Dila mengembang simetris kanan dan kirinya.
Undangan merah marun yang tampak glamor tergeletak indah di atas meja kerja Gladis pagi itu. Tidak bisa ia bendung lagi airmatanya, saat dia baca dan melihat pasangan nama yang tertera disana. Laki-laki yang dia cintai dan wanita yang ia kenal. ‘perasaan apa ini? Harusnya aku bahagia.’ lirihnya dalam tangis kecil yang membasahi wajah babyface nya. Balutan kerudung biru muda yang menutup rapat auratnya yang biasanya di hiasi dengan semangat menggebu-gebu hilang seketika saat ia mengetahui orang yang sering mengusik pikirannya akan segera menikah dengan temannya sendiri.
“Gladis, kamu tidak apa-apa?” Tanya Dila yang melihat butiran bening jatuh dari mata sipitnya.
“Aku tidak tahu Dil, apakah aku baik atau tidak.” Desahnya, menghembuskan nafas panjang.
“Aku tidak mengerti dengan diri ku sendiri. Harusnya aku bahagia melihat teman ku akan menikah, namun bukan kebahagiaan yang kudapati, malah rasa sakitlah yang menyelimuti hati ku saat ini.” Lanjutnya sambil menghapus airmatanya yang sudah mengalir sedari tadi.
“Kamu yang sabar ya Dis, maaf aku tidak bisa membantu banyak, aku hanya bisa berdo’a semoga Allah mempersiapkan jodoh yang terbaik bagi mu” kata Dila memeluknya yang masih larut dalam airmata.
‘Iya, amiin. Walaupun sebenarnya aku tetap berharap Fathan lah jodoh yang di gariskan Allah untuk ku.’ lirihnya dalam hati.
Belum surut kesedihan yang mendera Gladis mendengar kabar pernikahan Fathan, hari itu pun tiba, hari dimana dia harus memenuhi undangan walimatul ursy Fathan dan Lina.
‘Andai memenuhi undangan tidak wajib hukumnya, maka sedikitpun aku tidak mau menyaksikan Fathan bersanding dengan orang lain. Ya Rabbi ampuni aku’ lirihnya pagi itu sebelum bergegas pergi ke rumah Fathan yang membutuhkan waktu empat puluh lima menit dari rumahnya. Sungguh terasa berat baginya untuk bersiap-siap memenuhi undangan itu namun ia tidak boleh jadi pengecut dengan melarikan diri dari ‘masalah’. Ia lihat baik-baik wajahnya di cermin dan bertekad kuat dia harus menghadapi kenyataan bahwa Fathan bukanlah jodohnya dan dia mesti mengucapkan selamat serta do’a untuk Fathan juga temannya Lina walaupun belum lama dia mengenal Lina.
“Non Gladis, itu mbak Dila sudah menunggu di ruang tamu” suara Bi Ati membuyarkan lamunannya.
“Oh iya Bi, sudah lama belum Bi Dila datangnya?”
“Sejak sepuluh menit yang lalu Non”
“Iya, terimakasih ya Bi”
Bi Ati hanya mengangguk dan tersenyum kemudian beranjak keluar dari kamar Gladis. Mata Gladis memerah terlihat seperti menahan tangisan yang kuat. Rasa itu semakin menyesakkan dadanya. Dia akan melihat orang yang dicintainya selama tiga tahun –walau hanya disimpan dalam hati- mengucapkan akad untuk menikahi orang lain.
“Kamu baik-baik saja Dis?” Tanya Dila.
“Iya Dil aku baik koq. Ayo kita berangkat.” Jawabnya santai menyembunyikan gemuruh dalam hatinya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Fathan ada sedikit keraguan yang menelusup dalam batinnya. ‘Haruskah aku hadir dalam pernikahan tersebut? Ya Allah tenangkanlah hati ini’ desahnya pelan. Saat sudah tiba begitu berat langkahnya untuk mengalun menapak, ia pandangai orang di sana sudah ramai, semua tampak bahagia penuh senyuman ikhlas penuh do’a. Dia melihat Fathan dan Lina dari kejauhan, mereka sangat serasi. Balutan kerudung hijau daun selaras dengan kebaya yang dikenakannya, membuat Lina kian cantik bak seorang putri. Begitu pun Fathan, dia tanpak lebih tampan dari biasanya. ‘mereka benar-benar serasi’ pikirnya dalam hati. Senyum bahagia yang tak pernah hilang barang sedetik pun dari wajah kedua mempelai membuat Gladis ragu untuk menemui mereka, ia takut akan mengganggu pikiran Fathan yang sedang gembira dengan kehadirannya karena Fathan tahu perasaannya pada Fathan. ‘Bismillah, aku harus kuat setidaknya sampai aku selesai mengucapkan selamat kepada Fathan dan Lina’ lirihnya sambil melangkahkan kaki menuju pelaminan.
“Selamat ya Lina atas pernikahan mu dengan Fathan,!” Ucapnya pada Lina sambil memaksakan senyum seikhlas mungkin untuk menutupi hujan lebat dalam hatinya. Setelah itu Gladis pun langsung membalikkan badan dan berlari keluar menahan air mata yang ingin segera mengalir dari sudut mata sipitnya.
------------------------
اللهُ Ø£َÙƒْبَرْ, اللهُ Ø£َÙƒْبَرْ
“…..Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ† لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهْ
“Astaghfirullah, sudah adzan subuh.”
“Ternyata hanya mimpi, tetapi kenapa seperti nyata sekali. Sangat menyesakkan dada ku.” Lirihnya dengan terus beristighfar.
“Kenapa aku bermimpi seperti itu. Astaghfirullah ya Allah.” Bisiknya dan mengusap mukanya dengan kedua tangannya. Ia kemudian beranjak dari tempat tidur dan mengambil air wudhu. Ia merasa ada sesuatu yang hilang pagi ini, bukan saja karena mimpinya yang membuat batinnya menjerit melainkan karena baru malam ini ia kelewatan sholat tahajjud. Ibadah unggulannya yang belim pernah ia tinggalkan kecuali saat datang bulan. Ada perasaan bersalah luar biasa menghantuinya pagi ini, karana hanya karena mimpi itu dia kebablasan hingga adzan subuh baru terjaga.
Di awali sholat rowatib dua rakaat kemudian dilanjutkan dengan sholat subuh dua rakaat ia bersimpuh mengadu pada Illahi Rabbi. Dalam khusyu’ penuh rasa bersalah ia memohon ampun pada Yang Maha Pengampun. Dalam sujud yang panjang ia mengadu pada Pemilik cinta atas rasa di hatinya dan mimpinya yang telah membuat ia kehilangan satu ibadah unggulannya hari ini.
‘Ya Ghafar, ampuni hamba yang telah lalai menjalankan komitmen hamba pada Mu untuk menjadikan tahajjud sebagai ibadah unggulan yang tidak akan pernah hamba lewatkan. Tapi malam ini malah hamba kelewatan hanya karena sebuah mimpi yang tidak berarti seperti itu, ampuni hamba Ya Allah.’
‘Ya Allah, tenangkanlah hati hamba, jauhkanlah kegalauan yang selalu mendera batin hamba.’
‘Ya Waduud, siramilah jiwa hamba dengan kesejukan cinta suci kepada Mu’
‘Ya Muqiit, Peliharah cinta hamba padanya agar dapat menambah kecintaan hamba pada Mu’
‘Ya Allah, kalau memang dia adalah jodoh yang telah Engkau gariskan bagi hamba maka tolong tenangkanlah hati ini atas cinta hamba padanya. Dan jika Engkau telah mempersiapkan yang lebih baik bagi hamba, tolong gantikan cinta hamba padanya dengan rasa sayang seperti halnya rasa sayang hamba pada umat Mu yang lainnya’
‘Ya Mujiib, perkenankanlah do’a hamba. Amin ya robbal alamin.’
Tetesan bening selembut embun pun mengalir membasahi sajadah hijau muda sebagai saksi sujudnya pada Sang Khaliq.
.
.
“Iya, aku mengerti apa yang sedang kamu rasakan. Tetapi kamu harus tetap bersabar dan positif thinking padanya dan pada-Nya.”
“Aku lelah Dilaaaaa…”
“Gladis, aku mengenal mu sebagai wanita yang kuat. Jangan hanya karena masalah ini kamu menjadi lemah dan pasrah. Justru sebaliknya, dengan ini kamu menjadi lebih kuat dan memetik hikmahnya supaya kedepannya lebih baik lagi.”
“Jujur, rasa ini begitu menyesakkan dada ku Dil. Adakah yang salah dengan rasa ini.?”
“Tidak ada yang salah dengan perasaan cinta mu itu. Itulah fitrahnya manusia untuk mencintai dan dicintai. Hanya saja ketika perasaan itu muncul tugas kita lah untuk menjaganya agar tetap sesuai fitrahnya, suci. Dan hendaknya cinta itu pula yang menambah kadar kecintaan kita pada Pemilik cinta itu sendiri.” Kata Dila meyakinkan.
“Kamu tahu Dil, dua tahun yang lalu, saat dia mengetahui aku menaruh hati padanya, sebenarnya dia telah memberiku lampu merah agar aku berhenti mengharapkannya, walaupun secara tidak langsung. Waktu itu dia mengatakan bahwa dia sudah berkomitment pada seorang teman SMA nya, dia berkomitment akan melamar wanita itu. Namun pada waktu bersamaan dia juga mengatakan dibingungkan dengan perasaannya sendiri. Ia sempat mengatakan suka pada ku walau ia tarik kembali kata-kata itu.”
“Aku tahu, aku salah karena sudah melampaui batas dalam menjalin pertemanan dengan lawan jenis. Awalnya aku hanya kirim-kirim sms biasa, namun saat ada sms darinya ada kebahagiaan tersendiri menyirami batin ku. Aku pun menyadari ada yang salah dengan hati ku kala itu.”
“Namun sejak dia mengatakan telah berkomitmen akan melamar teman SMA nya, aku berusaha untuk melupakannya dan mengubur perasaan cinta itu dalam-dalam. Tapi bukan hilangnya rasa itu yang ku dapat, malah semakin aku tidak bisa menghentikan pertumbuhan cinta itu dalam hati ku hingga saat ini. Dan ternyata benar, sekarang ia melamar wanita sesuai komitmennya dulu.”
“Dulu aku sempat dikenalkan dengan Lina, teman SMA nya, dan kami pun sempat berkomunikasi lewat email. Saat itu aku biasa saja walau sempat cemburu pada Lina, dan beralih untuk melupakannya saja.”
“Batin ku menjerit Dil, saat ku mendapat undangan pernikahannya dengan Lina. Padahal dulu aku sempat mengatakan untuk tidak mengundang ku jika kelak ia menikah dengan orang lain.”
“Sekarang aku baru menyadari, cukuplah Allah yang tahu siapa orang yang kita cintai. Kekhilafan ku dulu cukuplah menjadi pelajaran berharga yang tidak akan aku lupakan.”
“Aku salut pada mu Dis,!” Kata Dila tersenyum lembut menatap temannya yang sedang ‘patah hati’ itu.
“Ingat Dis, Cinta Itu Fitrah. Maka jagalah agar jangan menjadi Fitnah!”
Rasanya langit-langit kamarnya malam ini terasa berbeda dari biasanya, entahlah, tapi seperti ada sesuatu yang ganjil. Entah perasaannya yang salah, atau memang ada yang salah dengan langit-langit kamar ku ini. Kata-kata Dila pagi tadi rupanya masih terngiang-ngiang dalam benaknya. “Ingat Dis, Cinta Itu Fitrah. Maka jagalah agar jangan menjadi Fitnah!”. Belakangan ini Gladis sering terlihat melamun, ada sesuatu yang membuatnya selalu dihantui perasaan galau tak karuan.
Sejak dua minggu yang lalu, tepatnya saat laki-laki yang disukainya mengatakan ingin melamar seseorang yang dia kenal, dia menjadi di bingungkan dengan perasaannya sendiri. Menyesakkan dada. Perasaan yang dulu begitu lembut menyelimuti hatinya yang selalu ia jaga fitrahnya agar tidak menjadi fitnah berubah seolah menjadi penyebab hilangnya konsentrasinya dalam beraktifitas. Rasa yang dulunya mengalir dengan harmoni, rasa yang dulu seolah bisa membuat dia semakin dekat dengan Sang Pencipta karenanya, semua seakan hanya ada dalam mimpinya saja.
“Mungkin ini juga salah ku yang membiarkan rasa itu masuk begitu dalam di relung hati ku.” Lirihnya lembut memandangi wajahnya yang berbentuk oval berhias bulu mata lentik dan bibir tipisnya yang menawan dari pantulan kaca di sudut kamarnya.
“Dila benar, aku harus menjaga fitrah cinta ini agar tidak menjadi fitnah. Biarlah rasa ku tetap hanya diketahui oleh-Nya saja. Walaupun begitu menyesakkan dada menahannya, aku hanya bisa berdo’a agar pertemuan ku dengan jodoh ku telah di atur sedemikian rupa hinggga mendatangkan kebahagiaan tiada tara kelak.”
------------------------------
“Gladis, kamu yang sabar ya. Insyaallah, Dia sudah merencanakan pertemuan yang lebih baik antara kamu dengan pemilik tulang rusuk mu.” Senyum Dila mengembang simetris kanan dan kirinya.
Undangan merah marun yang tampak glamor tergeletak indah di atas meja kerja Gladis pagi itu. Tidak bisa ia bendung lagi airmatanya, saat dia baca dan melihat pasangan nama yang tertera disana. Laki-laki yang dia cintai dan wanita yang ia kenal. ‘perasaan apa ini? Harusnya aku bahagia.’ lirihnya dalam tangis kecil yang membasahi wajah babyface nya. Balutan kerudung biru muda yang menutup rapat auratnya yang biasanya di hiasi dengan semangat menggebu-gebu hilang seketika saat ia mengetahui orang yang sering mengusik pikirannya akan segera menikah dengan temannya sendiri.
“Gladis, kamu tidak apa-apa?” Tanya Dila yang melihat butiran bening jatuh dari mata sipitnya.
“Aku tidak tahu Dil, apakah aku baik atau tidak.” Desahnya, menghembuskan nafas panjang.
“Aku tidak mengerti dengan diri ku sendiri. Harusnya aku bahagia melihat teman ku akan menikah, namun bukan kebahagiaan yang kudapati, malah rasa sakitlah yang menyelimuti hati ku saat ini.” Lanjutnya sambil menghapus airmatanya yang sudah mengalir sedari tadi.
“Kamu yang sabar ya Dis, maaf aku tidak bisa membantu banyak, aku hanya bisa berdo’a semoga Allah mempersiapkan jodoh yang terbaik bagi mu” kata Dila memeluknya yang masih larut dalam airmata.
‘Iya, amiin. Walaupun sebenarnya aku tetap berharap Fathan lah jodoh yang di gariskan Allah untuk ku.’ lirihnya dalam hati.
Belum surut kesedihan yang mendera Gladis mendengar kabar pernikahan Fathan, hari itu pun tiba, hari dimana dia harus memenuhi undangan walimatul ursy Fathan dan Lina.
‘Andai memenuhi undangan tidak wajib hukumnya, maka sedikitpun aku tidak mau menyaksikan Fathan bersanding dengan orang lain. Ya Rabbi ampuni aku’ lirihnya pagi itu sebelum bergegas pergi ke rumah Fathan yang membutuhkan waktu empat puluh lima menit dari rumahnya. Sungguh terasa berat baginya untuk bersiap-siap memenuhi undangan itu namun ia tidak boleh jadi pengecut dengan melarikan diri dari ‘masalah’. Ia lihat baik-baik wajahnya di cermin dan bertekad kuat dia harus menghadapi kenyataan bahwa Fathan bukanlah jodohnya dan dia mesti mengucapkan selamat serta do’a untuk Fathan juga temannya Lina walaupun belum lama dia mengenal Lina.
“Non Gladis, itu mbak Dila sudah menunggu di ruang tamu” suara Bi Ati membuyarkan lamunannya.
“Oh iya Bi, sudah lama belum Bi Dila datangnya?”
“Sejak sepuluh menit yang lalu Non”
“Iya, terimakasih ya Bi”
Bi Ati hanya mengangguk dan tersenyum kemudian beranjak keluar dari kamar Gladis. Mata Gladis memerah terlihat seperti menahan tangisan yang kuat. Rasa itu semakin menyesakkan dadanya. Dia akan melihat orang yang dicintainya selama tiga tahun –walau hanya disimpan dalam hati- mengucapkan akad untuk menikahi orang lain.
“Kamu baik-baik saja Dis?” Tanya Dila.
“Iya Dil aku baik koq. Ayo kita berangkat.” Jawabnya santai menyembunyikan gemuruh dalam hatinya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Fathan ada sedikit keraguan yang menelusup dalam batinnya. ‘Haruskah aku hadir dalam pernikahan tersebut? Ya Allah tenangkanlah hati ini’ desahnya pelan. Saat sudah tiba begitu berat langkahnya untuk mengalun menapak, ia pandangai orang di sana sudah ramai, semua tampak bahagia penuh senyuman ikhlas penuh do’a. Dia melihat Fathan dan Lina dari kejauhan, mereka sangat serasi. Balutan kerudung hijau daun selaras dengan kebaya yang dikenakannya, membuat Lina kian cantik bak seorang putri. Begitu pun Fathan, dia tanpak lebih tampan dari biasanya. ‘mereka benar-benar serasi’ pikirnya dalam hati. Senyum bahagia yang tak pernah hilang barang sedetik pun dari wajah kedua mempelai membuat Gladis ragu untuk menemui mereka, ia takut akan mengganggu pikiran Fathan yang sedang gembira dengan kehadirannya karena Fathan tahu perasaannya pada Fathan. ‘Bismillah, aku harus kuat setidaknya sampai aku selesai mengucapkan selamat kepada Fathan dan Lina’ lirihnya sambil melangkahkan kaki menuju pelaminan.
“Selamat ya Lina atas pernikahan mu dengan Fathan,!” Ucapnya pada Lina sambil memaksakan senyum seikhlas mungkin untuk menutupi hujan lebat dalam hatinya. Setelah itu Gladis pun langsung membalikkan badan dan berlari keluar menahan air mata yang ingin segera mengalir dari sudut mata sipitnya.
------------------------
اللهُ Ø£َÙƒْبَرْ, اللهُ Ø£َÙƒْبَرْ
“…..Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ† لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهْ
“Astaghfirullah, sudah adzan subuh.”
“Ternyata hanya mimpi, tetapi kenapa seperti nyata sekali. Sangat menyesakkan dada ku.” Lirihnya dengan terus beristighfar.
“Kenapa aku bermimpi seperti itu. Astaghfirullah ya Allah.” Bisiknya dan mengusap mukanya dengan kedua tangannya. Ia kemudian beranjak dari tempat tidur dan mengambil air wudhu. Ia merasa ada sesuatu yang hilang pagi ini, bukan saja karena mimpinya yang membuat batinnya menjerit melainkan karena baru malam ini ia kelewatan sholat tahajjud. Ibadah unggulannya yang belim pernah ia tinggalkan kecuali saat datang bulan. Ada perasaan bersalah luar biasa menghantuinya pagi ini, karana hanya karena mimpi itu dia kebablasan hingga adzan subuh baru terjaga.
Di awali sholat rowatib dua rakaat kemudian dilanjutkan dengan sholat subuh dua rakaat ia bersimpuh mengadu pada Illahi Rabbi. Dalam khusyu’ penuh rasa bersalah ia memohon ampun pada Yang Maha Pengampun. Dalam sujud yang panjang ia mengadu pada Pemilik cinta atas rasa di hatinya dan mimpinya yang telah membuat ia kehilangan satu ibadah unggulannya hari ini.
‘Ya Ghafar, ampuni hamba yang telah lalai menjalankan komitmen hamba pada Mu untuk menjadikan tahajjud sebagai ibadah unggulan yang tidak akan pernah hamba lewatkan. Tapi malam ini malah hamba kelewatan hanya karena sebuah mimpi yang tidak berarti seperti itu, ampuni hamba Ya Allah.’
‘Ya Allah, tenangkanlah hati hamba, jauhkanlah kegalauan yang selalu mendera batin hamba.’
‘Ya Waduud, siramilah jiwa hamba dengan kesejukan cinta suci kepada Mu’
‘Ya Muqiit, Peliharah cinta hamba padanya agar dapat menambah kecintaan hamba pada Mu’
‘Ya Allah, kalau memang dia adalah jodoh yang telah Engkau gariskan bagi hamba maka tolong tenangkanlah hati ini atas cinta hamba padanya. Dan jika Engkau telah mempersiapkan yang lebih baik bagi hamba, tolong gantikan cinta hamba padanya dengan rasa sayang seperti halnya rasa sayang hamba pada umat Mu yang lainnya’
‘Ya Mujiib, perkenankanlah do’a hamba. Amin ya robbal alamin.’
Tetesan bening selembut embun pun mengalir membasahi sajadah hijau muda sebagai saksi sujudnya pada Sang Khaliq.
.
.
Aku Gembira Melihatmu Bahagia
Aku tak mengerti jalan pikiran mu
Tak tahu kah kau batin ku menjerit
Kau ceritakan orang yang kau suka dan kemudian kau kenalkan dia pada ku
Entah apa maksud mu berbuat begitu
Yang pasti terasa sesak hati ini ketika ku tahu dialah orang yang mampu menentramkan hati mu
Miris, aku tidak bisa mengukir senyum di wajah mu
Seperti dia yang selalu membuat mu tersenyum indah saat berkata tentangnya
Ah, aku iri padanya
Yang bisa membuat mu bahagia
Ternyata tembok yang memagari ku belum cukup kuat menahan hantaman cinta mu
Harus bagaimanakah aku bersikap
Untuk mengahapus mu dalam sejarah hidup ku.
Sepertinya ini pertanda dari-Nya
Aku harus menata ulang hati ini
Melupakan cerita indah bersamamu
Salah ku yang dulu membuka lebar gerbang hati ku untuk cinta mu
Sampai ia masuk begitu dalam di lubuk hati ku
Hingga terasa begitu sulit tuk mengusirnya pergi
Ingin marah
Tapi pada siapa
Pada mu kah
Pada ku kah
Padanya kah
Atau pada Nya ?
Heh, bodohnya aku
Harusnya aku bersyukur pada-Nya
Yang telah memberikan titik terang life sign cinta ku
Hingga aku bisa selangkah bahkan ribuan langkah lebih cepat tuk melupakan mu
Namun entah kenapa begitu sulit itu kulakukan
Setengah yang kuhapus
Malah bertambah duakali lipat ia melanda
Hingga tambah besar rasa itu untuk mu
Atau ku biarkan saja cinta mu bersemayam dalam hati ku
Ah, yang benar saja
Aku malu pada-Nya
Karena telah membagi cinta untuk-Nya kepadamu
Sepertinya aku sudah jelas-jelas menghapus mu dalam memory ku
Namun ternyata aku salah
File cinta mu masih ada dalam recycle hati ku
Belum terhapus seutuhnya
Hingga tak dapat ku tahan hati ini untuk me'restore' kembali file itu
Bosan aku dengan ketidakjelasan ini
Kau memberi ku rambu merah
Sebagai petanda aku harus berhenti mencintai mu
Namun aku belum yakin Dia juga memberi ku rambu merah
Hingga aku masih tetap ingin menahan rasa itu dalam hati ku
Aku pun tak bisa begitu saja lepas dari jerat bayang mu
Langkah ku seolah selalu ada kamu yang mengiringi
Kau ada tapi tidak nyata
Apa yang harus ku lakukan untuk membuat mu nyata ada untuk ku
Bagaimana caranya aku meyakinkan bahwa tulang rusuk ku berasal dari rusuk mu
Ku coba bertanya pada-Nya
Tapi tetap tak jelas adanya
Ku curah kan isi hati ku pada-Nya
Itu pun masih membuat ku gundah tak bertepi
Ada apa sebenarnya dengan diri ku
Aku tahu ini jelas salah adanya
Jujur aku lelah menanti mu
Lelah sekali
Ku paksakan melepas mu
Ku paksakan tuk ikhlas saja
Namun bukan ikhlas ataupun lepas dari jerat cinta mu yang ku dapati
Malah bertambah lekat kau menjerat hati ku
Ah, yang benar saja
Kenapa aku selalu mengharapkan mu
Sungguh tidak ada keistimewaan yang ku temukan dalam diri mu
Benar-benar tidak ada sedikit pun
Yang ada hanyalah hati ku bergetar hebat kala melihatmu
Dan yang pasti aku gembira melihatmu bahagia
Walaupun ternyata takdir mu adalah untuk bersamanya
.
Tak tahu kah kau batin ku menjerit
Kau ceritakan orang yang kau suka dan kemudian kau kenalkan dia pada ku
Entah apa maksud mu berbuat begitu
Yang pasti terasa sesak hati ini ketika ku tahu dialah orang yang mampu menentramkan hati mu
Miris, aku tidak bisa mengukir senyum di wajah mu
Seperti dia yang selalu membuat mu tersenyum indah saat berkata tentangnya
Ah, aku iri padanya
Yang bisa membuat mu bahagia
Ternyata tembok yang memagari ku belum cukup kuat menahan hantaman cinta mu
Harus bagaimanakah aku bersikap
Untuk mengahapus mu dalam sejarah hidup ku.
Sepertinya ini pertanda dari-Nya
Aku harus menata ulang hati ini
Melupakan cerita indah bersamamu
Salah ku yang dulu membuka lebar gerbang hati ku untuk cinta mu
Sampai ia masuk begitu dalam di lubuk hati ku
Hingga terasa begitu sulit tuk mengusirnya pergi
Ingin marah
Tapi pada siapa
Pada mu kah
Pada ku kah
Padanya kah
Atau pada Nya ?
Heh, bodohnya aku
Harusnya aku bersyukur pada-Nya
Yang telah memberikan titik terang life sign cinta ku
Hingga aku bisa selangkah bahkan ribuan langkah lebih cepat tuk melupakan mu
Namun entah kenapa begitu sulit itu kulakukan
Setengah yang kuhapus
Malah bertambah duakali lipat ia melanda
Hingga tambah besar rasa itu untuk mu
Atau ku biarkan saja cinta mu bersemayam dalam hati ku
Ah, yang benar saja
Aku malu pada-Nya
Karena telah membagi cinta untuk-Nya kepadamu
Sepertinya aku sudah jelas-jelas menghapus mu dalam memory ku
Namun ternyata aku salah
File cinta mu masih ada dalam recycle hati ku
Belum terhapus seutuhnya
Hingga tak dapat ku tahan hati ini untuk me'restore' kembali file itu
Bosan aku dengan ketidakjelasan ini
Kau memberi ku rambu merah
Sebagai petanda aku harus berhenti mencintai mu
Namun aku belum yakin Dia juga memberi ku rambu merah
Hingga aku masih tetap ingin menahan rasa itu dalam hati ku
Aku pun tak bisa begitu saja lepas dari jerat bayang mu
Langkah ku seolah selalu ada kamu yang mengiringi
Kau ada tapi tidak nyata
Apa yang harus ku lakukan untuk membuat mu nyata ada untuk ku
Bagaimana caranya aku meyakinkan bahwa tulang rusuk ku berasal dari rusuk mu
Ku coba bertanya pada-Nya
Tapi tetap tak jelas adanya
Ku curah kan isi hati ku pada-Nya
Itu pun masih membuat ku gundah tak bertepi
Ada apa sebenarnya dengan diri ku
Aku tahu ini jelas salah adanya
Jujur aku lelah menanti mu
Lelah sekali
Ku paksakan melepas mu
Ku paksakan tuk ikhlas saja
Namun bukan ikhlas ataupun lepas dari jerat cinta mu yang ku dapati
Malah bertambah lekat kau menjerat hati ku
Ah, yang benar saja
Kenapa aku selalu mengharapkan mu
Sungguh tidak ada keistimewaan yang ku temukan dalam diri mu
Benar-benar tidak ada sedikit pun
Yang ada hanyalah hati ku bergetar hebat kala melihatmu
Dan yang pasti aku gembira melihatmu bahagia
Walaupun ternyata takdir mu adalah untuk bersamanya
.
kenapa Kau memilih aku
Sangat tidak adil rasanya jika aku bersedih hanya kerena masalah sepele saja, sedang banyak sekali orang yang nasibnya jauh kurang beruntung seperti ku namun mereka begitu semangat dan giat dalam menjalani hidup mereka. Betapa naif nya aku jika selalu mengeluh atas hidup yang ku jalani, sedang begitu banyak orang di luar sana berjuang keras memperjuangkan hidup yang layak.
“Kenapa Kau memilih aku?” Terlintas pertanyaan itu dalam benakku saat melihat pemulung yang sedang mengais-ngais tumpukan sampah di bawah jembatan di pinggir tol belakang kost ku. Kenapa Allah memilih aku untuk mendapatkan hidup yang layak. Kenapa bukan pemulung itu. Maha suci allah, pasti ada pesan tersirat yang ingin disampaikan-nya pada ku. Aku malu jika melihat mereka yang berjuang keras untuk menyambung hidup, sedangkan aku yang hanya menunggu kiriman orang tua saja tanpa melakukan kerja yang berarti, malah begitu sering mengeluh kurang ini dan kurang itu. Dan tak jarang aku ‘meminta’ uang tambahan kepada orangtua tanpa rasa kasihan kepada mereka yang entah bagaimana cara mereka mendapatkan uang untuk membahagiakan anaknya ini. “ah, rasanya malu sekali pada pemulung itu”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Kembali pertanyaan itu merasuki pikiran ku saat melihat bapak-bapak tua penjual bubur ayam keliling menggukan gerobak , yang sepertinya sudah selayaknya beliau ‘pensiun’ bekerja, yang melintasi jembatan sepi kendaraan pagi itu karena memang jembatan itu bukan jalan lintas utama. Dengan gagah beliau mendorong gerobak dengan setengah keberatan karena menuruni tanjakan dari jembatan, beliau harus mengerahkan seluruh tenaga supaya gerobak itu bisa berjalan pelan. Matanya jelih memandang ke semua orang yang ada di sekelilingnya dengan harapan ada orang yang akan berteriak “pak, bubur ayamnya!”. Namun semua orang sibuk dengan urusan masing-masing mengabaikan bapak tukang bubur itu. Terenyuh sudah aku memandanginya yang sudah rentah tapi masih tetap bersemangat mencari rezeki yang ditaburkan oleh Allah di muka bumi ini tanpa kenal lelah dan tanpa keluh kesah. Sedang aku hanya berleha-leha saja, kampus kost – kampus kost, hang out sama teman-teman, pergi ke karaoke, dan kadang hari libur hanya dimanfaatkan untuk tidur-tiduran saja. “ah, rasanya tak pantas aku di sebut pemuda”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Lagi-lagi pertanyaan itu menghantui pikiran ku. Saat melihat acara di salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan kisah-kisah inspiratif yang begitu menggugah jiwa. Kala itu di ceritakan ada seorang bapak tua di pelosok desa yang hanya tamatan sekolah dasar bertekad membangun sebuah madrasah ibtida’iyah dan madrasah tsanawiyah dengan mengikhlaskan lahan yang dia miliki untuk dibangun gedung di atasnya. Saat itu baru dua gedung berdiri (yang satunya sudah ‘reot’) dan menampung tak lebih dari lima puluh murid serta hanya memiliki empat orang pengajar saja. Namun tekadnya untuk memberikan pendidikan dan menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak di desa itu sudah tertanam kuat dalam batinnya. Ketaatannya pada Sang Pencipta mengalahkan rasa ‘minder’nya yang hanya tamatan SD, sehingga dia abdikan hidupnya untuk Allah dan masyarakat. Semakin ciut saja diri ini di hadapan Ilahi Rabbi, yang jangankan mendirikan sarana pendidikan, mengerjakan amalan-amalan harian saja belum sempurna. Sholat suka telat, bahkan kadang lewat. Al-qur’an hanya dijadikan sebagai pajangan saja dalam rak buku. Padahal Dia sudah mengaruniai ku akal pikiran dan tenaga yang masih jauh lebih kuat dari bapak tua itu. Malah ku manfaatkan untuk bermain-main saja di bumi Allah yang ku tumpangi ini. “Ah, apa yang bisa ku banggakan dihadapan Allah kelak?”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Masih di acara televisi, saat itu di ceritakan ada seorang mantan pegawai pln yang memiliki jabatan cukup penting di sana, namun dia memilih resign dari pekerjaannya hanya untuk mengasuh yayasan psikopat ( yayasan untuk orang gila). Dia menampung semua orang gila di jalanan untuk kemudian mengasuh mereka, mulai dari memandikan, memberi makan, hingga mengajarkan banyak hal pada mereka sampai mereka sembuh. Semakin kecil lagi diri ini, melihat ke-empaty-an orang itu. Jangankan mengayomi orang gila itu, kadang kalau tiba-tiba bertemu di jalanan malah menghindar tidak mau berpapasan. Ya Rabbi, padahal mereka juga manusia yang punya hak untuk di dekati. “Ah, sombong sekali rasanya diri ini”.
Begitu banyak hal yang membuat ku malu dihadapan-Mu. Kadang hanya karena putus sama pacar atau sekedar berantem sama pacar saja, air mata ini mengalir begitu derasnya, hingga mata pun bengkak karenanya. Sedang untuk dosa dan khilaf yang sudah menggunung sulit sekali ku teteskan air mata dihadapan-Mu. Terkadang mengabaikan seruan adzan di dekat masjid begitu mudah ku lakukan padahal jelas-jelas Kau memanggil ku untuk menghadap-Mu. Sedang ketika ada telpon dari pacar saja begitu cepat aku menjawabnya tanpa tudan sedetik pun. Padahal dia bukanlah siapa-siapa bagi ku, malah haram dia bagi ku.
Ya Rabbi, naif sekali diri ini. Hanya karena cinta tak berbalas saja sudah terasa sangat menyesakkan dada hingga tidur pun terganggu karenanya. Padahal jelas-jelas ada cinta hakiki yang bisa ku dapatkan tanpa takut akan mendapatakan ‘sakit’ yaitu cinta kepada Mu. Betapa sering aku mengabaikan uluran cinta Mu, dan berpaling pada cinta untuk umat Mu.
Ya Allah, begitu banyak perihal yang ingin Kau ajarkan pada ku di sekeliling ku, namun sering kali pula aku mengabaikan saja semua itu. Ku abaikan kerja keras ibu dan ayah yang berkeringat darah mencari nafkah ku dengan tanpa merasa bersalah ku selalu meminta pada mereka. Ku belanjakan uang dari mereka sesuka ku saja. Padahal sudah sebaiknya aku meringankan beban mereka.
Ya Rabbul Izzati, kenapa Kau memilih aku. Kenapa Kau memilih aku untuk memiliki hidup yang lebih baik dari para pemulung dan penjual bubur ayam itu. Kenapa bukan mereka yang Kau pilih. Kenapa Kau memilih aku untuk mendapat pendidikan yang lebih baik di banding bapak tua itu. Kenapa Kau memilih aku Ya Allah?
Sungguh Allah telah memberikan yang terbaik untuk kita, maka syukurilah itu semua sebelum Dia ambil kembali nikmat-nikmat itu. Manfaatkan waktu produktif, cintalah mahluk-Nya sekadarnya saja jangan sampai mengalahkan cinta kita pada-Nya sehingga menjauhkan kita dari-Nya. Dan akhirnya, mari kita renungkan kembali kenapa kita yang di pilih-Nya untuk memiliki hidup seperti sekarang ini. Semua pasti ada pesan tersirat dari-Nya.
#NasihatDiri
#SemogaBermanfaat
.
“Kenapa Kau memilih aku?” Terlintas pertanyaan itu dalam benakku saat melihat pemulung yang sedang mengais-ngais tumpukan sampah di bawah jembatan di pinggir tol belakang kost ku. Kenapa Allah memilih aku untuk mendapatkan hidup yang layak. Kenapa bukan pemulung itu. Maha suci allah, pasti ada pesan tersirat yang ingin disampaikan-nya pada ku. Aku malu jika melihat mereka yang berjuang keras untuk menyambung hidup, sedangkan aku yang hanya menunggu kiriman orang tua saja tanpa melakukan kerja yang berarti, malah begitu sering mengeluh kurang ini dan kurang itu. Dan tak jarang aku ‘meminta’ uang tambahan kepada orangtua tanpa rasa kasihan kepada mereka yang entah bagaimana cara mereka mendapatkan uang untuk membahagiakan anaknya ini. “ah, rasanya malu sekali pada pemulung itu”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Kembali pertanyaan itu merasuki pikiran ku saat melihat bapak-bapak tua penjual bubur ayam keliling menggukan gerobak , yang sepertinya sudah selayaknya beliau ‘pensiun’ bekerja, yang melintasi jembatan sepi kendaraan pagi itu karena memang jembatan itu bukan jalan lintas utama. Dengan gagah beliau mendorong gerobak dengan setengah keberatan karena menuruni tanjakan dari jembatan, beliau harus mengerahkan seluruh tenaga supaya gerobak itu bisa berjalan pelan. Matanya jelih memandang ke semua orang yang ada di sekelilingnya dengan harapan ada orang yang akan berteriak “pak, bubur ayamnya!”. Namun semua orang sibuk dengan urusan masing-masing mengabaikan bapak tukang bubur itu. Terenyuh sudah aku memandanginya yang sudah rentah tapi masih tetap bersemangat mencari rezeki yang ditaburkan oleh Allah di muka bumi ini tanpa kenal lelah dan tanpa keluh kesah. Sedang aku hanya berleha-leha saja, kampus kost – kampus kost, hang out sama teman-teman, pergi ke karaoke, dan kadang hari libur hanya dimanfaatkan untuk tidur-tiduran saja. “ah, rasanya tak pantas aku di sebut pemuda”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Lagi-lagi pertanyaan itu menghantui pikiran ku. Saat melihat acara di salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan kisah-kisah inspiratif yang begitu menggugah jiwa. Kala itu di ceritakan ada seorang bapak tua di pelosok desa yang hanya tamatan sekolah dasar bertekad membangun sebuah madrasah ibtida’iyah dan madrasah tsanawiyah dengan mengikhlaskan lahan yang dia miliki untuk dibangun gedung di atasnya. Saat itu baru dua gedung berdiri (yang satunya sudah ‘reot’) dan menampung tak lebih dari lima puluh murid serta hanya memiliki empat orang pengajar saja. Namun tekadnya untuk memberikan pendidikan dan menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak di desa itu sudah tertanam kuat dalam batinnya. Ketaatannya pada Sang Pencipta mengalahkan rasa ‘minder’nya yang hanya tamatan SD, sehingga dia abdikan hidupnya untuk Allah dan masyarakat. Semakin ciut saja diri ini di hadapan Ilahi Rabbi, yang jangankan mendirikan sarana pendidikan, mengerjakan amalan-amalan harian saja belum sempurna. Sholat suka telat, bahkan kadang lewat. Al-qur’an hanya dijadikan sebagai pajangan saja dalam rak buku. Padahal Dia sudah mengaruniai ku akal pikiran dan tenaga yang masih jauh lebih kuat dari bapak tua itu. Malah ku manfaatkan untuk bermain-main saja di bumi Allah yang ku tumpangi ini. “Ah, apa yang bisa ku banggakan dihadapan Allah kelak?”.
“Kenapa Kau memilih aku?” Masih di acara televisi, saat itu di ceritakan ada seorang mantan pegawai pln yang memiliki jabatan cukup penting di sana, namun dia memilih resign dari pekerjaannya hanya untuk mengasuh yayasan psikopat ( yayasan untuk orang gila). Dia menampung semua orang gila di jalanan untuk kemudian mengasuh mereka, mulai dari memandikan, memberi makan, hingga mengajarkan banyak hal pada mereka sampai mereka sembuh. Semakin kecil lagi diri ini, melihat ke-empaty-an orang itu. Jangankan mengayomi orang gila itu, kadang kalau tiba-tiba bertemu di jalanan malah menghindar tidak mau berpapasan. Ya Rabbi, padahal mereka juga manusia yang punya hak untuk di dekati. “Ah, sombong sekali rasanya diri ini”.
Begitu banyak hal yang membuat ku malu dihadapan-Mu. Kadang hanya karena putus sama pacar atau sekedar berantem sama pacar saja, air mata ini mengalir begitu derasnya, hingga mata pun bengkak karenanya. Sedang untuk dosa dan khilaf yang sudah menggunung sulit sekali ku teteskan air mata dihadapan-Mu. Terkadang mengabaikan seruan adzan di dekat masjid begitu mudah ku lakukan padahal jelas-jelas Kau memanggil ku untuk menghadap-Mu. Sedang ketika ada telpon dari pacar saja begitu cepat aku menjawabnya tanpa tudan sedetik pun. Padahal dia bukanlah siapa-siapa bagi ku, malah haram dia bagi ku.
Ya Rabbi, naif sekali diri ini. Hanya karena cinta tak berbalas saja sudah terasa sangat menyesakkan dada hingga tidur pun terganggu karenanya. Padahal jelas-jelas ada cinta hakiki yang bisa ku dapatkan tanpa takut akan mendapatakan ‘sakit’ yaitu cinta kepada Mu. Betapa sering aku mengabaikan uluran cinta Mu, dan berpaling pada cinta untuk umat Mu.
Ya Allah, begitu banyak perihal yang ingin Kau ajarkan pada ku di sekeliling ku, namun sering kali pula aku mengabaikan saja semua itu. Ku abaikan kerja keras ibu dan ayah yang berkeringat darah mencari nafkah ku dengan tanpa merasa bersalah ku selalu meminta pada mereka. Ku belanjakan uang dari mereka sesuka ku saja. Padahal sudah sebaiknya aku meringankan beban mereka.
Ya Rabbul Izzati, kenapa Kau memilih aku. Kenapa Kau memilih aku untuk memiliki hidup yang lebih baik dari para pemulung dan penjual bubur ayam itu. Kenapa bukan mereka yang Kau pilih. Kenapa Kau memilih aku untuk mendapat pendidikan yang lebih baik di banding bapak tua itu. Kenapa Kau memilih aku Ya Allah?
Sungguh Allah telah memberikan yang terbaik untuk kita, maka syukurilah itu semua sebelum Dia ambil kembali nikmat-nikmat itu. Manfaatkan waktu produktif, cintalah mahluk-Nya sekadarnya saja jangan sampai mengalahkan cinta kita pada-Nya sehingga menjauhkan kita dari-Nya. Dan akhirnya, mari kita renungkan kembali kenapa kita yang di pilih-Nya untuk memiliki hidup seperti sekarang ini. Semua pasti ada pesan tersirat dari-Nya.
#NasihatDiri
#SemogaBermanfaat
.
Secarik Kertas
“Apa ini?”
Ku menemukan secarik kertas kecil yang sempat membuat ku bertanya-tanya, ‘Apa ini?’, di antara lembaran buku mu yang ku pinjam. Tulisan rapi miring sedikit ke kanan seperti font Bradley Hand ITC di Microsoft Word, tertera indah di atas kertas kecil putih polos itu. ‘Ah mungkin hanya sekedar kertas biasa!’ pikir ku langsung meletakkan kembali secarik kertas itu kedalam buku mu.
Buku yang sangat bagus dalam penilaian ku, begitu memotivasi diri untuk terus bersemangat dengan sesekali diselingi jock-jock menarik dari penulis membuat ku semakin ingin segera menghatamkan buku itu. Ada kutipan yang selalu terngiang di benak ku yang terus menambah semangat ku, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Yes, that’s right!. Kata-kata yang sangat powerfull pembangkit semangat dalam setiap situasi yang ku hadapi, termasuk yang ku hadapi saat ini hanya dengan bersyukur.
Saat hati sedang asyik terhanyut membaca buku yang begitu memotivasi milik mu, kembali ku menemukan secarik kertas itu karena memang tadinya ku selipkan di tengah-tengah buku. Lebih ku perhatikan lagi dan ku baca secarik kertas itu. Tidak ada yang istimewa sepertinya, namun tiba-tiba mata ku menangkap sebuah nama yang ku kenal di antara tulisan itu. Iya aku mengenal nama itu. Aku mengenal pemilik nama itu. Orang yang selalu membuat aku bisa merelakan segalanya untuknya, karena aku tahu kau menaruh hati pada pemilik nama itu. Karena kau selalu ceria kala bercerita tentang dirinya.
Entah ini nyata atau tidak, namun sepertinya kau lah orang yang mampu membuat hati ku bergetar saat bertemu atau hanya sekadar mendengar nama mu saja. Seperti ada sesuatu yang tidak ku ketahui penyebabnya, yang ku sadari hanyalah aku sering memperhatikan mu. Orang bilang itulah yang disebut-sebut dengan istilah cinta, tapi entahlah, aku tidak tahu. Aku harap ini tidak nyata, aku harap ini hanya mimpi ku saja dan aku akan segera terbangun. Karena sungguh tidak menyenangkan terjerat rasa tak jelas ini.
Pemilik nama itu, aku mengenalnya. Orang yang tidak dapat dibandingkan dengan ku. Sekali lagi ini dari kacamata pendapat ku. Orang yang begitu sempurna di mata ku. Sungguh beruntung kau mengenalnya. Bertambah perfect jika dia mendampingi mu. Iri sekaligus cemburu rasanya aku padanya yang bisa mendapat perhatian mu. Tapi segera ku tepis perasaan yang tidak baik itu karena aku menyadari betul perasaan seperti itu hanya akan menguras energy ku saja. Aku harus ber-posthink saja dengan-Nya. Yang ku yakini hanyalah kalau kau jodoh ku maka tidak akan kemana namun kalau bukan semoga yang lebih baik diberikan ganti oleh-Nya.
Aku tidak ingin tahu kebenaran secarik kertas itu, aku memilih untuk bersyukur saja telah menemukan secarik kertas itu. Seperti kutipan buku di atas, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Maka aku harus terus bersyukur, bersyukur atas rasa yang di berikan-Nya pada ku untuk mu. Bersyukur atas rasa cemburu pada pemilik nama di atas secarik kertas kecil itu, karena cemburu itu aku bisa menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada ku, sehingga dapat segera dibenahi. Bersyukur aku mengenal mu yang mengenalkan ku pada cinta dan cara menjaganya untuk-Nya sehingga cinta ku terus terjaga suci untuk-Nya. Bersyukur karena secarik kertas itu aku bisa berhenti mengharapkan mu. Dan akhirnya energy positiflah yang menyelimuti ku karena secarik kertas itu.
.
Ku menemukan secarik kertas kecil yang sempat membuat ku bertanya-tanya, ‘Apa ini?’, di antara lembaran buku mu yang ku pinjam. Tulisan rapi miring sedikit ke kanan seperti font Bradley Hand ITC di Microsoft Word, tertera indah di atas kertas kecil putih polos itu. ‘Ah mungkin hanya sekedar kertas biasa!’ pikir ku langsung meletakkan kembali secarik kertas itu kedalam buku mu.
Buku yang sangat bagus dalam penilaian ku, begitu memotivasi diri untuk terus bersemangat dengan sesekali diselingi jock-jock menarik dari penulis membuat ku semakin ingin segera menghatamkan buku itu. Ada kutipan yang selalu terngiang di benak ku yang terus menambah semangat ku, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Yes, that’s right!. Kata-kata yang sangat powerfull pembangkit semangat dalam setiap situasi yang ku hadapi, termasuk yang ku hadapi saat ini hanya dengan bersyukur.
Saat hati sedang asyik terhanyut membaca buku yang begitu memotivasi milik mu, kembali ku menemukan secarik kertas itu karena memang tadinya ku selipkan di tengah-tengah buku. Lebih ku perhatikan lagi dan ku baca secarik kertas itu. Tidak ada yang istimewa sepertinya, namun tiba-tiba mata ku menangkap sebuah nama yang ku kenal di antara tulisan itu. Iya aku mengenal nama itu. Aku mengenal pemilik nama itu. Orang yang selalu membuat aku bisa merelakan segalanya untuknya, karena aku tahu kau menaruh hati pada pemilik nama itu. Karena kau selalu ceria kala bercerita tentang dirinya.
Entah ini nyata atau tidak, namun sepertinya kau lah orang yang mampu membuat hati ku bergetar saat bertemu atau hanya sekadar mendengar nama mu saja. Seperti ada sesuatu yang tidak ku ketahui penyebabnya, yang ku sadari hanyalah aku sering memperhatikan mu. Orang bilang itulah yang disebut-sebut dengan istilah cinta, tapi entahlah, aku tidak tahu. Aku harap ini tidak nyata, aku harap ini hanya mimpi ku saja dan aku akan segera terbangun. Karena sungguh tidak menyenangkan terjerat rasa tak jelas ini.
Pemilik nama itu, aku mengenalnya. Orang yang tidak dapat dibandingkan dengan ku. Sekali lagi ini dari kacamata pendapat ku. Orang yang begitu sempurna di mata ku. Sungguh beruntung kau mengenalnya. Bertambah perfect jika dia mendampingi mu. Iri sekaligus cemburu rasanya aku padanya yang bisa mendapat perhatian mu. Tapi segera ku tepis perasaan yang tidak baik itu karena aku menyadari betul perasaan seperti itu hanya akan menguras energy ku saja. Aku harus ber-posthink saja dengan-Nya. Yang ku yakini hanyalah kalau kau jodoh ku maka tidak akan kemana namun kalau bukan semoga yang lebih baik diberikan ganti oleh-Nya.
Aku tidak ingin tahu kebenaran secarik kertas itu, aku memilih untuk bersyukur saja telah menemukan secarik kertas itu. Seperti kutipan buku di atas, “Setiap kali Anda menyebut kata syukur atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri Anda dengan energi-energi positif”. Maka aku harus terus bersyukur, bersyukur atas rasa yang di berikan-Nya pada ku untuk mu. Bersyukur atas rasa cemburu pada pemilik nama di atas secarik kertas kecil itu, karena cemburu itu aku bisa menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada ku, sehingga dapat segera dibenahi. Bersyukur aku mengenal mu yang mengenalkan ku pada cinta dan cara menjaganya untuk-Nya sehingga cinta ku terus terjaga suci untuk-Nya. Bersyukur karena secarik kertas itu aku bisa berhenti mengharapkan mu. Dan akhirnya energy positiflah yang menyelimuti ku karena secarik kertas itu.
.
#TransMemory
1. Jutaan orang trinspirasi sedekah, sbb dulu saya dikontrak trans a/ izin Allah. 520 episode.2006 masuk ke 2007.
2. Nilai kontraknya buat ukuran saya, gede sekali. Dibelikan tanah yg di atasnya berdiri skrng pesantren Daarul Qur'an.
3. Tentu kebaikan pesantren mengalir buat TransCorp, Owner, Komisaris, Direksi, dan
seluruh sahabat di sana.
4. Di atas tanah yg DP awalnya dari uang kontrak TransTV, skrng ada krng lbh 2rb santri
penghafal Qur'an yg sdg bljr.
5. 5th ke dpn, insyaAllah jumlahnya ditarget 10rb santri. Santri tiap pagi shalat dhuha. Minimal 4 rokaat. Rata2 6 rokaat.
6. Kalo 4 rokaat saja, x10rb santri, wow... 40rb rokaat mengalir buat TransCorp, walo saya dah ga di sana. Ini kesejatian amal.
7. Ga melupakan siapapun yg jd mata rantai kebaikannya. Blm lg dari bacaan Qur'an santri...1 huruf dikali 10 kebaikan.
8. Lalu santri tiap hari 2x baca waaqi'ah. Sdg waaqi'ah itu 1700 huruf. &krn santri yg baca, 1 hurufnya bernilai 700 kebaikan.
9. Brp yg mengalir ke stasiun transtv? Dahsyat! 1700 hurufx700x2x10rb, dan itu kiriman
amal saban hari!!!
10. Betapa hebatnya memang jika jadi orang muslim yg bisa peduli thd dakwah seperti Pak
CT dan Pak Wishnu. Ngalir pahalanya.
11. Salah satu kenangan indah dari Acara @yusuf_mansur di Trans, adalah lahirnya seorang pemirsa yg milyarder baru.
12. IS, begitu inisialnya. Adlh seorang pedagang nasi di slh 1 sudut kota, di Jatim. Brsama istrinya, menyaksikan acr saya.
13. Saat itu, awal Januari 2007. IS yg pedagang nasi, brsama istrinya, mengikuti dg seksama matematika sedekah.
14. Siapa yg memberi 1, dibalas Allah 10x lipat. Kata saya, sebagaimana diceritakan bliau,saat itu menyeru pemirsa...
15. Lewat layar kaca TransTV.
16. Siapa yg percaya, keluarkan skrng juga. Selasa besok ketemu saya lagi, begitu saya
menyeru, dah akan diganti 10x lipat.
17. Acaranya saat itu, selasa sore. Namanya: Cerita Sore.
18. Di antara jutaan pemirsa, ada IS tsb&istrinya. Di tangan mereka, ada dana 1jt. IS
melongo mndengar seruan ini. 1jt jd 10jt?
19. Ya, dia ga salah dengar. Siapa yg sedekah 1 dikali 10. Dan ini janji Allah. Jadi kalo dia punya 1jt, ya jd 10jt...
20. Kalimat, selasa depan ketemu saya (di layar kaca Trans), bakal diganti Allah 10x lipat,menggoda dia.
21. Bukannya apa2. Dari awal Januari 2006 s/d akhir Desember 2006, IS&istrinya ngumpulin duit. Buat bayar kontrakan. 1,4jt.
22. Ga kumpul 1,4jt tuh. Setahun, "hanya" 1jt. Di kontrakan dia inilah warung nasinya
berdiri. Kurang 400rb. Kbutuhannya 1,4jt.
23. Pemilik kontrakan menolak menerima 1jt. "Saya ksh wkt 2bl lg. Byr full saja nanti." Dan itu brarti ada masa s/d akhir Feb.
24. Nah, di awal Jan 2007, lwt layar TransTV, IS&istrinya mendengar seruan ini. "Bu, denger kata Ust Yusuf...?"
25. "Denger." Kata istrinya. "Ayo Bu... Kita sedekahin duit kita yg 1jt ini... Nanti kita akan punya uang 8,6jt..."
26. Ada yg tau, kenapa jadi 8,6jt?
27. Ya, sbb jika diganti 10x lipat, jd 10jt. Lalu dibayarin kontrakan 1,4jt, maka jumlahnya jd 8,6jt. Hanya sepekan loh.
28. Bandingkan dg tabungan setahunnya dia: 1jt. Emang kalo pake sedekah, jadi
QuantumSaving.
29. Alhamdulillaah, istrinya MENOLAK ajakan IS ini, he he... "Ga ah... Itu kalo dibayar
Allah... Kalo engga?"
30. Di benak istrinya, sedekah 1jt tabungan dia ini beresiko. Setahun ngumpulin 1jt. Masa sepekan jd 10jt...
31. Kata istrinya, "Kalo tadi kurang 400rb, ini kurangnya jadi balik lagi. Kurang 1,4jt...
32. Namun IS mendorong istrinya u/ percaya... "Bu... Ini Janji Allah. Bukan janjinya Yusuf Mansur..."
33. Saya saat itu ya ga ngerti apa2 ttg dialog ini. Saya kan bcr nya lwt layar kaca TransTV, he he. Jd ga bs ikut nimbrung.
34. Kisah ini sampe ke tangan saya, akhir Desemberan 2007. Dibawa oleh seorang wartawan
Surabaya, yg mengisahkan kisah IS ini.
35. Wartawan ini bercerita ttg IS, sambil bawa undangan IS buat saya. Agar saya mau
meresmikan pabrik yg dibangun IS ini.
36. IS seorang pedagang nasi, yg di awal Januari 2007 ribut kecil sama istrinya soal
keyakinan sedekah, bangun pabrik?
37. Betul. Si wartawan ini terus berkisah, yg kisahnya ini saya jadiin kisah #Transmemori. Pabrik itu nilainya 11 milyar!!!
38. IS yg awal Januari 2007 pusing soal kontrakan 1,4jt, bangun pabrik 11 milyar...
Subhaanallaah...
39. Ini yg saya sebut, berkah stasiun tv. Baik, maka ia akan jadi baik. Jelek, maka ga bisa bilang itu urusan pemirsanya.
40. Karena itu saya blg, I love TransTV...!!! Full memori. &saya pisah sama TransTV, baik2. Dlm keadaan saya msh sprti di sana.
41. Kembali ke IS...
42. Awal Jan 2007, istrinya merelakan suaminya yg bersikeras bersedekah 1jt-1jtnya yg
mereka punya. Dg resiko, ga dibyr Allah.
42. Tapi besar hati IS. Ga mungkin Allah ga akan menunaikan Janji-Nya.
43. IS&istrinya, tunaikan sedekah. Selasa sore acr Cerita Sore di TransTV. Selasa malam
uang itu tertunai. Habis.
44. Nomor 42 dobel ya? Ga apa2 deh.
45. Selasa malam sedekah tertunai. Rabu pagi IS nunggu Allah dtg... Manaaaa nih Allah... Mana 10jt yg dijanjikan-Nya...
44. Sampe sini, banyak orang yg tdk sependapat dg Yusuf Mansur. Tuh kaaaaannn... Orang
jadi ngarepin balesan... Ga ikhlas...
45. Saya mah beda. Jika sebelomnya IS&kita2, ga prnh brhrp Allah dtg. Ini brhrp Allah dtg.Top kan?
46. Nomor 44 dan 45, dobel lagi ya? He he, sambil jawab sms yg masuk soalnya. Ok, lsg 47dah ya?
47. Orang jg blg, tar kecewa loh, kalo nanti sedekah ga brbalas. Laaaahhh, jajal aja beloman, darimana tahunya bakal kecewa...
48. IS menunggu dg setia sampe Allah dtg. Namun hingga selasa berikutnya saya nongol lagi di TransTV, Allah "ga datang".
49. Waktu saya nongol di tv, istrinya blg, "Tuh, ustadz Kamu... 1jt jadi 10jt. Seminggu... Mana...?"
50. IS bingung... Tambah bingung, materi saya di TransTV pekan kedua Januari, udah
berubah, he he he. Dah ga bcr yg kemarenan.
51. IS membesarkan hatinya dan hati istrinya. "Allah tau kali... Kita butuhnya akhir Februari... Msh ada 7 minggu..."
52. Pekan ke3, pekan ke4, IS menunggu Janji Allah dtg. Hingga pekan ke-5. Januari berubah jadi Februari.
53. "Pak," kata istrinya IS, "Coba gih, cari nmrnya TransTV..." "Untuk apa..." Tanya IS. "Minta nmrnya Yusuf Mansur..."
54. "Suruh dia tanggung jawab. Katanya sepekan. Ini udah 5 minggu. Blm ada tanda2nya
Allah bakal ganti..."
55. Alhamdulillah, IS&istrinya ga dapet tuh nmr TransTV, ha ha ha...
56. Maret atau April 2008, di bandara Juanda Surabaya, saya&istri saya bertemu dg
IS&istrinya. Kisah ini skrng kluar dari mrk.
57. Saya tdk bs dtg di undangan beliau, u/ peresmian pabriknya. Tapi saya sempatkan ketemu testimoni TransSedekah ini.
58. Minggu ke-7, atau 1 minggu lagi jelang deadline bayar kontrakan, istrinya ngajak IS ke bapaknya. Pinjam uang.
59. IS crita ke saya&istri saya, "Saya ga mau memenuhi permintaan istri saya pinjem ke
mertua..."
60. "Bukannya apa. Mertua saya itu supir. Gajinya 600rb. Kayak apa beliau kalau tahu saya sedekah 1jt. Trus mau pinjem lagi..."
61. IS memutuskan ga mau pinjam. Istrinya trs membujuk IS agar mau pinjam ke bpknya.
"Tar diusir Pak... Di sini ada warung qt."
62. Dg gagah IS bilang, "Biar aja diusir... Biar Allah tau... Gara2 sedekah 1jt, kita diusir..."
63. Bentar. Tadi ini lagi pamit sama ibu di rumah sakit. Juga sama istri. Ntar sbntar diterusin.
64. IS blg ke istrinya di pekan ke-7 tsb, "Bu, daripada kita mikirin kontraaaaaakan terus, kita keluar yuuuukkk...???"
65. "Kita cari rumah mana di sekitar sini yg mau dijual. Kita beli. Tar kalo kita diusir dari kontrakan kita, kita pindah..."
66. "Pindah ke rumah yg kita beli...". Istrinya IS crita ke saya, "Ya Allah Ustadz... Sayasedih... Koq suami saya jd begini.."
67. "Gimana coba? Wong buat byr kontrakan aja ga ada, koq ya mau beli rumah? Tp krn saya jg stress, ya saya manut..."
68. Istrinya tak menduga, kalo IS bnr2 nawar 1 rumah... Di dpn rumah mewah, IS&istrinya
brdiri... "Assm... Betul ini dijual?"
69. Pemilik rumah melihat mereka berdua. Wajah di pekan ke-7 itu, lusuh. Wajah kontrakan, he he he. Wajah yg sepekan lg diusir.
70. "Betul," kata pemilik rumah. "Buat siapa?" IS mnjwb, "Buat kami...". Disuruh masuklah mereka berdua. Istrinya ga mau.
71. Percuma. Ga bakal kebeli. Namun IS ttp masuk. Mau ga mau istrinya ikut. "Berapa duit ni rumah Pak...?" "700jt..."
72. Ketika ngedenger ini rumah 700jt, JELEGGGEEEERRRR...!!! Istrinuya IS kontan mau
bangun... Mau pulang aja. Tapi IS nawar...
73. "Kalo 500jt gmn...?" Istri IS terperanjat... 500jt...? Duuuuuuuuhhh gimana iniiiiiiiiii...???
74. "Kalo segitu ga bisa. Udah ada yg nawar lebih...". "Kalo 600jt...?" "Kalo 600jt, boleh.Kpn Bapak mau ksh tanda jadi?"
75. "Ga pake tanda2 jadian. Nanti saya ke sini aja lagi 2bl lagi..." "Ya ga bisa Pak kalo ga ada Tanda Jadi."
76. IS meyakinkan penjual bhw dia bakal balik lagi 2bl lagi. "InsyaAllah...!!!", katanya mantab.
77. "Kalo gitu, saya minta nmr hp bapak dah..."
78. "Ga ada HP...", jawab IS. "He he, ga punya HP." Pemilik ini heran. Tanda jd ga ada, HP ga ada. Ya sudah...
79. Pemilik rumah heran. Istrinya IS lebih heran lagi...!!! Guendeng nih suamiku... Pake nawar 600jt, janji 2bl lagi...!!!
80. Di depan rumah ini, istrinya IS nyubit suaminya, "1,4jt aja ga punya... Pake nawar rumah orang 600jt. Ngejanjiin 2bl lagi."
81. IS blg, "Bu, kita kan dijanjiin sama Allah, byrn 10x lipat. Seminggu. Ini udah 7 minggu Bu..."
82. "Kalo nanti dibayar sama Allah akhir Feb ini, tp msh 10x lipat, jgn mau. Bapak mau blg sama Allah, byr Bapak 700x lpt sj.
83. "Nanti nih Bu, kalo dibayar sama Allah 700x lipat, kita bayar dah rumah ini 600jt.
Sisanya buat ngegedein warung kita..."
84. "Bapak malam ini mau bangun malam. Mau bilang sama Allah, urusan kontrakan urusan
Bapak saja. Urusan Allah yg 700x lipat."
85. "Dan Bapak mau ngasih waktu lagi sama Allah. Bayar Bapak 2bl lagi!". Istrinya IS
brtambah2 bengongnya...
86. Alhamdulillaah, Allah emang ga prnh mnyia2kan amal hamba-Nya. Pekan ke-8,
IS&istrinya, DIUSIR... Ya, diusir dari kontrakan.
87. Sampe akhir Feb, sesuai deadline, IS ga punya duit 1,4jt. Alhamdulillaah, akhirnya
IS&istrinya diusir.
88. Kalo ceritanya berhenti sampe sini, menanglah mereka yg menganggap bhw ga boleh
berharap sama Allah, sbb pasti kecewa.
89. Sebagiannya lagi akan mengutuk saya, sudah membuat satu keluarga jd berantakan
usahanya. Tadinya punya warung, skng trusir.
90. Tapi crita terus bergulir...
91. IS&istrinya pindah ke pasar pengungsi. Di Jatim ada 1 musibah nasional. Ada bgitu bnyk pengungsi. IS buka warung di sana.
92. Ga ada yg menyangka, kisah saksesnya berawal dari sini. Bbrp wkt kemudian, ada yg
nawarin u/ nanganin katering u/ pengungsi
93. Dibawalah IS ke pimpronya. Dan diputuskan IS yg ngelola katering u/ pengungsi.
94. "Sanggup Bapak ngelola?" Dijawab IS, "Sanggup. Asal dananya di depan." "Ya. Di
depan."
95. IS nanya, "Berapa pengungsi yg saya mesti siapkan?"
96. "16rb pengungsi..."
97. IS cerita di hadapan kami2, saat beliau jadi tamu kehormatan di launching pondok&MDN 14 Juni 2008, "Saya mau pingsan..."
98. "Ngedengeri 16rb pengungsi yg kudu disiapin makan, saya mau pingsan rasanya...".
Belom pernah saya bikin sebanyak itu.
99. Apalagi pimpro ini mengatakan, "3x makan. Pagi, siang, malam. 48rb bungkus..."
100. IS pingsan beneran, he he he. Cerita IS, ketika dia denger 48rb, dia mikir, di mana nyari karet gelangnya? Ha ha ha ha...
101. Ya iyalah. Nyari karet gelang 48rb bijiiii... Dan itu saban hari... Jreng jreng jreng... Sedekah IS&istrinya was working..
102. 2bl nanganin katering tsb, cash on hand, 1M rupiah. Subhaanallaah... Dia bisa bayar itu rumah 600jt.
103. Persis 2bl kurang lbhnya dari apa yg ia janjikan kpd si pemilik rumah. Allah Bercanda sama 2 hamba-Nya ini.
104. 100jtnya dipake buat ngegedein warungnya. Persis seperti apa yg ia katakan sama
istrinya 2bl yl.
105. Yg membedakan IS dg kita2, IS pas dpt 1000x lipat blg, "Sy minta kan 700x lipat. Jadi, yg 300x lipat bukan milik kami."
106. Sedekah awal Jan, brbuah April. April, IS&istrinya sdkh krng lbh 300jt. Merdeka tuh. Krn bnyk, jd macem2 sdkhnya.
107. Sdkh 300jt di april, brbuah kontrak senilai 38M u/ kontrak katering sepanjang 2008.
108. Krn itulah dia bangun pabrik senilai 11M. Subhaanallaah. Maksih TransTV...
Ini cerita nyata, silahkan di cek di TL nya ustadz @Yusuf_Mansur yang di tweets pada tanggal 2 November 2011 lalu..
Tidak ada yang saya tambahi dan kurangi, semoga bermanfaat buat kita semua. dan semoga cerita di atas dapat menambah keyakinan dan semangat kita untuk bersedekah..
Dengan tidak bermaksud untuk plagiat, hanya ingin berbagi sebagai inspirasi bagi kita untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama (baca:Sedekah)..
Semoga bermanfaat....
Dan silahkan koment disini, kalau sudah mengalami sendiri, saya bantu share ceritanya disini (Privasi terjaga), supaya bisa menginspirasi teman2 yang lain...
SalamSedekah^_^
2. Nilai kontraknya buat ukuran saya, gede sekali. Dibelikan tanah yg di atasnya berdiri skrng pesantren Daarul Qur'an.
3. Tentu kebaikan pesantren mengalir buat TransCorp, Owner, Komisaris, Direksi, dan
seluruh sahabat di sana.
4. Di atas tanah yg DP awalnya dari uang kontrak TransTV, skrng ada krng lbh 2rb santri
penghafal Qur'an yg sdg bljr.
5. 5th ke dpn, insyaAllah jumlahnya ditarget 10rb santri. Santri tiap pagi shalat dhuha. Minimal 4 rokaat. Rata2 6 rokaat.
6. Kalo 4 rokaat saja, x10rb santri, wow... 40rb rokaat mengalir buat TransCorp, walo saya dah ga di sana. Ini kesejatian amal.
7. Ga melupakan siapapun yg jd mata rantai kebaikannya. Blm lg dari bacaan Qur'an santri...1 huruf dikali 10 kebaikan.
8. Lalu santri tiap hari 2x baca waaqi'ah. Sdg waaqi'ah itu 1700 huruf. &krn santri yg baca, 1 hurufnya bernilai 700 kebaikan.
9. Brp yg mengalir ke stasiun transtv? Dahsyat! 1700 hurufx700x2x10rb, dan itu kiriman
amal saban hari!!!
10. Betapa hebatnya memang jika jadi orang muslim yg bisa peduli thd dakwah seperti Pak
CT dan Pak Wishnu. Ngalir pahalanya.
11. Salah satu kenangan indah dari Acara @yusuf_mansur di Trans, adalah lahirnya seorang pemirsa yg milyarder baru.
12. IS, begitu inisialnya. Adlh seorang pedagang nasi di slh 1 sudut kota, di Jatim. Brsama istrinya, menyaksikan acr saya.
13. Saat itu, awal Januari 2007. IS yg pedagang nasi, brsama istrinya, mengikuti dg seksama matematika sedekah.
14. Siapa yg memberi 1, dibalas Allah 10x lipat. Kata saya, sebagaimana diceritakan bliau,saat itu menyeru pemirsa...
15. Lewat layar kaca TransTV.
16. Siapa yg percaya, keluarkan skrng juga. Selasa besok ketemu saya lagi, begitu saya
menyeru, dah akan diganti 10x lipat.
17. Acaranya saat itu, selasa sore. Namanya: Cerita Sore.
18. Di antara jutaan pemirsa, ada IS tsb&istrinya. Di tangan mereka, ada dana 1jt. IS
melongo mndengar seruan ini. 1jt jd 10jt?
19. Ya, dia ga salah dengar. Siapa yg sedekah 1 dikali 10. Dan ini janji Allah. Jadi kalo dia punya 1jt, ya jd 10jt...
20. Kalimat, selasa depan ketemu saya (di layar kaca Trans), bakal diganti Allah 10x lipat,menggoda dia.
21. Bukannya apa2. Dari awal Januari 2006 s/d akhir Desember 2006, IS&istrinya ngumpulin duit. Buat bayar kontrakan. 1,4jt.
22. Ga kumpul 1,4jt tuh. Setahun, "hanya" 1jt. Di kontrakan dia inilah warung nasinya
berdiri. Kurang 400rb. Kbutuhannya 1,4jt.
23. Pemilik kontrakan menolak menerima 1jt. "Saya ksh wkt 2bl lg. Byr full saja nanti." Dan itu brarti ada masa s/d akhir Feb.
24. Nah, di awal Jan 2007, lwt layar TransTV, IS&istrinya mendengar seruan ini. "Bu, denger kata Ust Yusuf...?"
25. "Denger." Kata istrinya. "Ayo Bu... Kita sedekahin duit kita yg 1jt ini... Nanti kita akan punya uang 8,6jt..."
26. Ada yg tau, kenapa jadi 8,6jt?
27. Ya, sbb jika diganti 10x lipat, jd 10jt. Lalu dibayarin kontrakan 1,4jt, maka jumlahnya jd 8,6jt. Hanya sepekan loh.
28. Bandingkan dg tabungan setahunnya dia: 1jt. Emang kalo pake sedekah, jadi
QuantumSaving.
29. Alhamdulillaah, istrinya MENOLAK ajakan IS ini, he he... "Ga ah... Itu kalo dibayar
Allah... Kalo engga?"
30. Di benak istrinya, sedekah 1jt tabungan dia ini beresiko. Setahun ngumpulin 1jt. Masa sepekan jd 10jt...
31. Kata istrinya, "Kalo tadi kurang 400rb, ini kurangnya jadi balik lagi. Kurang 1,4jt...
32. Namun IS mendorong istrinya u/ percaya... "Bu... Ini Janji Allah. Bukan janjinya Yusuf Mansur..."
33. Saya saat itu ya ga ngerti apa2 ttg dialog ini. Saya kan bcr nya lwt layar kaca TransTV, he he. Jd ga bs ikut nimbrung.
34. Kisah ini sampe ke tangan saya, akhir Desemberan 2007. Dibawa oleh seorang wartawan
Surabaya, yg mengisahkan kisah IS ini.
35. Wartawan ini bercerita ttg IS, sambil bawa undangan IS buat saya. Agar saya mau
meresmikan pabrik yg dibangun IS ini.
36. IS seorang pedagang nasi, yg di awal Januari 2007 ribut kecil sama istrinya soal
keyakinan sedekah, bangun pabrik?
37. Betul. Si wartawan ini terus berkisah, yg kisahnya ini saya jadiin kisah #Transmemori. Pabrik itu nilainya 11 milyar!!!
38. IS yg awal Januari 2007 pusing soal kontrakan 1,4jt, bangun pabrik 11 milyar...
Subhaanallaah...
39. Ini yg saya sebut, berkah stasiun tv. Baik, maka ia akan jadi baik. Jelek, maka ga bisa bilang itu urusan pemirsanya.
40. Karena itu saya blg, I love TransTV...!!! Full memori. &saya pisah sama TransTV, baik2. Dlm keadaan saya msh sprti di sana.
41. Kembali ke IS...
42. Awal Jan 2007, istrinya merelakan suaminya yg bersikeras bersedekah 1jt-1jtnya yg
mereka punya. Dg resiko, ga dibyr Allah.
42. Tapi besar hati IS. Ga mungkin Allah ga akan menunaikan Janji-Nya.
43. IS&istrinya, tunaikan sedekah. Selasa sore acr Cerita Sore di TransTV. Selasa malam
uang itu tertunai. Habis.
44. Nomor 42 dobel ya? Ga apa2 deh.
45. Selasa malam sedekah tertunai. Rabu pagi IS nunggu Allah dtg... Manaaaa nih Allah... Mana 10jt yg dijanjikan-Nya...
44. Sampe sini, banyak orang yg tdk sependapat dg Yusuf Mansur. Tuh kaaaaannn... Orang
jadi ngarepin balesan... Ga ikhlas...
45. Saya mah beda. Jika sebelomnya IS&kita2, ga prnh brhrp Allah dtg. Ini brhrp Allah dtg.Top kan?
46. Nomor 44 dan 45, dobel lagi ya? He he, sambil jawab sms yg masuk soalnya. Ok, lsg 47dah ya?
47. Orang jg blg, tar kecewa loh, kalo nanti sedekah ga brbalas. Laaaahhh, jajal aja beloman, darimana tahunya bakal kecewa...
48. IS menunggu dg setia sampe Allah dtg. Namun hingga selasa berikutnya saya nongol lagi di TransTV, Allah "ga datang".
49. Waktu saya nongol di tv, istrinya blg, "Tuh, ustadz Kamu... 1jt jadi 10jt. Seminggu... Mana...?"
50. IS bingung... Tambah bingung, materi saya di TransTV pekan kedua Januari, udah
berubah, he he he. Dah ga bcr yg kemarenan.
51. IS membesarkan hatinya dan hati istrinya. "Allah tau kali... Kita butuhnya akhir Februari... Msh ada 7 minggu..."
52. Pekan ke3, pekan ke4, IS menunggu Janji Allah dtg. Hingga pekan ke-5. Januari berubah jadi Februari.
53. "Pak," kata istrinya IS, "Coba gih, cari nmrnya TransTV..." "Untuk apa..." Tanya IS. "Minta nmrnya Yusuf Mansur..."
54. "Suruh dia tanggung jawab. Katanya sepekan. Ini udah 5 minggu. Blm ada tanda2nya
Allah bakal ganti..."
55. Alhamdulillah, IS&istrinya ga dapet tuh nmr TransTV, ha ha ha...
56. Maret atau April 2008, di bandara Juanda Surabaya, saya&istri saya bertemu dg
IS&istrinya. Kisah ini skrng kluar dari mrk.
57. Saya tdk bs dtg di undangan beliau, u/ peresmian pabriknya. Tapi saya sempatkan ketemu testimoni TransSedekah ini.
58. Minggu ke-7, atau 1 minggu lagi jelang deadline bayar kontrakan, istrinya ngajak IS ke bapaknya. Pinjam uang.
59. IS crita ke saya&istri saya, "Saya ga mau memenuhi permintaan istri saya pinjem ke
mertua..."
60. "Bukannya apa. Mertua saya itu supir. Gajinya 600rb. Kayak apa beliau kalau tahu saya sedekah 1jt. Trus mau pinjem lagi..."
61. IS memutuskan ga mau pinjam. Istrinya trs membujuk IS agar mau pinjam ke bpknya.
"Tar diusir Pak... Di sini ada warung qt."
62. Dg gagah IS bilang, "Biar aja diusir... Biar Allah tau... Gara2 sedekah 1jt, kita diusir..."
63. Bentar. Tadi ini lagi pamit sama ibu di rumah sakit. Juga sama istri. Ntar sbntar diterusin.
64. IS blg ke istrinya di pekan ke-7 tsb, "Bu, daripada kita mikirin kontraaaaaakan terus, kita keluar yuuuukkk...???"
65. "Kita cari rumah mana di sekitar sini yg mau dijual. Kita beli. Tar kalo kita diusir dari kontrakan kita, kita pindah..."
66. "Pindah ke rumah yg kita beli...". Istrinya IS crita ke saya, "Ya Allah Ustadz... Sayasedih... Koq suami saya jd begini.."
67. "Gimana coba? Wong buat byr kontrakan aja ga ada, koq ya mau beli rumah? Tp krn saya jg stress, ya saya manut..."
68. Istrinya tak menduga, kalo IS bnr2 nawar 1 rumah... Di dpn rumah mewah, IS&istrinya
brdiri... "Assm... Betul ini dijual?"
69. Pemilik rumah melihat mereka berdua. Wajah di pekan ke-7 itu, lusuh. Wajah kontrakan, he he he. Wajah yg sepekan lg diusir.
70. "Betul," kata pemilik rumah. "Buat siapa?" IS mnjwb, "Buat kami...". Disuruh masuklah mereka berdua. Istrinya ga mau.
71. Percuma. Ga bakal kebeli. Namun IS ttp masuk. Mau ga mau istrinya ikut. "Berapa duit ni rumah Pak...?" "700jt..."
72. Ketika ngedenger ini rumah 700jt, JELEGGGEEEERRRR...!!! Istrinuya IS kontan mau
bangun... Mau pulang aja. Tapi IS nawar...
73. "Kalo 500jt gmn...?" Istri IS terperanjat... 500jt...? Duuuuuuuuhhh gimana iniiiiiiiiii...???
74. "Kalo segitu ga bisa. Udah ada yg nawar lebih...". "Kalo 600jt...?" "Kalo 600jt, boleh.Kpn Bapak mau ksh tanda jadi?"
75. "Ga pake tanda2 jadian. Nanti saya ke sini aja lagi 2bl lagi..." "Ya ga bisa Pak kalo ga ada Tanda Jadi."
76. IS meyakinkan penjual bhw dia bakal balik lagi 2bl lagi. "InsyaAllah...!!!", katanya mantab.
77. "Kalo gitu, saya minta nmr hp bapak dah..."
78. "Ga ada HP...", jawab IS. "He he, ga punya HP." Pemilik ini heran. Tanda jd ga ada, HP ga ada. Ya sudah...
79. Pemilik rumah heran. Istrinya IS lebih heran lagi...!!! Guendeng nih suamiku... Pake nawar 600jt, janji 2bl lagi...!!!
80. Di depan rumah ini, istrinya IS nyubit suaminya, "1,4jt aja ga punya... Pake nawar rumah orang 600jt. Ngejanjiin 2bl lagi."
81. IS blg, "Bu, kita kan dijanjiin sama Allah, byrn 10x lipat. Seminggu. Ini udah 7 minggu Bu..."
82. "Kalo nanti dibayar sama Allah akhir Feb ini, tp msh 10x lipat, jgn mau. Bapak mau blg sama Allah, byr Bapak 700x lpt sj.
83. "Nanti nih Bu, kalo dibayar sama Allah 700x lipat, kita bayar dah rumah ini 600jt.
Sisanya buat ngegedein warung kita..."
84. "Bapak malam ini mau bangun malam. Mau bilang sama Allah, urusan kontrakan urusan
Bapak saja. Urusan Allah yg 700x lipat."
85. "Dan Bapak mau ngasih waktu lagi sama Allah. Bayar Bapak 2bl lagi!". Istrinya IS
brtambah2 bengongnya...
86. Alhamdulillaah, Allah emang ga prnh mnyia2kan amal hamba-Nya. Pekan ke-8,
IS&istrinya, DIUSIR... Ya, diusir dari kontrakan.
87. Sampe akhir Feb, sesuai deadline, IS ga punya duit 1,4jt. Alhamdulillaah, akhirnya
IS&istrinya diusir.
88. Kalo ceritanya berhenti sampe sini, menanglah mereka yg menganggap bhw ga boleh
berharap sama Allah, sbb pasti kecewa.
89. Sebagiannya lagi akan mengutuk saya, sudah membuat satu keluarga jd berantakan
usahanya. Tadinya punya warung, skng trusir.
90. Tapi crita terus bergulir...
91. IS&istrinya pindah ke pasar pengungsi. Di Jatim ada 1 musibah nasional. Ada bgitu bnyk pengungsi. IS buka warung di sana.
92. Ga ada yg menyangka, kisah saksesnya berawal dari sini. Bbrp wkt kemudian, ada yg
nawarin u/ nanganin katering u/ pengungsi
93. Dibawalah IS ke pimpronya. Dan diputuskan IS yg ngelola katering u/ pengungsi.
94. "Sanggup Bapak ngelola?" Dijawab IS, "Sanggup. Asal dananya di depan." "Ya. Di
depan."
95. IS nanya, "Berapa pengungsi yg saya mesti siapkan?"
96. "16rb pengungsi..."
97. IS cerita di hadapan kami2, saat beliau jadi tamu kehormatan di launching pondok&MDN 14 Juni 2008, "Saya mau pingsan..."
98. "Ngedengeri 16rb pengungsi yg kudu disiapin makan, saya mau pingsan rasanya...".
Belom pernah saya bikin sebanyak itu.
99. Apalagi pimpro ini mengatakan, "3x makan. Pagi, siang, malam. 48rb bungkus..."
100. IS pingsan beneran, he he he. Cerita IS, ketika dia denger 48rb, dia mikir, di mana nyari karet gelangnya? Ha ha ha ha...
101. Ya iyalah. Nyari karet gelang 48rb bijiiii... Dan itu saban hari... Jreng jreng jreng... Sedekah IS&istrinya was working..
102. 2bl nanganin katering tsb, cash on hand, 1M rupiah. Subhaanallaah... Dia bisa bayar itu rumah 600jt.
103. Persis 2bl kurang lbhnya dari apa yg ia janjikan kpd si pemilik rumah. Allah Bercanda sama 2 hamba-Nya ini.
104. 100jtnya dipake buat ngegedein warungnya. Persis seperti apa yg ia katakan sama
istrinya 2bl yl.
105. Yg membedakan IS dg kita2, IS pas dpt 1000x lipat blg, "Sy minta kan 700x lipat. Jadi, yg 300x lipat bukan milik kami."
106. Sedekah awal Jan, brbuah April. April, IS&istrinya sdkh krng lbh 300jt. Merdeka tuh. Krn bnyk, jd macem2 sdkhnya.
107. Sdkh 300jt di april, brbuah kontrak senilai 38M u/ kontrak katering sepanjang 2008.
108. Krn itulah dia bangun pabrik senilai 11M. Subhaanallaah. Maksih TransTV...
Ini cerita nyata, silahkan di cek di TL nya ustadz @Yusuf_Mansur yang di tweets pada tanggal 2 November 2011 lalu..
Tidak ada yang saya tambahi dan kurangi, semoga bermanfaat buat kita semua. dan semoga cerita di atas dapat menambah keyakinan dan semangat kita untuk bersedekah..
Dengan tidak bermaksud untuk plagiat, hanya ingin berbagi sebagai inspirasi bagi kita untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama (baca:Sedekah)..
Semoga bermanfaat....
Dan silahkan koment disini, kalau sudah mengalami sendiri, saya bantu share ceritanya disini (Privasi terjaga), supaya bisa menginspirasi teman2 yang lain...
SalamSedekah^_^
Kemudahan <----- Kesulitan
Selalu ada PELANGI yang cantik setelah BADAI yang menghantam. Hanya saja kita belum tahu kapan terlihatnya, setelah badai yang keberapanya kita belum tahu. Sama juga, Selalu ada KABAR BAIK setelah masalah yang datang bertubi-tubi. Hanya saja kita belum tahu kabar baik itu akan sampai setelah masalah yang keberapa.
Jadi saran saya (untuk diri saya juga), tetaplah hadapi tuh masalah, sesulit apapun dia serumit apapun dia dimata kita.
Tidak ada masalah yang tercipta kecuali sudah disiapkan solusinya oleh Yang Maha Pemberi Solusi.
Nah tugas kita adalah mencari solusi itu dengan bijak dan sabar. Sekali lagi dengan BIJAK dan SABAR. Karena dengan begitu, setelah solusinya ketemu, akan menambah kematangan pribadi kita untuk 'Tantangan' hidup kita kedepannya.
Akan tetapi perlu di ingat juga, bahwa setiap perjalanan itu tidak pernah luput dari batu kerikil ataupun lubang kecil sekalipun, ia tidak selalu mulus. Jadi kita harus peka terhadap kerikil sekecil apapun, karena kalau tidak, kita bisa terjatuh.
Sama,
Dalam menemukan solusi untuk sebuah masalah, kadang ada masalah baru yang muncul. Hati-hati, jangan sampai masuk kelubang kecil itu, kita harus peka terhadapnya dan hadapi dengan bijak. Dan kita harus tetap fokus pada tujuan kita untuk mencari solusi masalah awal.
Yakinlah bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan, dan setelah kesulitan itu ada kemudahan.
Ingat, minimal ada dua solusi untuk satu masalah.
Ini janji-Nya loh, murni bukan kata saya.
Percaya,??
Ah pertanyaan ga jelas, itu sih terserah anda. Hahaha
#SemogaBermanfaat
.
Jadi saran saya (untuk diri saya juga), tetaplah hadapi tuh masalah, sesulit apapun dia serumit apapun dia dimata kita.
Tidak ada masalah yang tercipta kecuali sudah disiapkan solusinya oleh Yang Maha Pemberi Solusi.
Nah tugas kita adalah mencari solusi itu dengan bijak dan sabar. Sekali lagi dengan BIJAK dan SABAR. Karena dengan begitu, setelah solusinya ketemu, akan menambah kematangan pribadi kita untuk 'Tantangan' hidup kita kedepannya.
Akan tetapi perlu di ingat juga, bahwa setiap perjalanan itu tidak pernah luput dari batu kerikil ataupun lubang kecil sekalipun, ia tidak selalu mulus. Jadi kita harus peka terhadap kerikil sekecil apapun, karena kalau tidak, kita bisa terjatuh.
Sama,
Dalam menemukan solusi untuk sebuah masalah, kadang ada masalah baru yang muncul. Hati-hati, jangan sampai masuk kelubang kecil itu, kita harus peka terhadapnya dan hadapi dengan bijak. Dan kita harus tetap fokus pada tujuan kita untuk mencari solusi masalah awal.
Yakinlah bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan, dan setelah kesulitan itu ada kemudahan.
Ingat, minimal ada dua solusi untuk satu masalah.
Ini janji-Nya loh, murni bukan kata saya.
Percaya,??
Ah pertanyaan ga jelas, itu sih terserah anda. Hahaha
#SemogaBermanfaat
.
Dempo Q
Salam Hangat Dari Puncak Dempo.. . :-D
Sedikit berbagi apa yang saya dapatkan ketika mendaki gunung dempo, sebuah gunung yang begitu dekat dengan rumah orangtua saya, gunung yang begitu menakjubkan maha karya Sang Pencipta dengan segala keindahannya. Gunung yang sudah sekian lama ingin saya daki, tapi baru kesampean beberapa waktu lalu, karena kebetulan ada teman yang ngajakin naik..hehehe
Kawah yang indah dan bisa berubah warna, bergantung keberuntungan akan menadapat warna apa. Kendati saya sangat menyukai warna biru, maka saya sangat berharap akan menemui kawahnya berwarna biru. Namun sayang, waktu saya mendaki tidak saya temui warna biru melainkan warna abu-abu (tapi saya melihatnya seperti hijau). Tapi tetap indah dan menakjubkan juga. hehehe
Kawah gunung Dempo berbeda dengan kawah-kawah di gunung lain lho. kalau di temapt lain kawahnya rata-rata panas dengan bau blerang yang menyengat, lain halnya di Gunung Dempo, disini kawahnya dseperti kolam, dingin (sampai-sampai bisa dijadikan tempat mandi juga), dan tidak menyemburkan bau blerang.
Oh iya, hampir lupa. Gunung Dempo itu adalah salah satu Gunung api aktif di Pulau Sumatera bagian selatan, tepatnya di kota Pagaralam, Sum-Sel. hehehe
Ini dia ni, hasil jepret-jepret saya di puncaknya... :-)
Mungkin ini bisa menjadi pemacu semangat kita untuk memperbanyak dzikir kepada Allah atas Keajaiban yang telah diciptakan-Nya.
Nah ini, Sunrise di puncak Dempo... tak ku temui ia di bawah sana..... tak seindah ia di puncak sini... so beautiful.. :)
Kalo yang ini, salah satu sejarahnya pulau sumatera dari bidang kebumian.. Bukit Barisan...
Jejeran bukit yang menembus hamparan awan yang membentang, semakin membuat hati takjub akan megah dan indahnya ciptaan Allah...
Sungguh tak terasa dan tak berbekas lelah yang menggelayuti pundak dan kaki ketika dapat menyaksikan keindahan dan keajaiban ciptaan Allah yang begitu menakjubkan dan membuat hati berddebar-debar.
Semoga sedikit share pengalaman ini dapat memperkuat keimanan kita kepada Allah, dan terus berdzikir mengingat-Nya dengan melihat betap ciptaan-Nya begitu indah di pandang mata, sesuai janji-Nya. ^_^
"Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata" (QS.50:7)
.
Sedikit berbagi apa yang saya dapatkan ketika mendaki gunung dempo, sebuah gunung yang begitu dekat dengan rumah orangtua saya, gunung yang begitu menakjubkan maha karya Sang Pencipta dengan segala keindahannya. Gunung yang sudah sekian lama ingin saya daki, tapi baru kesampean beberapa waktu lalu, karena kebetulan ada teman yang ngajakin naik..hehehe
Kawah yang indah dan bisa berubah warna, bergantung keberuntungan akan menadapat warna apa. Kendati saya sangat menyukai warna biru, maka saya sangat berharap akan menemui kawahnya berwarna biru. Namun sayang, waktu saya mendaki tidak saya temui warna biru melainkan warna abu-abu (tapi saya melihatnya seperti hijau). Tapi tetap indah dan menakjubkan juga. hehehe
Kawah gunung Dempo berbeda dengan kawah-kawah di gunung lain lho. kalau di temapt lain kawahnya rata-rata panas dengan bau blerang yang menyengat, lain halnya di Gunung Dempo, disini kawahnya dseperti kolam, dingin (sampai-sampai bisa dijadikan tempat mandi juga), dan tidak menyemburkan bau blerang.
Oh iya, hampir lupa. Gunung Dempo itu adalah salah satu Gunung api aktif di Pulau Sumatera bagian selatan, tepatnya di kota Pagaralam, Sum-Sel. hehehe
Ini dia ni, hasil jepret-jepret saya di puncaknya... :-)
Mungkin ini bisa menjadi pemacu semangat kita untuk memperbanyak dzikir kepada Allah atas Keajaiban yang telah diciptakan-Nya.
Nah ini, Sunrise di puncak Dempo... tak ku temui ia di bawah sana..... tak seindah ia di puncak sini... so beautiful.. :)
Kalo yang ini, salah satu sejarahnya pulau sumatera dari bidang kebumian.. Bukit Barisan...
Jejeran bukit yang menembus hamparan awan yang membentang, semakin membuat hati takjub akan megah dan indahnya ciptaan Allah...
Sungguh tak terasa dan tak berbekas lelah yang menggelayuti pundak dan kaki ketika dapat menyaksikan keindahan dan keajaiban ciptaan Allah yang begitu menakjubkan dan membuat hati berddebar-debar.
Semoga sedikit share pengalaman ini dapat memperkuat keimanan kita kepada Allah, dan terus berdzikir mengingat-Nya dengan melihat betap ciptaan-Nya begitu indah di pandang mata, sesuai janji-Nya. ^_^
"Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata" (QS.50:7)
.
Indahnya Langit Di Subuh Hari
Pag ini setelah sholat subuh seperti biasanya saya keluar ke teras depan rumah, lalu menengadah ke langit yang menampakkan keindahan menakjubkan. Ada bulan yang baru melewati purnama ditemani beberapa bintang yang terang dengan satu bintang paling terang di dekatnya, hitung dihitung ada 23 bintang yang terang dan satu di antaranya adalah bintang paling terang. Sebenarnya hal itu biasa saja, bagi orang yang tinggal di daerah yang bebas polusi karena pemandangan seperti itu sering terlihat bahkan bisa lebih indah dari yang saya lihat pagi ini. Namun lain hal nya di Jakarta, sebuah kota metropolitan yang sangat rentan dengan polusi hingga menyebabbkan langit dipenuhi asap-asap tebal yang tak mempedulikan kenyataan pudarnya keindahan langit karenanya.
Keindahan seperti ini merupakan sesuatu yang begitu jarang nampak di langit sana.
Sudah beberapa hari sejak saya pulang liburan saya tidak melihat bulan dan bintang pada malam hari dikarenakan tebalnya awan hitam menyelimuti langit malam. Karena sebelum tidur saya pun selalu ke teras depan rumah atau melihat dari jendela kaca di kamar untuk melihat keindahan hiasan langit yang diciptakan Allah SWT bagi umatnya yang mengetahui. Namun tidak saya dapati keindahan itu, alih-alih bintang dan bulan yang saya lihat malah awan hitam tebal yang seolah tak bergerak tertiup angin. Maka pada pagi harilah saya dapat melihat keindahan itu. Ketenangan, kebahagiaan, semua terasa begitu hangat dengan sedikit senyuman merekah saat memandangi keindahan ciptaan Yang Maha Pencipta Keindahan, Al Badii’. Kesejukan yang di karuiakan Yang Maha Penyiram Kesejukan, Al Waduud, pun mampu menyejukkan jiwa dan melembutkannya dengan dzikiri memuji keindahan itu.
‘Dan sesungguhnya Kami menciptakan bintang-bintang (dilangit) dan Kami telah hiasi langit itu bagi orang-orang yang memandangnya’ (QS. Al Hijr [15]: 16).
Namun sayang tidak semua orang yang memandangi hiasan itu, hingga tidaklah nampak keindahan hiasan itu baginya. Padahal Yang Maha Pencipta Keindahan telah memberikan keindahan yang sungguh indah bagi umat-Nya. Kalau di siang hari kita bisa melihat banyak keindahan, layaknya pantai dengan view laut dan langit biru yang menentramkan atau bahkan puncak gunung (bagi para adventure) yang bisa melihat kemegahan ciptaan Allah dari atas sana. Pada malam hari keindahan itu beristirahat sejenak untuk besok hari menampakkan keindahan yang lebih indah. Maka hanya hiasan langit yang telah ada (bulan dan bintang) lah yang dapat kita nikmati pada malam hari.
Akhir tulisan ini, saya mengajak teman-teman untuk mencoba mengamati dengan dizikir semua karunia Allah, tidak hanya bulan dan bintang, namun semua ciptaan Allah. Karena hal itu akan menambah keimanan kita pada-Nya. Namun bukan berarti pula harus mengamati terus menerus dan melalaikan kita dari tugas, akan tetapi sempatkan waktu sejenak untuk mengagungkan Allah dengan memaknai ciptaan-Nya. Karena sejatinya manusia di ciptakan dengan segala kesempurnaan akal dan pikiran, maka kalau bukan kita siapa lagi yang akan mengagungkan ciptaan Allah (karena memang hanya kita yang di karunia akal untuk berpikir) masa teman-teman yang ada di ragunan yang mengamati kan kita juga yang akan malu tugas kita di rebut sama mereka..heheheheee
“Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang baik adalah yang selalu memperhatikan matahari dan bulan untuk mengingat Allah” (HR. Thabrani)
Ayo siapa yang mau jadi hamba Allah yang baik ngacung tinggi-tinggi.??? Saya pertama, hehehe..(^_^)
Bahagialah Duhai Sahabat
Langit cerah bertabur bintang dengan hiasan bulan sabit yang membuat suasana malam lebih indah dari biasanya. Membuat seorang perempuan yang rupawan dengan balutan kerudung yang membuatnya tanpak lebih cantik dan menentramkan terpesona karenanya.
“Dew, aku suka sekali melihat bulan dan bintang apalagi saat mereka bersama berdekata.” Kata Ifa tersenyum memandangi langit malam itu yang begitu cerah hingga berat untuk ditinggalkan.
“Kamu ini aneh Fa, rasanya kok aku melihatnya biasa saja ya. Tidak ada istimewa-istimewanya.” Cetus Dewi heran melihat Ifa begitu asyik menengadah ke langit dengan senyum yang tak henti ia pancarkan.
“Fa,!”
“Iya.”
“Kamu kenapa sih begitu menyukai langit malam dengan pernak perniknya seperti bulan dan bintang juga tak kalah sukanya melihat sunrise ataupun sunset?”
“Kenapa Dew, apa terlihat aneh aku menyukai mereka?”
“Eeemm..”
“Begini Dew.”
“Matahari, Bulan, bintang, dan semua yang ada di jagat raya ini, semua itu tidak diciptakan Allah tanpa tujuan. Dalam Firman-Nya di surat Ali Imran ayat 191, Dia sudah menjelaskan. ‘Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini sia-sia, maka periharalah kami dari siksa neraka’
“Sejatinya banyak hal yang bisa kita petik manfaatnya dari mereka. Sadar atau tidak, mereka (bulan dan bintang) sangat bermanfaat bagi kita terutama pada malam hari. Dan saat kita memanfaatkan mereka (baca:cahayanya) kita paling berujar ‘untung ada cahaya bulan’ atau ‘Alhamdulillah malam ini bulan sebagai penerang’. Hanya sekedar mengucap syukur sesaat.”
“Beda halnya pada saat kita memandangi mereka dengan seksama, rasanya seperti menyatu dengan mereka, selain ilmu pengetahuan ada keindahan tersendiri di sana, karena Allah menciptakan mereka memang sebagai hiasan bagi mereka yang memandanginya. Ini juga ada dalam Firman-Nya dalam surat Al-Hijr ayat ke 16. ‘Dan sesungguhnya Kami menciptakan bintang-bintang (dilangit) dan Kami telah hiasi langit itu bagi orang-orang yang memandangnya’.”
“Hanya orang-orang yang mau memandangi merekalah yang bisa mengetahui betapa indahnya mereka diciptakan Allah. Bahkan bagi mereka ahli hikmah penciptaan Matahari, Bulan, dan Bintang bukan hanya sebagai hiasan atau ilmu pengetahuan, tetapi mempunyai manfaat tertentu bagi kehidupan spiritual. Berdasarkan petunjuk Ilahi bahwa energy cahaya Matahari, Bulan, dan Bintang dapat di tarik ke dalam tubuh kita.”
“Selain itu mereka juga bisa meluluhlantakkan syetan, dalam surat Al-Mulk ayat 5 Allah berfirman ‘Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang itu sebagai alat-alat pelempar syeitan…’. Sungguh sangat banyak manfaat diciptakannya bintang-bintang itu”
“Manusia sebagai makhluk yang sempurna diberikan hati nurani dan fikiran dituntut untuk memikirkan semua ciptaan Allah, agar bertambah iman dan rasa syukur kepada Sang Pencipta jagat Raya ini.” Terang Ifa panjang lebar.
“Terus kamu selalu menanti mentari pagi yang kata mu juga sangat cantik itu juga karena itu. Karena kamu ingin memandangi keindahan ciptaan Allah dan kemudian mengagungkan-Nya. Begitu kan?” Kata Dewi menyimpulkan.
Ifa hanya tersenyum melihat temannya yang terlihat masih mencerna dan menganalisa peenjelasannya barusan.
-------------------------------
Pagi-pagi sekali setelah sholat subuh ponsel Dewi bordering, ada pesan dari Ifa. “Assalamu’alaikum. Dew, pagi ini aku mau ke pantai melihat mentari pagi. Kamu mau ikut?”. Setelah mendengarkan penjelasan Ifa dua hari yang lalu entah kenapa Dewi juga mulai tertarik memandangi keindahan-keindahan yang telah Allah ciptakan. Tanpa pikir panjang Dewi pun langsung mengiyakan ajakan Ifa dan langsung bergegas bersiap menuju rumah Ifa. Kebetulan rumah mereka berdua berdekatan dan juga dekat dengan pantai, pantai utara Indonesia tepatnya di Bangka.
Pantai utara, pesonanya begitu indah, ia mampu menyihir siapapun yang datang berkunjung untuk melihat keindahannya. Sunrise yang begitu menghangatkan penuh dengan keindahan yang tiada terkira di pagi hari. Begitupun sunset, ia mampu menyulap panasnya bumi siang hari menjadi keindahan yang menentramkan. Cahayanya yang merah keemasan menjadikan mata tak ingin beralih darinya.
Pantai Penusuk, itulah yang menjadi tujuan Ifa dan Dewi pagi ini. Mereka ingin memandangi salah satu hiasan langit pagi hari di pantai itu. Karena pantai yang tidak begitu jauh dari rumah mereka, maka tidak perlu lama bagi mereka berdua untuk mencapainya. Memasuki kawasan pantai penusuk dari kejauhan sudah terlihat hamparan birunya laut, diantara pohon kelapa dan ilalang yang tumbuh liar di lapangan landai yang memisahkan antara badan jalan dengan Pantai Penusuk. Setelah melewati jalan yang menurun, terlihatlah pesona indah Pantai Penusuk yang di dominasi Tumpukan batu granit dikanan kirinya sehingga membentuk sebuah ceruk berpadu dengan hijaunya perpohonan pesisir pantai yang tumbuh diantara sela-sela bebatuan granit. Di ujung laut seberang sana terlihat sang mentari malu-malu menyembunyikan sebagian darinya di belakang laut yang kemudian mulai beranjak naik.
“Subhanallah, indah sekali” kata Ifa sambil menghirup nafas dalam-dalam dan melepaskannya dengan mengucap hamdalah dan memuji keagungan Allah yang menciptakan segala yang ada di bumi ini dengan keindahan yang tiada terkira.
“Bagaimana Dew, apa yang kamu rasakan? Baru kali ini kan kamu melihatnya?” Tanya Ifa dengan mata tidak berpaling dari memandang sang mentari pagi yang begitu menakjubkan itu.
Dewi yang baru kali pertama melihatnya terdiam penuh rasa takjub hingga sulit baginya untuk mengungkapkan keindahan yang ia lihat.
“Selamu liburan ini aku selalu kesini setiap pagi dan sore hari. Sayang untuk di lewatkan, di Jakarta tidak ada yang seperti ini.” Lanjut Ifa.
“Benar-benar indah Fa, subhanallah” kata Dewi lembut.
“Sayang sekali aku baru menikmatinya sekarang, padahal sudah duapuluh tahun aku hidup di bumi Allah ini.” Lanjut Dewi.
“Sudah nikmati saja, besok kita harus kembali ke Jakarta dan kembali pada rutinitas. Yang terpenting adalah sekarang kamu sudah tahu betapa agungnya ciptaan Allah itu.” Kata Ifa terus memandangi mentari pagi yang mulai menampakkan cahaya menyilaukan namun tetap indah itu.
“Eeee, Fa! Kemarin kamu bilang tidak pernah melewatkan sunrise, terus kalau di Jakarta kamu dimana melihatnya?” Tanya Dewi tiba-tiba.
Ifa hanya tersenyum melihat teman Dewi yang bertanya-tanya. “Nanti kalau sudah di Jakarta aku tunjukkan. Sekarang kita pulang ya, mataharinya sudah menyilaukan.” Ajak dewi.
-----------------------------------
“Fa, ayo katanya kamu mau mengajak ku ke tempat yang bisa melihat mentari pagi terbit?” Ajak Dewi setelah sholat subuh berjemaah di kamar Ifa.
“Dewiii, kita baru saja tiba di kost. Sekarang juga baru jam setengah lima pagi. Aku tahu jam terbitnya matahari pagi disini, jadi kamu tenang dan tunggu intruksi dari ku yaaa..” Kata Ifa merebahkan badannya ke kasur kecil di sudut kamarnya.
“Ayolah Fa, aku sudah tidak sabar ni.”
“Dew, Dew. Dulu saja kamu diajakin melihat sunrise tidak pernah mau. Kok sekarang jadi kamu yang begitu bersemangat.” Senyum simpul menghiasi wajah cantik Ifa.
“Ya sudah, aku siap-siap dulu ya.”
Tak perlu berjalan lama untuk tiba di sebuah taman tempat Ifa biasa melihat mentari pagi, karena memang tempat itu tidak jauh dari kost mereka berdua. Taman yang unik, terdapat banyak bungan-bunga kecil yang indah juga disana.
“Wah, taman ini bagus banget Fa. Kok aku tidak tahu ya, padahal dekat dengan kost kita.” Kata Dewi dengan mata berbinar-binar melihat bunga-bunga indah itu.
Ifa hanya diam melihat ke arah timur dan sesekali melihat jam tangan. “Satu menit lagi Dew.” Katanya menarik tangan Dewi mendekat ke pinggir taman.
“Ayo lihat ke sana Dew, tepat jam enam lebih tiga menit.” Ifa menunjuk ke arah terbitnya matahari pagi.
Cahaya merah ke emasan pun terlihat indah di ujung bangunan-banguna yang menyeruak tinggi mengalahkan pohon-pohon. Di temani dengan suara bising mobil yang berlalu lalang di kejauhan seratus meter dari tempat Ifa dan Dewi berdiri. Mereka tanpak begitu asyik melihat keindahan mentari pagi ini.
“Subhanallah, ini indah sekali Fa. Wajar saja kalau kamu selalu menghilang setelah subuh” cetus Dewi.
“Kamu berlebihan Dew,’ kata Ifa tersenyum
“Ia akan bertahan tigabelas menit menampakkan cahaya merah ke emasan seperti itu. Dua menit lagi dia akan mulai menanpakkan cahaya menyilaukan. Setelah itu kita pulang ya.” Lanjut Ifa.
“Kamu tahu banyak tentang matahri pagi Fa, sampai-sampai lamanya ia menampakkan cahaya kemerahan saja kamu tahu.” Kata Ifa tersenyum pada temannya itu.
“Kamu mencari apa Fa?” Tanya Dewi heran melihat Ifa celingukan kanan kiri seperti mencari sesuatu.
“Ah tidak” jawab Ifa menyembunyikan sesuatu.
“Ayo kita pulang.” Elaknya.
------------------------------------------
“Ma, aku keluar dulu ya.”
“Kamu mau kemana Iz,?”
“Aku ke taman sebentar Ma.”
“tapi ini masih pagi sekali, tunggulah sebentar lagi”
“Tidak apa-apa Ma, Aku berangkat sekarang saja. Daaa Mama. Assalamu’alaikum.”
‘sudah hampir sebulan dia tidak pernah kelihatan, apa dia sudah bosan melihat mentari pagi ya’ pikir Faiz.
Jantung Faiz berdetak kencang saat tiba di taman. Ia melihat orang yang selalu ia tunggu kehadirannya setelah hampir sebulan menghilang. Perempuan itu semakin anggun di mata Faiz, kerudung biru yang dikenakannya pagi ini terlihat indah di tiup semilir angin pagi. Mata perempuan itu yang selalu berbinar kala memandang sang mentari seolah kebahagiaan tak pernah surut dalam hidupnya. Senyum simpul yang selalu ia tebarkan kepada semua orang yang di temui perempuan itu semakin menjadikannya bak seorang Ratu di taman itu. Wajah cantiknya yang rupawan meneduhkan bagi yang melihatnya. Semua itu membuat hati dan pikiran Faiz kian berkecamuk. Sejak melihat wanita itu enam bulan yang lalu di tempat yang sama dengan saat ini ia melihatnya, Faiz memang sering terbayang wajahnya yang babyface. Aneh memang karena ia sendiri tidak mengenal bahkan nama wanita itu pun ia tidak tahu. Namun ada kenyamanan dalam dirinya saat melihat wanita itu. Ia hanya memandang dari sudut taman sembari menatap dan mengagungkan ciptaan Allah yang begitu indah, sama seperti yang dilakukan wanita itu setiap paginya.
‘siapa orang di sebelahnya itu?’ Tanya Faiz dalam hati. Tidak biasanya ia melihat wanita itu membawa seseorang ke taman itu sejak pertama kali ia melihatnya, bisa di bilang ini adalah kali pertama ia melihatnya membawa teman. Wanita itu tanpak menunjukkan kepada temannya tempat matahari terbit. Senyumnya tidak berubah, masih seperti kemarin-kemarin walaupun sudah lama ia tidak melihatnya. Senyum itu tetap penuh semangat yang membuat hati Faiz semakin terpaut padanya.
Setelah mentari pagi mulai menyilaukan, Faiz pun melangkah pulang. Ia berada di belakang kedua perempuan itu tadi, tapi sepertinya mereka tidak menyadari keberedaan Faiz di belakang mereka sebelum akhirnya mereka berjalan beda arah.
------------------------------
“Fa, aku mau nikah.” Kata Dewi menghentikan jari-jari lentik Ifa yang sedang asyik mengetik.
“Sama siapa Dew?” Tanya Ifa penasaran.
“Nah, itu dia aku juga belum tahu Fa. Rencananya aku mau minta dicarikan sama murrabbi kita. Bagaimana menurut mu Fa? ”jawab Dewi tersenyum kecil.
“Menurut ku kalau kamu sudah siap ya lanjutkan saja. Toh kuliah juga sudah tinggal menunggu wisuda. Dan niat kamu juga baik menjalankan sunnah nabi. Allah pun sudah menganjurkan kepada umatnya yang sudah siap untuk segera menikah, ‘Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.’ nanti aku bantuin deh bilang ke ummi” kata Ifa panjang lebar.
“Serius Fa?”
“Iya, Insyaallah.”
---------------------
“Ustad, saya mau meminta bantuan ustad.” Kata Faiz, ragu-ragu.
“Saya mau minta di carikan jodoh ustad.” Lanjutnya tertunduk malu.
“Kamu serius Iz, kamu sudah siap?” Tanya ustad Furqon, murrabbi nya Faiz.
“insaallah siap ustad.” Jawab Faiz mantab.
“Baiklah kalau begitu, kebetulan kemarin ada seorang akhwat yang juga minta dicarikan jodoh. Dia seorang mahasiswa semester akhir yang tinggal menunggu wisuda. Ini profilnya, silahkan kamu baca kalau setuju kita lanjutkan.”
Dalam hati sangat berharap bahwa profil itu milik wanita yang sering di lihatnya di taman setiap pagi itu. Setelah berusaha menenangkan diri Faiz pun membuka profil di tangannya, alangkah terkejutnya ia setelah melihat fotonya ternyata yang ada di sana adalah orang yang di bawa oleh wanita itu ke taman ke marin. Dalam hati sedikit menolak, namun ia coba untuk tenang dan istikhara memohon petunjuk pada Allah. Setelah beberapa kali istikhara jawaban yang ia dapat adalah wanita dalam foto itu yang selalu ada dalam mimpinya bukan wanita yang ia lihat di taman setiap pagi itu.
“Bagaimana, kamu sudah mendapat keputusan?” Tanya ustad Furqo pada Faiz.
“iya Ustad, saya sudaj istikhara. Dan jawabannya adalah iya Dewi Indah Kelana lah yang ada dalam mimpi saya.” Jawabnya
“Kalau begitu kita lanjutkan.”
“Tapi ustad, ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Saya masih kepikiran dengan teman wanita itu. Karena jujur usta, saya sukanya sama temannya Dewi. Saya juga merasa dial ah yang terbaik bagi saya.” Terang Faiz.
“Jadi kamu sudah mengenal Dewi?”
“Tidak sebelum membaca profilnya, Ustad.”
“Lantas kamu mengenal temannya Dewi itu?”
“Tidak juga ustad”
“Lalu mengapa kamu begitu yakin bahwa dia itu yang terbaik untuk mu sedang Allah menunjukkan Dewi bagi mu.”
“Dengar Faiz, apa yang menurut kita baik belum tentu itu baik di mata Allah, begitu pula sebaliknya kadang apa yang tidak kita sukai malah itu yang terbaik untuk kita. Mantapkan hati mu.”
Setelah berkali-kali melalui berbagai pertimbangan, akhirna Faiz memutuskan untuk melanjutkan niatnya. ‘Toh belum tentu juga temannya Dewi itu akan menerimanya jika ia melamarnya’ pikirnya.
---------------------------
“Fa, ini undangan pernikahan ku. Datang ya!” Kata Dewi tersenyum manis sambil menyerahkan undangan berwana biru.
“Ini undangannya aku desain sesuai warna kesukaan mu lho Fa, kebetulan mas Faiz juga suka warna biru.” Lanjutnya.
“Waa.. Senang sekali rasanya melihat teman ku ini bahagia. Selamat ya!”
“Oke, aku ke sana dulu ya Fa.” Pamit Dewi.
“Faiz, heemm. Jadi penasaran.” Kata Ifa.
Seminggu setelah ia menerima undangan dari Dewi, pagi-pagi sekali Ifa sudah bersiap ke
walimahan Dewi. Tepat jam tujuh ia berangkat dari kost menuju rumah Faiz. Setiba disana Ifa langsung berbaris mengantri untuk mengucapkan selamat kepada pengantin.
Dari kejauhan Ifa melihat seseorang yang taka sing baginya, walau tak mengenalnya. Ia melihat seseorang yang sering memperhatikannya di taman setiap pagi. Orang yang sering merasuki pikirannya. Orang yang bisa membuat galau hatinya. Tak terasa air mata menetes dari pelupuk mata indahnya. ‘Ya Allah, aku tidak tahu mau senang atau menangis sekarang ini. Kuatkan aku ya Allah, setidaknya setelah aku mengucapkan selamat pada Dewi.’ lirihny sambil menahan tangis dan sesak di dada.
Saat berhadapan dengan Faiz, rasanya kata-kata tertahan di tenggorokannya. Hatinya berkecamuk tak karuan, ia hanya tertunduk. Begitupun dengan Faiz, hatinya masih berdegup kencang saat melihat Ifa, wanita yang sering merasuki pikirannya sebelum menikah pada Dewi. Ketika mata mereka bertemu, tersirat kesedihan di mata keduanya. “Selamat ya Faiz.” Kata Ifa tanpa panjang lebar langsung menundukkan pandangannya dan beralih menatap Dewi yang penuh kebahagian.
“Selamat ya Deeeww.” Kata Ifa menghambur kepelukan Dewi semabri menyembunyikan sakit di hatinya, ia tidak mau melihat sahabatnya itu sedih karena tahu isi hatinya.
“Iya, Syukron ya Fa. Kamu kapan nyusul?” Tanya Dewi berbinar-binar.
“Nantilah tunggu saja.” Jawabnya singkat.
“Dew, aku langsung pulang ya. Afwan tidak bisa menemani mu.”
“Yah, kok gitu. Kamu sibuk banget ya.?” Tanya Dewi manja.
“Nannti aku sudah janji sama dosen pembimbing untuk merevisi skripsi ku. Tidak apa-apa kan?”
“Oh gitu, ya sudah kamu yang semangat ya Fa, segera nyusul aku lho?”
“Bahagialah duhai sahabat ku” ujar Ifa tersenyum dan langsung meninggalkan Dewi tanpa melihat Faiz.
Setiba di kost nya, air mata pun sudah tak terbendung lagi hingga mereka menetes membasahi pipi paras cantik Ifa. ‘Ya Robbi, kenapa hati ini begitu sakit. Padahal sama sekali aku tidak mengenal lelaki itu. Dan harusnya aku bahagia melihat kebahagiaan sahabat ku. Betapa tidak adilnya aku yang berlaku sperti ini dengan sahabat ku sendiri. Tapi tidak bisa di pungkiri rasa ku pun ada untuk Faiz. Aku ini aneh Ya Allah, nama nya saja aku baru tahu sekarang namun rasa itu sudah merekah begitu besar.’ lirih Ifa dalam isak tangisnya di sudut kamar kost nya yang luas namun terasa sempit kala ini.
Dengan mata yang bengkak karena menangis ia pun bangun malam untuk bermunajah pada Allah di sepertiga malam-Nya. Keluar ia ke teras depan kost nya menengadah ke langit, ternyata Allah selalu memberikan hiasan di langit. Bintang-bintang mala mini pun tidak seperti biasanya, mereka terlihat ramai di temani bulan sabit yang tersenyum manis padanya. ‘Dan sesungguhnya Kami menciptakan bintang-bintang (dilangit) dan Kami telah hiasi langit itu bagi orang-orang yang memandangnya’.
“Subhanallah, indah sekali malam ini. Teimakasih Ya Allah, Engkau menghibur ku dengan keindahan ini” kata Ifa yang kemudian masuk dan berwudhu untuk sholat tahajud malam ini.
Dalam do’a nya ia mengadu pada Sang Pencipta. ‘Ya Allah, kuatkan hati ini hingga ia takkan pernah sakit hanya karena umat-Mu. Sucikanlah jiwa ini hingga hanya cinta kepada-Mu lah ia disibukkan. Ampuni aku Ya Ghofar yang telah salah memprioritaskan cinta. Terimakasih Engkau telah menegur ku Ya Allah. Bimbing aku untuk menata kembali hati ini Ya Rabbi. Bantu aku untuk ikhlas atas segala yang terjadi dalam hidup ku. Hanya kepada-Mu lah tempat ku bermohon, aku mohon agar kelak diberikan jodoh dan kehidupan yang terbaik bagi ku.’
“Amin ya Rabbal ‘alamin.”
Dan tetesan bening pun membasahi sajadah biru kesayangannya. Sungguh Allah adalah tempat curhat terbaik bagi hamba-Nya yang mengetahui.
-----------------------------------The End------------------------------
.
“Dew, aku suka sekali melihat bulan dan bintang apalagi saat mereka bersama berdekata.” Kata Ifa tersenyum memandangi langit malam itu yang begitu cerah hingga berat untuk ditinggalkan.
“Kamu ini aneh Fa, rasanya kok aku melihatnya biasa saja ya. Tidak ada istimewa-istimewanya.” Cetus Dewi heran melihat Ifa begitu asyik menengadah ke langit dengan senyum yang tak henti ia pancarkan.
“Fa,!”
“Iya.”
“Kamu kenapa sih begitu menyukai langit malam dengan pernak perniknya seperti bulan dan bintang juga tak kalah sukanya melihat sunrise ataupun sunset?”
“Kenapa Dew, apa terlihat aneh aku menyukai mereka?”
“Eeemm..”
“Begini Dew.”
“Matahari, Bulan, bintang, dan semua yang ada di jagat raya ini, semua itu tidak diciptakan Allah tanpa tujuan. Dalam Firman-Nya di surat Ali Imran ayat 191, Dia sudah menjelaskan. ‘Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini sia-sia, maka periharalah kami dari siksa neraka’
“Sejatinya banyak hal yang bisa kita petik manfaatnya dari mereka. Sadar atau tidak, mereka (bulan dan bintang) sangat bermanfaat bagi kita terutama pada malam hari. Dan saat kita memanfaatkan mereka (baca:cahayanya) kita paling berujar ‘untung ada cahaya bulan’ atau ‘Alhamdulillah malam ini bulan sebagai penerang’. Hanya sekedar mengucap syukur sesaat.”
“Beda halnya pada saat kita memandangi mereka dengan seksama, rasanya seperti menyatu dengan mereka, selain ilmu pengetahuan ada keindahan tersendiri di sana, karena Allah menciptakan mereka memang sebagai hiasan bagi mereka yang memandanginya. Ini juga ada dalam Firman-Nya dalam surat Al-Hijr ayat ke 16. ‘Dan sesungguhnya Kami menciptakan bintang-bintang (dilangit) dan Kami telah hiasi langit itu bagi orang-orang yang memandangnya’.”
“Hanya orang-orang yang mau memandangi merekalah yang bisa mengetahui betapa indahnya mereka diciptakan Allah. Bahkan bagi mereka ahli hikmah penciptaan Matahari, Bulan, dan Bintang bukan hanya sebagai hiasan atau ilmu pengetahuan, tetapi mempunyai manfaat tertentu bagi kehidupan spiritual. Berdasarkan petunjuk Ilahi bahwa energy cahaya Matahari, Bulan, dan Bintang dapat di tarik ke dalam tubuh kita.”
“Selain itu mereka juga bisa meluluhlantakkan syetan, dalam surat Al-Mulk ayat 5 Allah berfirman ‘Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang itu sebagai alat-alat pelempar syeitan…’. Sungguh sangat banyak manfaat diciptakannya bintang-bintang itu”
“Manusia sebagai makhluk yang sempurna diberikan hati nurani dan fikiran dituntut untuk memikirkan semua ciptaan Allah, agar bertambah iman dan rasa syukur kepada Sang Pencipta jagat Raya ini.” Terang Ifa panjang lebar.
“Terus kamu selalu menanti mentari pagi yang kata mu juga sangat cantik itu juga karena itu. Karena kamu ingin memandangi keindahan ciptaan Allah dan kemudian mengagungkan-Nya. Begitu kan?” Kata Dewi menyimpulkan.
Ifa hanya tersenyum melihat temannya yang terlihat masih mencerna dan menganalisa peenjelasannya barusan.
-------------------------------
Pagi-pagi sekali setelah sholat subuh ponsel Dewi bordering, ada pesan dari Ifa. “Assalamu’alaikum. Dew, pagi ini aku mau ke pantai melihat mentari pagi. Kamu mau ikut?”. Setelah mendengarkan penjelasan Ifa dua hari yang lalu entah kenapa Dewi juga mulai tertarik memandangi keindahan-keindahan yang telah Allah ciptakan. Tanpa pikir panjang Dewi pun langsung mengiyakan ajakan Ifa dan langsung bergegas bersiap menuju rumah Ifa. Kebetulan rumah mereka berdua berdekatan dan juga dekat dengan pantai, pantai utara Indonesia tepatnya di Bangka.
Pantai utara, pesonanya begitu indah, ia mampu menyihir siapapun yang datang berkunjung untuk melihat keindahannya. Sunrise yang begitu menghangatkan penuh dengan keindahan yang tiada terkira di pagi hari. Begitupun sunset, ia mampu menyulap panasnya bumi siang hari menjadi keindahan yang menentramkan. Cahayanya yang merah keemasan menjadikan mata tak ingin beralih darinya.
Pantai Penusuk, itulah yang menjadi tujuan Ifa dan Dewi pagi ini. Mereka ingin memandangi salah satu hiasan langit pagi hari di pantai itu. Karena pantai yang tidak begitu jauh dari rumah mereka, maka tidak perlu lama bagi mereka berdua untuk mencapainya. Memasuki kawasan pantai penusuk dari kejauhan sudah terlihat hamparan birunya laut, diantara pohon kelapa dan ilalang yang tumbuh liar di lapangan landai yang memisahkan antara badan jalan dengan Pantai Penusuk. Setelah melewati jalan yang menurun, terlihatlah pesona indah Pantai Penusuk yang di dominasi Tumpukan batu granit dikanan kirinya sehingga membentuk sebuah ceruk berpadu dengan hijaunya perpohonan pesisir pantai yang tumbuh diantara sela-sela bebatuan granit. Di ujung laut seberang sana terlihat sang mentari malu-malu menyembunyikan sebagian darinya di belakang laut yang kemudian mulai beranjak naik.
“Subhanallah, indah sekali” kata Ifa sambil menghirup nafas dalam-dalam dan melepaskannya dengan mengucap hamdalah dan memuji keagungan Allah yang menciptakan segala yang ada di bumi ini dengan keindahan yang tiada terkira.
“Bagaimana Dew, apa yang kamu rasakan? Baru kali ini kan kamu melihatnya?” Tanya Ifa dengan mata tidak berpaling dari memandang sang mentari pagi yang begitu menakjubkan itu.
Dewi yang baru kali pertama melihatnya terdiam penuh rasa takjub hingga sulit baginya untuk mengungkapkan keindahan yang ia lihat.
“Selamu liburan ini aku selalu kesini setiap pagi dan sore hari. Sayang untuk di lewatkan, di Jakarta tidak ada yang seperti ini.” Lanjut Ifa.
“Benar-benar indah Fa, subhanallah” kata Dewi lembut.
“Sayang sekali aku baru menikmatinya sekarang, padahal sudah duapuluh tahun aku hidup di bumi Allah ini.” Lanjut Dewi.
“Sudah nikmati saja, besok kita harus kembali ke Jakarta dan kembali pada rutinitas. Yang terpenting adalah sekarang kamu sudah tahu betapa agungnya ciptaan Allah itu.” Kata Ifa terus memandangi mentari pagi yang mulai menampakkan cahaya menyilaukan namun tetap indah itu.
“Eeee, Fa! Kemarin kamu bilang tidak pernah melewatkan sunrise, terus kalau di Jakarta kamu dimana melihatnya?” Tanya Dewi tiba-tiba.
Ifa hanya tersenyum melihat teman Dewi yang bertanya-tanya. “Nanti kalau sudah di Jakarta aku tunjukkan. Sekarang kita pulang ya, mataharinya sudah menyilaukan.” Ajak dewi.
-----------------------------------
“Fa, ayo katanya kamu mau mengajak ku ke tempat yang bisa melihat mentari pagi terbit?” Ajak Dewi setelah sholat subuh berjemaah di kamar Ifa.
“Dewiii, kita baru saja tiba di kost. Sekarang juga baru jam setengah lima pagi. Aku tahu jam terbitnya matahari pagi disini, jadi kamu tenang dan tunggu intruksi dari ku yaaa..” Kata Ifa merebahkan badannya ke kasur kecil di sudut kamarnya.
“Ayolah Fa, aku sudah tidak sabar ni.”
“Dew, Dew. Dulu saja kamu diajakin melihat sunrise tidak pernah mau. Kok sekarang jadi kamu yang begitu bersemangat.” Senyum simpul menghiasi wajah cantik Ifa.
“Ya sudah, aku siap-siap dulu ya.”
Tak perlu berjalan lama untuk tiba di sebuah taman tempat Ifa biasa melihat mentari pagi, karena memang tempat itu tidak jauh dari kost mereka berdua. Taman yang unik, terdapat banyak bungan-bunga kecil yang indah juga disana.
“Wah, taman ini bagus banget Fa. Kok aku tidak tahu ya, padahal dekat dengan kost kita.” Kata Dewi dengan mata berbinar-binar melihat bunga-bunga indah itu.
Ifa hanya diam melihat ke arah timur dan sesekali melihat jam tangan. “Satu menit lagi Dew.” Katanya menarik tangan Dewi mendekat ke pinggir taman.
“Ayo lihat ke sana Dew, tepat jam enam lebih tiga menit.” Ifa menunjuk ke arah terbitnya matahari pagi.
Cahaya merah ke emasan pun terlihat indah di ujung bangunan-banguna yang menyeruak tinggi mengalahkan pohon-pohon. Di temani dengan suara bising mobil yang berlalu lalang di kejauhan seratus meter dari tempat Ifa dan Dewi berdiri. Mereka tanpak begitu asyik melihat keindahan mentari pagi ini.
“Subhanallah, ini indah sekali Fa. Wajar saja kalau kamu selalu menghilang setelah subuh” cetus Dewi.
“Kamu berlebihan Dew,’ kata Ifa tersenyum
“Ia akan bertahan tigabelas menit menampakkan cahaya merah ke emasan seperti itu. Dua menit lagi dia akan mulai menanpakkan cahaya menyilaukan. Setelah itu kita pulang ya.” Lanjut Ifa.
“Kamu tahu banyak tentang matahri pagi Fa, sampai-sampai lamanya ia menampakkan cahaya kemerahan saja kamu tahu.” Kata Ifa tersenyum pada temannya itu.
“Kamu mencari apa Fa?” Tanya Dewi heran melihat Ifa celingukan kanan kiri seperti mencari sesuatu.
“Ah tidak” jawab Ifa menyembunyikan sesuatu.
“Ayo kita pulang.” Elaknya.
------------------------------------------
“Ma, aku keluar dulu ya.”
“Kamu mau kemana Iz,?”
“Aku ke taman sebentar Ma.”
“tapi ini masih pagi sekali, tunggulah sebentar lagi”
“Tidak apa-apa Ma, Aku berangkat sekarang saja. Daaa Mama. Assalamu’alaikum.”
‘sudah hampir sebulan dia tidak pernah kelihatan, apa dia sudah bosan melihat mentari pagi ya’ pikir Faiz.
Jantung Faiz berdetak kencang saat tiba di taman. Ia melihat orang yang selalu ia tunggu kehadirannya setelah hampir sebulan menghilang. Perempuan itu semakin anggun di mata Faiz, kerudung biru yang dikenakannya pagi ini terlihat indah di tiup semilir angin pagi. Mata perempuan itu yang selalu berbinar kala memandang sang mentari seolah kebahagiaan tak pernah surut dalam hidupnya. Senyum simpul yang selalu ia tebarkan kepada semua orang yang di temui perempuan itu semakin menjadikannya bak seorang Ratu di taman itu. Wajah cantiknya yang rupawan meneduhkan bagi yang melihatnya. Semua itu membuat hati dan pikiran Faiz kian berkecamuk. Sejak melihat wanita itu enam bulan yang lalu di tempat yang sama dengan saat ini ia melihatnya, Faiz memang sering terbayang wajahnya yang babyface. Aneh memang karena ia sendiri tidak mengenal bahkan nama wanita itu pun ia tidak tahu. Namun ada kenyamanan dalam dirinya saat melihat wanita itu. Ia hanya memandang dari sudut taman sembari menatap dan mengagungkan ciptaan Allah yang begitu indah, sama seperti yang dilakukan wanita itu setiap paginya.
‘siapa orang di sebelahnya itu?’ Tanya Faiz dalam hati. Tidak biasanya ia melihat wanita itu membawa seseorang ke taman itu sejak pertama kali ia melihatnya, bisa di bilang ini adalah kali pertama ia melihatnya membawa teman. Wanita itu tanpak menunjukkan kepada temannya tempat matahari terbit. Senyumnya tidak berubah, masih seperti kemarin-kemarin walaupun sudah lama ia tidak melihatnya. Senyum itu tetap penuh semangat yang membuat hati Faiz semakin terpaut padanya.
Setelah mentari pagi mulai menyilaukan, Faiz pun melangkah pulang. Ia berada di belakang kedua perempuan itu tadi, tapi sepertinya mereka tidak menyadari keberedaan Faiz di belakang mereka sebelum akhirnya mereka berjalan beda arah.
------------------------------
“Fa, aku mau nikah.” Kata Dewi menghentikan jari-jari lentik Ifa yang sedang asyik mengetik.
“Sama siapa Dew?” Tanya Ifa penasaran.
“Nah, itu dia aku juga belum tahu Fa. Rencananya aku mau minta dicarikan sama murrabbi kita. Bagaimana menurut mu Fa? ”jawab Dewi tersenyum kecil.
“Menurut ku kalau kamu sudah siap ya lanjutkan saja. Toh kuliah juga sudah tinggal menunggu wisuda. Dan niat kamu juga baik menjalankan sunnah nabi. Allah pun sudah menganjurkan kepada umatnya yang sudah siap untuk segera menikah, ‘Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.’ nanti aku bantuin deh bilang ke ummi” kata Ifa panjang lebar.
“Serius Fa?”
“Iya, Insyaallah.”
---------------------
“Ustad, saya mau meminta bantuan ustad.” Kata Faiz, ragu-ragu.
“Saya mau minta di carikan jodoh ustad.” Lanjutnya tertunduk malu.
“Kamu serius Iz, kamu sudah siap?” Tanya ustad Furqon, murrabbi nya Faiz.
“insaallah siap ustad.” Jawab Faiz mantab.
“Baiklah kalau begitu, kebetulan kemarin ada seorang akhwat yang juga minta dicarikan jodoh. Dia seorang mahasiswa semester akhir yang tinggal menunggu wisuda. Ini profilnya, silahkan kamu baca kalau setuju kita lanjutkan.”
Dalam hati sangat berharap bahwa profil itu milik wanita yang sering di lihatnya di taman setiap pagi itu. Setelah berusaha menenangkan diri Faiz pun membuka profil di tangannya, alangkah terkejutnya ia setelah melihat fotonya ternyata yang ada di sana adalah orang yang di bawa oleh wanita itu ke taman ke marin. Dalam hati sedikit menolak, namun ia coba untuk tenang dan istikhara memohon petunjuk pada Allah. Setelah beberapa kali istikhara jawaban yang ia dapat adalah wanita dalam foto itu yang selalu ada dalam mimpinya bukan wanita yang ia lihat di taman setiap pagi itu.
“Bagaimana, kamu sudah mendapat keputusan?” Tanya ustad Furqo pada Faiz.
“iya Ustad, saya sudaj istikhara. Dan jawabannya adalah iya Dewi Indah Kelana lah yang ada dalam mimpi saya.” Jawabnya
“Kalau begitu kita lanjutkan.”
“Tapi ustad, ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Saya masih kepikiran dengan teman wanita itu. Karena jujur usta, saya sukanya sama temannya Dewi. Saya juga merasa dial ah yang terbaik bagi saya.” Terang Faiz.
“Jadi kamu sudah mengenal Dewi?”
“Tidak sebelum membaca profilnya, Ustad.”
“Lantas kamu mengenal temannya Dewi itu?”
“Tidak juga ustad”
“Lalu mengapa kamu begitu yakin bahwa dia itu yang terbaik untuk mu sedang Allah menunjukkan Dewi bagi mu.”
“Dengar Faiz, apa yang menurut kita baik belum tentu itu baik di mata Allah, begitu pula sebaliknya kadang apa yang tidak kita sukai malah itu yang terbaik untuk kita. Mantapkan hati mu.”
Setelah berkali-kali melalui berbagai pertimbangan, akhirna Faiz memutuskan untuk melanjutkan niatnya. ‘Toh belum tentu juga temannya Dewi itu akan menerimanya jika ia melamarnya’ pikirnya.
---------------------------
“Fa, ini undangan pernikahan ku. Datang ya!” Kata Dewi tersenyum manis sambil menyerahkan undangan berwana biru.
“Ini undangannya aku desain sesuai warna kesukaan mu lho Fa, kebetulan mas Faiz juga suka warna biru.” Lanjutnya.
“Waa.. Senang sekali rasanya melihat teman ku ini bahagia. Selamat ya!”
“Oke, aku ke sana dulu ya Fa.” Pamit Dewi.
“Faiz, heemm. Jadi penasaran.” Kata Ifa.
Seminggu setelah ia menerima undangan dari Dewi, pagi-pagi sekali Ifa sudah bersiap ke
walimahan Dewi. Tepat jam tujuh ia berangkat dari kost menuju rumah Faiz. Setiba disana Ifa langsung berbaris mengantri untuk mengucapkan selamat kepada pengantin.
Dari kejauhan Ifa melihat seseorang yang taka sing baginya, walau tak mengenalnya. Ia melihat seseorang yang sering memperhatikannya di taman setiap pagi. Orang yang sering merasuki pikirannya. Orang yang bisa membuat galau hatinya. Tak terasa air mata menetes dari pelupuk mata indahnya. ‘Ya Allah, aku tidak tahu mau senang atau menangis sekarang ini. Kuatkan aku ya Allah, setidaknya setelah aku mengucapkan selamat pada Dewi.’ lirihny sambil menahan tangis dan sesak di dada.
Saat berhadapan dengan Faiz, rasanya kata-kata tertahan di tenggorokannya. Hatinya berkecamuk tak karuan, ia hanya tertunduk. Begitupun dengan Faiz, hatinya masih berdegup kencang saat melihat Ifa, wanita yang sering merasuki pikirannya sebelum menikah pada Dewi. Ketika mata mereka bertemu, tersirat kesedihan di mata keduanya. “Selamat ya Faiz.” Kata Ifa tanpa panjang lebar langsung menundukkan pandangannya dan beralih menatap Dewi yang penuh kebahagian.
“Selamat ya Deeeww.” Kata Ifa menghambur kepelukan Dewi semabri menyembunyikan sakit di hatinya, ia tidak mau melihat sahabatnya itu sedih karena tahu isi hatinya.
“Iya, Syukron ya Fa. Kamu kapan nyusul?” Tanya Dewi berbinar-binar.
“Nantilah tunggu saja.” Jawabnya singkat.
“Dew, aku langsung pulang ya. Afwan tidak bisa menemani mu.”
“Yah, kok gitu. Kamu sibuk banget ya.?” Tanya Dewi manja.
“Nannti aku sudah janji sama dosen pembimbing untuk merevisi skripsi ku. Tidak apa-apa kan?”
“Oh gitu, ya sudah kamu yang semangat ya Fa, segera nyusul aku lho?”
“Bahagialah duhai sahabat ku” ujar Ifa tersenyum dan langsung meninggalkan Dewi tanpa melihat Faiz.
Setiba di kost nya, air mata pun sudah tak terbendung lagi hingga mereka menetes membasahi pipi paras cantik Ifa. ‘Ya Robbi, kenapa hati ini begitu sakit. Padahal sama sekali aku tidak mengenal lelaki itu. Dan harusnya aku bahagia melihat kebahagiaan sahabat ku. Betapa tidak adilnya aku yang berlaku sperti ini dengan sahabat ku sendiri. Tapi tidak bisa di pungkiri rasa ku pun ada untuk Faiz. Aku ini aneh Ya Allah, nama nya saja aku baru tahu sekarang namun rasa itu sudah merekah begitu besar.’ lirih Ifa dalam isak tangisnya di sudut kamar kost nya yang luas namun terasa sempit kala ini.
Dengan mata yang bengkak karena menangis ia pun bangun malam untuk bermunajah pada Allah di sepertiga malam-Nya. Keluar ia ke teras depan kost nya menengadah ke langit, ternyata Allah selalu memberikan hiasan di langit. Bintang-bintang mala mini pun tidak seperti biasanya, mereka terlihat ramai di temani bulan sabit yang tersenyum manis padanya. ‘Dan sesungguhnya Kami menciptakan bintang-bintang (dilangit) dan Kami telah hiasi langit itu bagi orang-orang yang memandangnya’.
“Subhanallah, indah sekali malam ini. Teimakasih Ya Allah, Engkau menghibur ku dengan keindahan ini” kata Ifa yang kemudian masuk dan berwudhu untuk sholat tahajud malam ini.
Dalam do’a nya ia mengadu pada Sang Pencipta. ‘Ya Allah, kuatkan hati ini hingga ia takkan pernah sakit hanya karena umat-Mu. Sucikanlah jiwa ini hingga hanya cinta kepada-Mu lah ia disibukkan. Ampuni aku Ya Ghofar yang telah salah memprioritaskan cinta. Terimakasih Engkau telah menegur ku Ya Allah. Bimbing aku untuk menata kembali hati ini Ya Rabbi. Bantu aku untuk ikhlas atas segala yang terjadi dalam hidup ku. Hanya kepada-Mu lah tempat ku bermohon, aku mohon agar kelak diberikan jodoh dan kehidupan yang terbaik bagi ku.’
“Amin ya Rabbal ‘alamin.”
Dan tetesan bening pun membasahi sajadah biru kesayangannya. Sungguh Allah adalah tempat curhat terbaik bagi hamba-Nya yang mengetahui.
-----------------------------------The End------------------------------
.
Putri Di Balik Layar (3)
Sepertinya Allah memang telah men’set’ hati yang setegar karang di lautan bagi Putri, hingga ia tetap tegar menghadapi hantaman badai kehidupan. Kekuatan yang ia tanamkan dalam jiwanya semenjak sang ayah menghadap Sang Pencipta, selalu ia jaga agar tetap pada hakikatnya. Namun Putri tetaplah seorang perempuan yang sulit menahan beningnya butiran di mata indahnya. Selalu ada air mata yang membasahi mata Putri setiap malam kala ia mengadu pada Sang Khalik.
“Ya Allah, aku butuh sesorang untuk mendengarkan curahan hati ku” desah Putri dalam do’anya.
“Ayah, need you here”
Beberapa hari ini adalah hal yang cukup berat namun menantang bagi Putri, sungguh ujian itu datang pada waktu yang sangat tepat hingga setelahnya dapat mempekuat karakter Putri untuk semakin kuat lagi. Hari ini adalah minggu kedua awal bulan desember empat tahun setelah kepergian sang ayah, masa-masa yang sulit bagi Putri dan Ibunya. Tiga hari berturut-turut Putri mengecek ATM berharap sudah mendapat kiriman dari Ibunya. Sebenarnya Putri sudah tidak mau menjadi tanggungan ibunya lagi, karena ia sangat tidak kuat saat melihat wajah ibunya yang semakin renta sangat bersemangat mencarikannya nafkah. Ia ingin sekali membebaskan ibunya dari sulitnya mencari nafkah untuknya. Namun begitu sulit baginya yang hidup di kota metropolitan yang serba butuh uang ini. Sekalipun ia mendapat beasiswa kuliah dan sudah bekerja sambilan tapi itu belum mencukupi baginya yang hidup di Jakarta. Setiap bulannya ia masih mendapat kiriman dari ibunya untuk membayar kost dan ada lebihnya sedikit, ‘ya lumayan untuk menambah uang makan’ katanya.
Tiga kali ia ke ATM, tiga kali pula ia harus menahan perut yang hanya menerima makan satu kali sehari itu. Sengaja Putri ke ATM pada malam hari, karena jika harus kecewa lagi ia bisa menyembunyikan matanya yang mulai menahan butiran bening dari orang-orang yang di temuinya di jalan pulang. Mala mini tepat malam kesepuluh awal bulan desember, ia memberanikan diri mengecek kembali ke ATM berharap kiriman sudah masuk ke ATM nya. Namun lagi-lagi ia harus pulang sambil memegang perutnya yang mulai marah karena kurang asapan makanan.
“Ya Rabbi, aku yakin Engkau lebih tahu apa yang terbaik bagi ku” lirih Putri dalam hati.
Jarak ATM dengan kostnya yang cukup jauh membuat Putri harus bertahan lebih lama menahan tangis. Sepanjang perjalanan ia hanya tertunduk malau pada diri sendiri, sesekali ia mengangkat kepalanya dan tersenyum yang sangat ia paksakan pada orang-orang yang ia temui.
“Putri?” Sapa Fathan teman kampusnya sekaligus lelaki yang mampu menggetarkan hatinya itu.
“Eh, Fathan kamu mau kemana?” Tanya Putri sedikit kaget karena sepanjang jalan ia kurang berkonsentrasi.
“Kamu kenapa Put, mata mu merah?” Kata Fathan heran dan tidak menjawab pertanyaan Putri.
“Tidak apa-apa kok. Kamu mau keman?” Tanya Putri mengalihkan pembicaraan.
“Aku mau ke ATM ambil uang.” Jawab Fathan singkat.
“Oh ya sudah, aku duluan ya.” Putri langsung berbalik meninggalkan Fathan.
----------------------------------
Setiba di kost, tertumpahlah air mata bening yang sudah tertahan sedari tadi membasahi pipi Putri yang merona. Di ambilnya selembar foto yang ia simpan di dalam al-qur’an kecilnya dengan isakan tangis yang semakin kuat.
“Ayah, maaf. Putri tidak bisa menahan air mata Putri”
“Putri benar-benar tidak kuat ayah. Semenjak ayah pergi Putri sudah berjanji untuk tegar dan kuat apapun yang terjadi. Namun kali ini airmata Putri sungguh tidak bisa di ajak kompromi. Ayah, maafkan Putri yang jadi cengeng hanya karena hal sepele seperti ini”
“Ayah, Putri tidak mau membuat ibu susah. Makanya Putri hanya bisa diam dan menunggu. Putri tidak mau mengatakan pada ibu kalau Putri kehabisan uang. Putri itu akan menambah beban pikiran ibu, Yah.”
“Hasil dari kerja sampingan Putri juga hanya seberapa dan sudah dibayarkan untuk kost Yah.”
“Ayah, Putri butuh seseorang untuk mendengarkan curahan hati Putri.”
“Putri tidak kuat memendam ini terus menerus. Tapi Putri tidak mau ada yang merasa
kasihan pada Putri, Yah.”
“Putri tidak mau dikasihani.”
“Ayah bicaralah, jangan diam saja” isakan tangis Putri sambil memendangi selembar foto dirinya dan ayahnya saat ia masih kecil dulu. Tetes demi tetes airmata membasahi kertas foto yang mulai rapuh itu.
Setelah lega Putri menangis selalu harus ada pencerahan dalam setiap sedihnya. Ia berwudhu dan sholat sunnah dua rakaat untuk mengadu pada Yang Maha Mengetahui. Ia curahkan segalanya saat itu juga.
“Ya Rabbi, aku tahu bahwa di setiap kesulitan selalu ada kemudahan di belakangnya. Aku juga tahu bahwa setiap ujian dari Mu akan menjadikan ku semakin tangguh di kemudian hari”
“Aku sadar, seharusnya ini menjadi cambuk bagi ku untuk segera bisa membahagiakan ibu dan membebaskan beliau dari menafkahi ku, malah seharusnya akulah yang sudah saatnya menafkahi beliau.”
“Ampuni aku yang terlalu lemah hingga tidak kuasa menahan genangan airmata ini.”
“Ya Allah, sungguh aku butuh seseorang yang bisa mendengarkan isi hati ku namun tidak akan mengasihani ku. Namun tidak ku temukan yang seperti itu, rasanya hanya Engkaulah tempat yang paling tepat bagi untuk mengadu”
“Ya Allah, Berikanlah kemudahan bagi ku untuk segera membahagiakan ibu.”
“Amin Ya Rabbal Alamin”
------------------------
“Bismillah” desah Putri pelan sebelum melangkahkan kakinya pagi ini menjalani hari dengan senyum sumringah seolah tidak ada masalah dalam hidupnya. Ia jadikan masalahnya sebagai pemacu semangat menjalani setiap detik helaan nafasnya.
Allah pun sangat menyayanginya, tepat akhir minggu kedua bulan desember, tanggal 14, salah satu orang tua muridnya menyuguhkan sebuah amplop sambil tersenyum setelah ia mengajar.
“Kak Putri, ini honor mengajar Kakak bulan ini dan bulan depan.” Kata Bu Ratna.
“Tapi Bu, sayakan belum selesai mengajarnya.” Kata Putri ragu-ragu.
“Iya Ka, karena saya mau pergi ke luar kota sampai bulan depan. Jadi honornya saya kasih sekarang saja ya.”
“Oh begitu, Iya terimakasih Bu Ratna.” Kata Putri penuh syukur.
“Alhamdulillah, segala puji bagi Mu ya Allah” kembali butiran itu terlihat di sudut mata Putri.
Baca Juga :
Putri Di Balik Layar Part 1
Putri Di Balik Layar Part 2
Follow me : @yesiispani
.
“Ya Allah, aku butuh sesorang untuk mendengarkan curahan hati ku” desah Putri dalam do’anya.
“Ayah, need you here”
Beberapa hari ini adalah hal yang cukup berat namun menantang bagi Putri, sungguh ujian itu datang pada waktu yang sangat tepat hingga setelahnya dapat mempekuat karakter Putri untuk semakin kuat lagi. Hari ini adalah minggu kedua awal bulan desember empat tahun setelah kepergian sang ayah, masa-masa yang sulit bagi Putri dan Ibunya. Tiga hari berturut-turut Putri mengecek ATM berharap sudah mendapat kiriman dari Ibunya. Sebenarnya Putri sudah tidak mau menjadi tanggungan ibunya lagi, karena ia sangat tidak kuat saat melihat wajah ibunya yang semakin renta sangat bersemangat mencarikannya nafkah. Ia ingin sekali membebaskan ibunya dari sulitnya mencari nafkah untuknya. Namun begitu sulit baginya yang hidup di kota metropolitan yang serba butuh uang ini. Sekalipun ia mendapat beasiswa kuliah dan sudah bekerja sambilan tapi itu belum mencukupi baginya yang hidup di Jakarta. Setiap bulannya ia masih mendapat kiriman dari ibunya untuk membayar kost dan ada lebihnya sedikit, ‘ya lumayan untuk menambah uang makan’ katanya.
Tiga kali ia ke ATM, tiga kali pula ia harus menahan perut yang hanya menerima makan satu kali sehari itu. Sengaja Putri ke ATM pada malam hari, karena jika harus kecewa lagi ia bisa menyembunyikan matanya yang mulai menahan butiran bening dari orang-orang yang di temuinya di jalan pulang. Mala mini tepat malam kesepuluh awal bulan desember, ia memberanikan diri mengecek kembali ke ATM berharap kiriman sudah masuk ke ATM nya. Namun lagi-lagi ia harus pulang sambil memegang perutnya yang mulai marah karena kurang asapan makanan.
“Ya Rabbi, aku yakin Engkau lebih tahu apa yang terbaik bagi ku” lirih Putri dalam hati.
Jarak ATM dengan kostnya yang cukup jauh membuat Putri harus bertahan lebih lama menahan tangis. Sepanjang perjalanan ia hanya tertunduk malau pada diri sendiri, sesekali ia mengangkat kepalanya dan tersenyum yang sangat ia paksakan pada orang-orang yang ia temui.
“Putri?” Sapa Fathan teman kampusnya sekaligus lelaki yang mampu menggetarkan hatinya itu.
“Eh, Fathan kamu mau kemana?” Tanya Putri sedikit kaget karena sepanjang jalan ia kurang berkonsentrasi.
“Kamu kenapa Put, mata mu merah?” Kata Fathan heran dan tidak menjawab pertanyaan Putri.
“Tidak apa-apa kok. Kamu mau keman?” Tanya Putri mengalihkan pembicaraan.
“Aku mau ke ATM ambil uang.” Jawab Fathan singkat.
“Oh ya sudah, aku duluan ya.” Putri langsung berbalik meninggalkan Fathan.
----------------------------------
Setiba di kost, tertumpahlah air mata bening yang sudah tertahan sedari tadi membasahi pipi Putri yang merona. Di ambilnya selembar foto yang ia simpan di dalam al-qur’an kecilnya dengan isakan tangis yang semakin kuat.
“Ayah, maaf. Putri tidak bisa menahan air mata Putri”
“Putri benar-benar tidak kuat ayah. Semenjak ayah pergi Putri sudah berjanji untuk tegar dan kuat apapun yang terjadi. Namun kali ini airmata Putri sungguh tidak bisa di ajak kompromi. Ayah, maafkan Putri yang jadi cengeng hanya karena hal sepele seperti ini”
“Ayah, Putri tidak mau membuat ibu susah. Makanya Putri hanya bisa diam dan menunggu. Putri tidak mau mengatakan pada ibu kalau Putri kehabisan uang. Putri itu akan menambah beban pikiran ibu, Yah.”
“Hasil dari kerja sampingan Putri juga hanya seberapa dan sudah dibayarkan untuk kost Yah.”
“Ayah, Putri butuh seseorang untuk mendengarkan curahan hati Putri.”
“Putri tidak kuat memendam ini terus menerus. Tapi Putri tidak mau ada yang merasa
kasihan pada Putri, Yah.”
“Putri tidak mau dikasihani.”
“Ayah bicaralah, jangan diam saja” isakan tangis Putri sambil memendangi selembar foto dirinya dan ayahnya saat ia masih kecil dulu. Tetes demi tetes airmata membasahi kertas foto yang mulai rapuh itu.
Setelah lega Putri menangis selalu harus ada pencerahan dalam setiap sedihnya. Ia berwudhu dan sholat sunnah dua rakaat untuk mengadu pada Yang Maha Mengetahui. Ia curahkan segalanya saat itu juga.
“Ya Rabbi, aku tahu bahwa di setiap kesulitan selalu ada kemudahan di belakangnya. Aku juga tahu bahwa setiap ujian dari Mu akan menjadikan ku semakin tangguh di kemudian hari”
“Aku sadar, seharusnya ini menjadi cambuk bagi ku untuk segera bisa membahagiakan ibu dan membebaskan beliau dari menafkahi ku, malah seharusnya akulah yang sudah saatnya menafkahi beliau.”
“Ampuni aku yang terlalu lemah hingga tidak kuasa menahan genangan airmata ini.”
“Ya Allah, sungguh aku butuh seseorang yang bisa mendengarkan isi hati ku namun tidak akan mengasihani ku. Namun tidak ku temukan yang seperti itu, rasanya hanya Engkaulah tempat yang paling tepat bagi untuk mengadu”
“Ya Allah, Berikanlah kemudahan bagi ku untuk segera membahagiakan ibu.”
“Amin Ya Rabbal Alamin”
------------------------
“Bismillah” desah Putri pelan sebelum melangkahkan kakinya pagi ini menjalani hari dengan senyum sumringah seolah tidak ada masalah dalam hidupnya. Ia jadikan masalahnya sebagai pemacu semangat menjalani setiap detik helaan nafasnya.
Allah pun sangat menyayanginya, tepat akhir minggu kedua bulan desember, tanggal 14, salah satu orang tua muridnya menyuguhkan sebuah amplop sambil tersenyum setelah ia mengajar.
“Kak Putri, ini honor mengajar Kakak bulan ini dan bulan depan.” Kata Bu Ratna.
“Tapi Bu, sayakan belum selesai mengajarnya.” Kata Putri ragu-ragu.
“Iya Ka, karena saya mau pergi ke luar kota sampai bulan depan. Jadi honornya saya kasih sekarang saja ya.”
“Oh begitu, Iya terimakasih Bu Ratna.” Kata Putri penuh syukur.
“Alhamdulillah, segala puji bagi Mu ya Allah” kembali butiran itu terlihat di sudut mata Putri.
Baca Juga :
Putri Di Balik Layar Part 1
Putri Di Balik Layar Part 2
Follow me : @yesiispani
.
Di Atas Sehelai Kertas Foto
Basah pelupuk mata ini kala memandangi sehelai kertas foto yang bergambar seorang gadis remaja yang masih lugu dan lelaki paruh baya di sebelah kanannya, dia adalah ayah si gadis remaja itu.
Dulu, sudah lama sekali, gadis remaja itu sering bermain manja pada ayahnya.
Semua kesenangan dan kesedihan selalu dirasakan bersama.
Ayahnya sangat sayang dan memanjakan si gadis remaja itu.
Kendati demikian si ayah selalu memupuk semangat kerja keras anak gadis nya itu dengan penuh kehangatan.
Sampai-sampai si gadis remaja itu tidak menyadari bahwa itu pelajaran yang sangat berharga baginya di kemudian hari.
Hingga pada suatu ketika yang telah lama mereka lalui, ayahnya kembali pada Pencipta nya.
Duduk di pinggir batu nisan, si gadis remaja yang sudah beranjak dewasa itu berkata
"Ayah, aku akan kuat tanpa mu di sisi ku"
Lima tahun berlalu sepeninggal sang ayah, gadis remaja yang ada di atas kertas foto bersama ayahnya itu sukses mengarungi lautan dalam dengan hantaman ombak yang bertubi-tubi.
Walau setiap malam ia harus kekeringan air matanya karena teringat sang ayah tercinta.
%Luv u dad.
.
Dulu, sudah lama sekali, gadis remaja itu sering bermain manja pada ayahnya.
Semua kesenangan dan kesedihan selalu dirasakan bersama.
Ayahnya sangat sayang dan memanjakan si gadis remaja itu.
Kendati demikian si ayah selalu memupuk semangat kerja keras anak gadis nya itu dengan penuh kehangatan.
Sampai-sampai si gadis remaja itu tidak menyadari bahwa itu pelajaran yang sangat berharga baginya di kemudian hari.
Hingga pada suatu ketika yang telah lama mereka lalui, ayahnya kembali pada Pencipta nya.
Duduk di pinggir batu nisan, si gadis remaja yang sudah beranjak dewasa itu berkata
"Ayah, aku akan kuat tanpa mu di sisi ku"
Lima tahun berlalu sepeninggal sang ayah, gadis remaja yang ada di atas kertas foto bersama ayahnya itu sukses mengarungi lautan dalam dengan hantaman ombak yang bertubi-tubi.
Walau setiap malam ia harus kekeringan air matanya karena teringat sang ayah tercinta.
%Luv u dad.
.
Bila Cinta
Bila cinta bisa di raba
Rabalah ia dengan iman
Bila cinta sudah terasa
Rasakanlah dengan taqwa
Bila cinta mulai merekah
Sirami ia dengan wudhu
Bila cinta bisa di baca
Bacalah ia sambil dzikir
Bila cinta mulai meraja
Ingatlah Pemilik Cinta sebagai Raja
Dan bila cinta bisa di lihat
Maka lihatlah ia dengan kesucian hati
%Semoga cinta dan percintaan kita selalu menomorsatukan cinta pada Sang Pemilik Cinta
%Ga*au.com
%(^_^)
%Terpaku menatap keagungan dan keindahan ciptaan Allah..
%Moon#kuarterawal
.
Rabalah ia dengan iman
Bila cinta sudah terasa
Rasakanlah dengan taqwa
Bila cinta mulai merekah
Sirami ia dengan wudhu
Bila cinta bisa di baca
Bacalah ia sambil dzikir
Bila cinta mulai meraja
Ingatlah Pemilik Cinta sebagai Raja
Dan bila cinta bisa di lihat
Maka lihatlah ia dengan kesucian hati
%Semoga cinta dan percintaan kita selalu menomorsatukan cinta pada Sang Pemilik Cinta
%Ga*au.com
%(^_^)
%Terpaku menatap keagungan dan keindahan ciptaan Allah..
%Moon#kuarterawal
.
Mengingat-Nya
Ketika panah itu menusuk jiwa
Hanya dengan mengingat-Nya sakit itu tersembuhkan
Saat mata pun tak bisa dipalingkan
Hanya dengan membaca kitab-Nya sedikit bisa ditahan
Kala hati terkadang galau dibuatnya
Maka dengan bersimpuh di hadapan-Nya ia bisa di redam
Mengingat-Nya
Mengingat-Nya
Mengingat-Nya
Maka semua kan terjaga
#jaga dan lindungi aku, keluarga ku, sahabt-sahabat ku, dari bencana lalai YA Allah..
#Ingatkan kami bila tersalah, bimbing kami saat jalanan mulai berkelok..
#Amiiinn..
.
Hanya dengan mengingat-Nya sakit itu tersembuhkan
Saat mata pun tak bisa dipalingkan
Hanya dengan membaca kitab-Nya sedikit bisa ditahan
Kala hati terkadang galau dibuatnya
Maka dengan bersimpuh di hadapan-Nya ia bisa di redam
Mengingat-Nya
Mengingat-Nya
Mengingat-Nya
Maka semua kan terjaga
#jaga dan lindungi aku, keluarga ku, sahabt-sahabat ku, dari bencana lalai YA Allah..
#Ingatkan kami bila tersalah, bimbing kami saat jalanan mulai berkelok..
#Amiiinn..
.
Salah Menempatkan Cinta
Tidak bisa berkata apa
Duduk tertunduk di atas sehelai kain meratapi salah dalam cinta
Cinta yang semestinya di labuhkan pada Sang Pemilik cinta seutuhnya
Malah salah tempat cinta berlabuh
Khilaf
Benarkah?
Namun kenapa ini berulang
Tidak hanya sekali
Akan tetapi dua kali, tiga kali, empat kali, bahkan berkali-kali
Khilafkah?
Heh
Aku ragu akan hal itu
Rasanya Sang Pemilik Cinta telah murka
Ku salah menempatkan cinta
Hingga sakit selalu mendera
Duduk tertunduk di atas sehelai kain meratapi salah dalam cinta
Cinta yang semestinya di labuhkan pada Sang Pemilik cinta seutuhnya
Malah salah tempat cinta berlabuh
Khilaf
Benarkah?
Namun kenapa ini berulang
Tidak hanya sekali
Akan tetapi dua kali, tiga kali, empat kali, bahkan berkali-kali
Khilafkah?
Heh
Aku ragu akan hal itu
Rasanya Sang Pemilik Cinta telah murka
Ku salah menempatkan cinta
Hingga sakit selalu mendera
untitle
Tetaplah pada kesetiaan mu wahai kekasih ku
Maka aku akan berdiri tegak membela mu
Tetaplah mencinta-Nya di atas segalanya duhai pujaan ku
Maka cinta ku pada mu pun karena-Nya
Tetaplah di jalan-Nya kau belahan jiwa ku
Maka aku akan selalu di belakang mu setiap helaan nafas mu
Tetaplah mengindahkan perintah-Nya wahai pemimpin hidup ku
Maka aku akan turut mengiringi mu
Tetaplah pada kesucian mu untuk Nya kekasih ku
HIngga kesucian itu membimbing kita ke dalam indahnya taman Syurga
Maka aku akan berdiri tegak membela mu
Tetaplah mencinta-Nya di atas segalanya duhai pujaan ku
Maka cinta ku pada mu pun karena-Nya
Tetaplah di jalan-Nya kau belahan jiwa ku
Maka aku akan selalu di belakang mu setiap helaan nafas mu
Tetaplah mengindahkan perintah-Nya wahai pemimpin hidup ku
Maka aku akan turut mengiringi mu
Tetaplah pada kesucian mu untuk Nya kekasih ku
HIngga kesucian itu membimbing kita ke dalam indahnya taman Syurga
Hidayah Buat Kakak
Matahari nampak indah menyinari bumi pagi ini, udara sejuk terasa menusuk kulitnya walau sudah mengenakan pakaian tebal sekalipun. Langit biru membuat hatinya semakin tentram, awan putih yang mengepul menghiasi langit membuatnya semakin terkagum-kagum pada kuasa Ilahi. Sudah seminggu dia berada di kampung yang menentramkan jiwa. Kampung yang jauh dari perkotaan, hingga dapat menghilangkan penat bagi yang berada disana, begitu juga dengannya. Sejenak ia dapat melupakan kepenatan ibukota tempat ia menuntut ilmu.
Ia terus memandangi cahaya jingga mentari pagi yang mulai menyilaukan. Di kebun belakang rumah ia berada. Kesejukan, angin yang semilir, suara air sungai yang gemercik, lambaian daun kelapa, semua terasa nikmat saat dia memejamkan mata. Tidak di sangka sudah sekian lama dia tidak merasakan ketenangan saperti pagi ini.
“Subhanallah..Alhamdulillah..Allahuakbar..”. Kalimat dzikir terus mengalir dari bibir tipisnya layaknya air sungai yang mengalir yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Hawa ramadhan pun menambah kehangatan baginya pagi ini.
Namun ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan menggajal dalam hatinya sejak dua hari yang lalu. Ketidakberdayaan, ketidakmampuan, kesedihan, semua berkelabat dalam pikirannya yang selalu mengusiknya saat ia mau berusaha menenangkan diri seperti pagi ini. Tak terasa air mata bening membasahi mata sipitnya yang selalu menundukkan pandangan itu.
“Ya Allah, sebegitu sulitkah menasihati keluarga sendiri. Ilmu yang ku dapat sangat jauh dari cukup untuk kurangkai menjadi suatu argument untuk meyakinkan kakak ku.” lirih Laras.
Kesedihan, perasaan bersalah selalu menghantuinya sejak ia mengetahui kakak pertamanya sering berjudi. Beberapa bulan terakhir di kampung halamannya sedang ramai dengan yang namanya ‘Tebak Nomor’ atau nama lainnya adalah ‘Togel’. Bentuk perjudian yang banyak dianggap oleh orang-orang sebagai permainan tebak-tebakan biasa. Padahal sudah jelas ada unsur riba’ di dalamnya. Bagaimana tidak, hanya dengan menebak nomor yang biasanya terdiri dari dua, tiga, atau empat angka dan memberikan uang ‘sekian’ sebagai taruhan. Dan jika nomor yang orang tersebut tebak itu benar atau istilah mereka ‘keluar’ maka orang tersebut akan mendapatkan uang yang berlipat.
Laras, sudah beberapa kali menasihati kakaknya untuk berhenti melakukan hal itu. Namun beberapa kali pula ia harus menahan kesedihan karena ketidakmampuannya mengajak kakaknya pada kebaikan. Ia ingat kemarin ia kembali menasihati kakak pertamanya itu.
“Kak, berhentilah beemain Togel. Itu sudah jelas judi kak. Apalagi ini bulan ramadhan, janganlah kakak bumbui bulan suci yang seharusnya dihiasi dengan melipatgandakan ibadah dengan judi seperti itu.” Terang Laras lembut pada kakaknya.
“Ah, ini sama saja seperti bermain lotre. Bukan judi seperti yang kamu maksud. Lagian kakak kan hanya taruhan seribu atau dua ribu saja, tidak besar-besaran.” cetus Dicky, kakaknya.
“Kak, walaupun sedikit tetap saja itu namanya judi. Dan hukumnya tidak akan berubah seiring dengan besar kecilnya taruhan, yang namanya judi haram hukumnya dalam agama kita.” Dengan penuh kelembutan dan kesabaran Laras menjelaskan pada kakaknya.
“Allah mengharamkan Riba’ dan menghalalkan jual beli. Itu firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275, bukan kata-kata Laras, kak. Dan ‘Togel yang kakak lakukan itu adalah haram hukumnya karena sudah temasuk riba’. Demi Allah kak, berhentilah melakukan itu.” Terang Laras dengan mata berkaca-kaca.
Semua kata-kata nya seakan dianggap sebagai angin lalu oleh kakaknya. Tidak ada perubahan sama sekali pada kakaknya. Hal itu semakin membuat hati Laras merintih dan terus memanjatkan do’a pada Allah supaya kakaknya diberikan hidayah.
Dalam keheningan dan keresahan hati Laras, Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya yang sedang kesusahan. Allah mengirim Leni, sahabat karibnya sekaligus penasihat spiritualnya karena Leni selalu memberikan pencerahan bagi hatinya saat ia ada masalah. Ponsel nokia tipe 1200 berdering lembut di dalam saku jaket yang ia kenakan.
“Assalamu’alaikun..” terdengan lembut di seberang sana.
“Wa’alaikumsalam.” Jawabnya.
“Kamu apa kabar Ras?” Tanya Leni.
“Alhamdulillah fisik sehat walafiat Len. Kamu sendiri bagaimana?” jawab Laras dengan tetap memuji Allah atas nikmat sehat yang Allah berikan padanya.
“Aku juga Alhamdulillah sehat. Tapi tunggu, apa maksud kamu fisik yang sehat Ras. Kamu punya masalah di sana?” tenya leni begitu lembut.
“Iya Len, aku ada masalah sedikit dengan keluarga ku di sini” kata Laras.
“Ada apa Laras, seharusnya kamu malah bahagia berada di sekitar orang-orang yang kamu sayangi di sana.”
“Kamu ingat kan Len, aku pernah bercerita kalau di kampung ku sangat rentan dengan perjudian. Dan sekarang kakak ku yang melakukan judi itu Len. Aku sudah berkali-kali menasihati kakak tapi ia tidak mau mendengarkan ku. Entahlah, mungkin karena aku masih di anggap anak kemarin sore hingga apapun alasan perjudian di haramkan yang ku jabarkan panjang lebar seakan tidak bernilai sama sekali
Aku bahkan sudah menjelaskan dalil-dalil dalam Al-Qur’an untuk menguatkan penjelasan ku , tapi tetap saja penjelasan ku di anggap angin lalu.
Kamu kan juga tahu Len, Uang hasil perjudian adalah uang haram. Dan jika ia masuk ke dalam tubuh maka Allah akan mengharamkan syurga baginya. Semua amalannya juga akan tertolak. Semua itu sudah ku jelaskan pada kakak, tapi tetap hasilnya nol, tidak berpengaruh sama sekali.
Sebegitu sulitkah Berdakwah pada keluarga Len. Aku hamper putus asa menasihati kakak ku Len.” Cerita laras sambil terisak.
“Kamu yang sabar Laras. Jangan menyikapi masalah dengan emosi. Tenangkan dulu pikiran mu, aku yakin kamu pasti bisa meyakinkan kakak mu bahwa judi itu di haramkan Allah. Dan aku juga yakin kakak mu akan berubah serta berhenti berjudi. Teruslah menasihati kakak mu. Sekeras-kerasnya batu apabila terus di tetesi air maka akan berlubang juga. Sekeras apapun kakak mu menolak nasihat mu, apabila kamu terus menasihatinya, yakinlah akan ada satu di antara nasihat mu itu yang mampu menyentuh hati kakak mu. Berdo’alah pada Allah, mintakan hidayah untuk kakak mu. Niscaya Allah akan memberikan cahaya hidayah itu untuk kakak mu.”
Kata-kata Leni sangat bijak, sehingga terdapat seikit harapan bagi Laras untuk terus menasihati kakak nya.
-----------------------
Sebulan telah berlalu, kamar kost yang nyaman tempat Laras menghabiskan waktu luang untuk menuangkan segala ide yang ada dalam pikirannya. Ketenangan hati pun sudah didapatkannya setelah berlibur ke kampung halaman yang penuh dengan cerita hidup baginya. Empatbelas tahun ia habiskan hidupnya dikampung nan permai yang berat hati ia tinggalkan ke rantau orang. Sudah enam tahun ia hijrah ke ibukota untuk menuntut ilmu sejak ia mulai masuk sekolah menengah pertama.
Ia pandangi kamarnya yang sudah sebulan ia tinggalkan, tidak ada yang berubah dalam kamarnya, yang ada hanya beberapa ekor laba-laba yang sedang asyik membuat sarang-sarang antik di sudut kamar. Senyum manis pun merekah indah di pipi Laras melihat ulah laba-laba kecil itu.
“Maafkan aku teman kecil, aku harus memindahkan mu dari sini. Kamu buat rumah lagi di luar ya.” Kesedihan pun terlihat di wajah cantiknya karena telah mengusik
kehidupan laba-laba kecil itu. Dengan sangat hati-hati ia menyapu sarang laba-laba itu dan melepaskannya di luar kost.
“Maaf ya.” Hati lembut Laras tidak bisa menahan air mata nya yang mulai membasahi bola mata beningnya.
“Asslamu’alaikum.” Sapa Leni dari belakang.
‘Wa’alaikumsalam.” Jawab Laras sambil menyeka matanya yang basah.
“Kamu kenapa Ras, mata mu merah?” Tanya Leni.
“Aku tidak apa-apa. Kamu kapan tiba Len?”
“Seminggu yang lalu aku sudah kembali ke sini karena murid les ku minta bimbingan.” Jawab Leni.
“Kamu baik-baik saja kan?” Tanya Leni meyakinkan.
“Iya Len, seperti yang kamu lihat sekarang. Aku baik-baik saja.” kata Laras tersenyum pada sahabatnya itu.
“Bagaimana kakak mu kemarin. Apa beliau mau mendengarkan kata-kata mu?”
“Alhamdulillah Len. Do’a dan ikhtiar ku di jawab oleh Allah dengan tobatnya kakak ku.” jawab Laras senang.
“Seminggu setelah perbincangan kita melalui telpon itu. Di suatu malam, aku mengajak kakak untuk sholat tarawih. Memang sudah jalan Allah, kakak yang selalu menolak ajakan ku untuk ke masjid, ternyata malam itu kakak mau ikut tarawih bersama ku di masjid.”
“Malam itu bertepatan dengan malam Nudzul Qur’an. Dan di masjid mengundang seorang ustad, ustad Ahmad namanya. Setelah sholat tarawih berjemaah kami mendengarkan ceramah dari ustad Ahmad. Sungguh suatu kebetulan yang telah Allah atur sedemikian rupa Len, tema ceramah malam itu menyangkut riba’, khamar dan perjudian dengan tetap berkaitan dengan malam Nudzul Qur’an.”
‘Perlu bapak-bapak dan Ibu-Ibu ketahui bahwa riba’, khamar, dan Judi itu di haramkan oleh Allah. Uang haram hasil ketiganya apabila masuk ke tubuh kita maka kelak di yaumil akhir kita tidak akan bisa menyentuh syurga. Allah berifirman dalam surat Al-baqarah ayat 275 yang artinya:
Orang yang kembali (mengambil riba’), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Ketahuilah bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, kita memiliki anak dan istri, jangan pernah sekali-kali kita memberikan uang haram kepada mereka. Karena jika itu kita lakukan maka kita sudah mendzalimi keluarga kita sendiri. Tidak inginkah kita berkumpul di syurga Allah kelak? Saya yakin kita semua yang ada di dalam masjid yang insyaallah di ridhoi Allah ini, semuanya berharap bisa masuk syurga. Maka dari itu, berhenti sekarang juga dan bertobatlah jika ada di antara kita yang melakukan riba’, minum khamar, atau berjudi. Saya juga mendengar kalau disini sedang ramai dengan Tigel, maka ketahuilah bapak-bapak dan ibu-ibu bahwa itu juga termasuk judi juga riba’. Maka berhenti dan bertobatlah. Semoga kita senantiasa mendapat hidayah Allah subhanahuwata’ala. Amin’ jelas ustad Ahmad lugas.
“Aku perhatikan kakak yang duduk di shaf ke dua dari depan. Aku lihat metanya sembab, ia tertunduk lekat menatap lantai menghayati setiap kata yang disampaikan ustad Ahmad.”
“Sepulang tarawih kakak banyak diam. Hingga keesokan harinya ia meminta ku memberitahukan banyak hal tentang agama terutama mengenai judi. Termasuk juga meminta di ajari membaca Al-Qur’an dan sholat yang baik dan benar.” Cerita laras panjang lebar.
“Sekarang kakak sudah berhenti berjudi, sholatnya juga sudah lima waktu. Dan yang lebih menggembirakan lagi, sekarang kakak sangat antusias mempelajari ilmu agama. Semoga semua itu berlanjut hingga akhir hayat nya kelak.” Jelas Laras mendo’akan kakak nya.
“Amin” Jawab Leni.
---------------------------
“Assalamu’alaikum. Dek, bagaimana sudah tiba di Jakarta? Semoga kamu selalu dalam
lindungan Allah di sana. Jaga diri baik-baik ya, jaga iman, dan tetaplah berpegang teguh pada prinsip yang di ridhoi Allah. Oh iya, sekarang kakak menjadi guru mengaji di masjid dekat rumah, kakak mau mengamalkan ilmu yang kakak peroleh walaupun masih sedikit. Terimakasih Dek, karena Laras, kakak bisa meraih hidayah Allah. Selama dua bulan ini kakak terus mengasah ilmu agama kakak dari ustad Ahmad di kampung sebelah. Dan kakak akan terus mengasahnya agar semakin tajam.”
Mata Laras berkaca-kaca penuh haru membaca pesan singkat yang baru saja masuk di ponselnya. Pesan dari kakaknya membuat Laras benar-benar memuji keagungan Allah. Sungguh kehendak Allah bersama semua orang yang ia kehendaki dan itu bisa terjadi pada siapa pun dan pada waktu apapun. Kakaknya yang dulu seorang penjudi dan sangat jauh dari perintah Allah. Sekarang ia sudah bertobat dan mulai taat beribadah, semua atas izin Allah ini bisa terjadi.
“Maha Suci Engkau ya Allah.” Lirih Laras langsung beranjak dan berwudhu untuk melukakan sholat sunnah tahajud. Sujud penuh syukur pun ia lakukan dengan khusyuk.
--------------------------------The End-------------------------------------
Ia terus memandangi cahaya jingga mentari pagi yang mulai menyilaukan. Di kebun belakang rumah ia berada. Kesejukan, angin yang semilir, suara air sungai yang gemercik, lambaian daun kelapa, semua terasa nikmat saat dia memejamkan mata. Tidak di sangka sudah sekian lama dia tidak merasakan ketenangan saperti pagi ini.
“Subhanallah..Alhamdulillah..Allahuakbar..”. Kalimat dzikir terus mengalir dari bibir tipisnya layaknya air sungai yang mengalir yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Hawa ramadhan pun menambah kehangatan baginya pagi ini.
Namun ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan menggajal dalam hatinya sejak dua hari yang lalu. Ketidakberdayaan, ketidakmampuan, kesedihan, semua berkelabat dalam pikirannya yang selalu mengusiknya saat ia mau berusaha menenangkan diri seperti pagi ini. Tak terasa air mata bening membasahi mata sipitnya yang selalu menundukkan pandangan itu.
“Ya Allah, sebegitu sulitkah menasihati keluarga sendiri. Ilmu yang ku dapat sangat jauh dari cukup untuk kurangkai menjadi suatu argument untuk meyakinkan kakak ku.” lirih Laras.
Kesedihan, perasaan bersalah selalu menghantuinya sejak ia mengetahui kakak pertamanya sering berjudi. Beberapa bulan terakhir di kampung halamannya sedang ramai dengan yang namanya ‘Tebak Nomor’ atau nama lainnya adalah ‘Togel’. Bentuk perjudian yang banyak dianggap oleh orang-orang sebagai permainan tebak-tebakan biasa. Padahal sudah jelas ada unsur riba’ di dalamnya. Bagaimana tidak, hanya dengan menebak nomor yang biasanya terdiri dari dua, tiga, atau empat angka dan memberikan uang ‘sekian’ sebagai taruhan. Dan jika nomor yang orang tersebut tebak itu benar atau istilah mereka ‘keluar’ maka orang tersebut akan mendapatkan uang yang berlipat.
Laras, sudah beberapa kali menasihati kakaknya untuk berhenti melakukan hal itu. Namun beberapa kali pula ia harus menahan kesedihan karena ketidakmampuannya mengajak kakaknya pada kebaikan. Ia ingat kemarin ia kembali menasihati kakak pertamanya itu.
“Kak, berhentilah beemain Togel. Itu sudah jelas judi kak. Apalagi ini bulan ramadhan, janganlah kakak bumbui bulan suci yang seharusnya dihiasi dengan melipatgandakan ibadah dengan judi seperti itu.” Terang Laras lembut pada kakaknya.
“Ah, ini sama saja seperti bermain lotre. Bukan judi seperti yang kamu maksud. Lagian kakak kan hanya taruhan seribu atau dua ribu saja, tidak besar-besaran.” cetus Dicky, kakaknya.
“Kak, walaupun sedikit tetap saja itu namanya judi. Dan hukumnya tidak akan berubah seiring dengan besar kecilnya taruhan, yang namanya judi haram hukumnya dalam agama kita.” Dengan penuh kelembutan dan kesabaran Laras menjelaskan pada kakaknya.
“Allah mengharamkan Riba’ dan menghalalkan jual beli. Itu firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275, bukan kata-kata Laras, kak. Dan ‘Togel yang kakak lakukan itu adalah haram hukumnya karena sudah temasuk riba’. Demi Allah kak, berhentilah melakukan itu.” Terang Laras dengan mata berkaca-kaca.
Semua kata-kata nya seakan dianggap sebagai angin lalu oleh kakaknya. Tidak ada perubahan sama sekali pada kakaknya. Hal itu semakin membuat hati Laras merintih dan terus memanjatkan do’a pada Allah supaya kakaknya diberikan hidayah.
Dalam keheningan dan keresahan hati Laras, Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya yang sedang kesusahan. Allah mengirim Leni, sahabat karibnya sekaligus penasihat spiritualnya karena Leni selalu memberikan pencerahan bagi hatinya saat ia ada masalah. Ponsel nokia tipe 1200 berdering lembut di dalam saku jaket yang ia kenakan.
“Assalamu’alaikun..” terdengan lembut di seberang sana.
“Wa’alaikumsalam.” Jawabnya.
“Kamu apa kabar Ras?” Tanya Leni.
“Alhamdulillah fisik sehat walafiat Len. Kamu sendiri bagaimana?” jawab Laras dengan tetap memuji Allah atas nikmat sehat yang Allah berikan padanya.
“Aku juga Alhamdulillah sehat. Tapi tunggu, apa maksud kamu fisik yang sehat Ras. Kamu punya masalah di sana?” tenya leni begitu lembut.
“Iya Len, aku ada masalah sedikit dengan keluarga ku di sini” kata Laras.
“Ada apa Laras, seharusnya kamu malah bahagia berada di sekitar orang-orang yang kamu sayangi di sana.”
“Kamu ingat kan Len, aku pernah bercerita kalau di kampung ku sangat rentan dengan perjudian. Dan sekarang kakak ku yang melakukan judi itu Len. Aku sudah berkali-kali menasihati kakak tapi ia tidak mau mendengarkan ku. Entahlah, mungkin karena aku masih di anggap anak kemarin sore hingga apapun alasan perjudian di haramkan yang ku jabarkan panjang lebar seakan tidak bernilai sama sekali
Aku bahkan sudah menjelaskan dalil-dalil dalam Al-Qur’an untuk menguatkan penjelasan ku , tapi tetap saja penjelasan ku di anggap angin lalu.
Kamu kan juga tahu Len, Uang hasil perjudian adalah uang haram. Dan jika ia masuk ke dalam tubuh maka Allah akan mengharamkan syurga baginya. Semua amalannya juga akan tertolak. Semua itu sudah ku jelaskan pada kakak, tapi tetap hasilnya nol, tidak berpengaruh sama sekali.
Sebegitu sulitkah Berdakwah pada keluarga Len. Aku hamper putus asa menasihati kakak ku Len.” Cerita laras sambil terisak.
“Kamu yang sabar Laras. Jangan menyikapi masalah dengan emosi. Tenangkan dulu pikiran mu, aku yakin kamu pasti bisa meyakinkan kakak mu bahwa judi itu di haramkan Allah. Dan aku juga yakin kakak mu akan berubah serta berhenti berjudi. Teruslah menasihati kakak mu. Sekeras-kerasnya batu apabila terus di tetesi air maka akan berlubang juga. Sekeras apapun kakak mu menolak nasihat mu, apabila kamu terus menasihatinya, yakinlah akan ada satu di antara nasihat mu itu yang mampu menyentuh hati kakak mu. Berdo’alah pada Allah, mintakan hidayah untuk kakak mu. Niscaya Allah akan memberikan cahaya hidayah itu untuk kakak mu.”
Kata-kata Leni sangat bijak, sehingga terdapat seikit harapan bagi Laras untuk terus menasihati kakak nya.
-----------------------
Sebulan telah berlalu, kamar kost yang nyaman tempat Laras menghabiskan waktu luang untuk menuangkan segala ide yang ada dalam pikirannya. Ketenangan hati pun sudah didapatkannya setelah berlibur ke kampung halaman yang penuh dengan cerita hidup baginya. Empatbelas tahun ia habiskan hidupnya dikampung nan permai yang berat hati ia tinggalkan ke rantau orang. Sudah enam tahun ia hijrah ke ibukota untuk menuntut ilmu sejak ia mulai masuk sekolah menengah pertama.
Ia pandangi kamarnya yang sudah sebulan ia tinggalkan, tidak ada yang berubah dalam kamarnya, yang ada hanya beberapa ekor laba-laba yang sedang asyik membuat sarang-sarang antik di sudut kamar. Senyum manis pun merekah indah di pipi Laras melihat ulah laba-laba kecil itu.
“Maafkan aku teman kecil, aku harus memindahkan mu dari sini. Kamu buat rumah lagi di luar ya.” Kesedihan pun terlihat di wajah cantiknya karena telah mengusik
kehidupan laba-laba kecil itu. Dengan sangat hati-hati ia menyapu sarang laba-laba itu dan melepaskannya di luar kost.
“Maaf ya.” Hati lembut Laras tidak bisa menahan air mata nya yang mulai membasahi bola mata beningnya.
“Asslamu’alaikum.” Sapa Leni dari belakang.
‘Wa’alaikumsalam.” Jawab Laras sambil menyeka matanya yang basah.
“Kamu kenapa Ras, mata mu merah?” Tanya Leni.
“Aku tidak apa-apa. Kamu kapan tiba Len?”
“Seminggu yang lalu aku sudah kembali ke sini karena murid les ku minta bimbingan.” Jawab Leni.
“Kamu baik-baik saja kan?” Tanya Leni meyakinkan.
“Iya Len, seperti yang kamu lihat sekarang. Aku baik-baik saja.” kata Laras tersenyum pada sahabatnya itu.
“Bagaimana kakak mu kemarin. Apa beliau mau mendengarkan kata-kata mu?”
“Alhamdulillah Len. Do’a dan ikhtiar ku di jawab oleh Allah dengan tobatnya kakak ku.” jawab Laras senang.
“Seminggu setelah perbincangan kita melalui telpon itu. Di suatu malam, aku mengajak kakak untuk sholat tarawih. Memang sudah jalan Allah, kakak yang selalu menolak ajakan ku untuk ke masjid, ternyata malam itu kakak mau ikut tarawih bersama ku di masjid.”
“Malam itu bertepatan dengan malam Nudzul Qur’an. Dan di masjid mengundang seorang ustad, ustad Ahmad namanya. Setelah sholat tarawih berjemaah kami mendengarkan ceramah dari ustad Ahmad. Sungguh suatu kebetulan yang telah Allah atur sedemikian rupa Len, tema ceramah malam itu menyangkut riba’, khamar dan perjudian dengan tetap berkaitan dengan malam Nudzul Qur’an.”
‘Perlu bapak-bapak dan Ibu-Ibu ketahui bahwa riba’, khamar, dan Judi itu di haramkan oleh Allah. Uang haram hasil ketiganya apabila masuk ke tubuh kita maka kelak di yaumil akhir kita tidak akan bisa menyentuh syurga. Allah berifirman dalam surat Al-baqarah ayat 275 yang artinya:
Orang yang kembali (mengambil riba’), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Ketahuilah bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, kita memiliki anak dan istri, jangan pernah sekali-kali kita memberikan uang haram kepada mereka. Karena jika itu kita lakukan maka kita sudah mendzalimi keluarga kita sendiri. Tidak inginkah kita berkumpul di syurga Allah kelak? Saya yakin kita semua yang ada di dalam masjid yang insyaallah di ridhoi Allah ini, semuanya berharap bisa masuk syurga. Maka dari itu, berhenti sekarang juga dan bertobatlah jika ada di antara kita yang melakukan riba’, minum khamar, atau berjudi. Saya juga mendengar kalau disini sedang ramai dengan Tigel, maka ketahuilah bapak-bapak dan ibu-ibu bahwa itu juga termasuk judi juga riba’. Maka berhenti dan bertobatlah. Semoga kita senantiasa mendapat hidayah Allah subhanahuwata’ala. Amin’ jelas ustad Ahmad lugas.
“Aku perhatikan kakak yang duduk di shaf ke dua dari depan. Aku lihat metanya sembab, ia tertunduk lekat menatap lantai menghayati setiap kata yang disampaikan ustad Ahmad.”
“Sepulang tarawih kakak banyak diam. Hingga keesokan harinya ia meminta ku memberitahukan banyak hal tentang agama terutama mengenai judi. Termasuk juga meminta di ajari membaca Al-Qur’an dan sholat yang baik dan benar.” Cerita laras panjang lebar.
“Sekarang kakak sudah berhenti berjudi, sholatnya juga sudah lima waktu. Dan yang lebih menggembirakan lagi, sekarang kakak sangat antusias mempelajari ilmu agama. Semoga semua itu berlanjut hingga akhir hayat nya kelak.” Jelas Laras mendo’akan kakak nya.
“Amin” Jawab Leni.
---------------------------
“Assalamu’alaikum. Dek, bagaimana sudah tiba di Jakarta? Semoga kamu selalu dalam
lindungan Allah di sana. Jaga diri baik-baik ya, jaga iman, dan tetaplah berpegang teguh pada prinsip yang di ridhoi Allah. Oh iya, sekarang kakak menjadi guru mengaji di masjid dekat rumah, kakak mau mengamalkan ilmu yang kakak peroleh walaupun masih sedikit. Terimakasih Dek, karena Laras, kakak bisa meraih hidayah Allah. Selama dua bulan ini kakak terus mengasah ilmu agama kakak dari ustad Ahmad di kampung sebelah. Dan kakak akan terus mengasahnya agar semakin tajam.”
Mata Laras berkaca-kaca penuh haru membaca pesan singkat yang baru saja masuk di ponselnya. Pesan dari kakaknya membuat Laras benar-benar memuji keagungan Allah. Sungguh kehendak Allah bersama semua orang yang ia kehendaki dan itu bisa terjadi pada siapa pun dan pada waktu apapun. Kakaknya yang dulu seorang penjudi dan sangat jauh dari perintah Allah. Sekarang ia sudah bertobat dan mulai taat beribadah, semua atas izin Allah ini bisa terjadi.
“Maha Suci Engkau ya Allah.” Lirih Laras langsung beranjak dan berwudhu untuk melukakan sholat sunnah tahajud. Sujud penuh syukur pun ia lakukan dengan khusyuk.
--------------------------------The End-------------------------------------
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Diberdayakan oleh Blogger.
.
.
.